Post on 10-Oct-2020
transcript
1
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MELALUI
OUTSOURCING PADA VIVERE GROUP
Disusun Oleh :
Yelli Yulian
K25161141
(Kelas E63)
Dosen :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc (CS)
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 2
1.2 Tujuan .................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Informasi .................................................................................... 4
2.2 Definisi Insourcing ............................................................................................... 6
2.3 Definisi Outsourcing ............................................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Sistem Informasi Pada Vivere Group ................................................. 13
3.2 Keunggulan dan Kelemahan Software Outsourcing Sistem Informasi pada Vivere
Group ........................................................................................................................ 15
BAB IV Penutup ........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan-perusahaan di dunia telah mengembangkan Sistem informasi (SI)
berbasis teknologi informasi (TI) untuk mendukung fungsi operasional dan fungsi
manajerialnya. SI merupakan bagian penting dari kegiatan operasional perusahaan,
perencanaan strategis, dan sering kali mempunyai peran vital terhadap keunggulan
kompetitif usaha. Dalam beberapa dekade terakhir, IT dikembangkan sebagai sebuah
sistem yang mampu memenuhi semua kebutuhan manusia baik sebagai individu
maupun sebagai anggota team dalam perusahaan. Dapat dibayangkan jika dalam
sebuah perusahaan semua aktifitasnya masih dikerjakan secara manual, produktifitas
perusahaan pasti menurun dan tertinggal jauh dengan perusahaan lain yang telah
menerapkan sistem IT dalam perusahaannya.
Tanpa bantuan teknologi IT, setiap pekerja akan disibukkan dengan aktifitas
input data yang berulang ulang setiap hari. Keputusan yang diambil juga tidak akan
cepat dan tepat untuk dilakukan karena data yang dimiliki masih berupa data mentah
yang perlu diolah lebih lanjut.Dalam mengembangkan teknologi informasi, suatu
perusahaan harus mempersiapkan sebuah team yang kuat yang memiliki latar
belakang dalam bidang IT seperti software dan hardware. Proses pembuatan yang
terkadang memakan waktu yang cukup lama membuat beberapa perusahaan enggan
untuk mengimplementasikan sebuah sistem informasi yang bagus untuk menunjang
opesional perusahaan. Sistem informasi saat ini tidak harus dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri, banyak perusahaan – perusahaan yang bergerak sebagai
penyedia pembuat layanan sistem informasi yang biasa disebut dengan istilah IT
developer. Perusahaan hanya tinggal menyesuaikan sistem seperti apa yang ingin
dibangun dan perusahaan penyedia layanan akan mengimplementasikan sesuai
dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
4
Salah satu contoh perusahaan besar yang menggunakan sistem outsourcing dalam
penerapan sistem informasi adalah Vivere Group. Perusahaan Furniture yang
bergerka di bidang Kontraktor Interior, Mechanical Electrical services, furniture
manufacturing and components, office furniture, home furnishings and fixtures
tersebut menerapkan sistem outsourcing dalam penerapan sistem informasi serta
jaringan komunikasi dan database perusahaan, sehingga segala aktifitas yang terjadi
dalam Vivere Group tersebut sangat bergantung kepada sistem
informasi outsourcing. Dengan penerapan outsourcingsistem informasi tersebut
Vivere Group mampu menghadapi persaingan global dan bertahan sampai saat ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan jika sistem informasi
dikembangkan secara insourcing atau outsourcing.
2. Untuk mengetahui Penerapan Sistem Informasi di Vivere Group.
3. Untuk mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Outsourcing Sistem
Informasi di Vivere Group.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Menurut O’Brien, sistem informasi adalah suatu kombinasi terartur apapun
dari people (orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer
networks and data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data)
yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk
organisasi.
Peran sistem informasi menurut O’brian adalah untuk menunjang kegiatan
bisnis operasional, menunjang manajemen dalam mengambil keputusan, dan
menunjang keunggulan strategi kompetitif organisasi. Sistem informasi
mengintegrasikan sumber daya manusia, teknologi (hardware, software dan jaringan
komunikasi), sumber data serta kebijakan dan prosedur kerja, untuk mengelola
(menyimpan, mengakses kembali, mengubah dan menyebarluaskan) informasi dalam
sebuah organisasi. Sistem Informasi pada sebuah organisasi, dapat digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sistem pendukung operasional, (misalnya untuk mengefisienkan
transaksi bisnis, mengendalikan proses industri, mendukung komunikasi dan
kolaborasi) dan;
2. Sistem pendukung manajemen, (misalnya untuk menyediakan
laporan dan tampilan, dukungan langsung pada proses pengambilan
putusan).
Menurut O’Brien (2005), tujuan dari banyak perusahaan saat ini adalah untuk
memaksimalkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan dengan menggunakan
teknologi informasi untuk mendukung para pegawai mereka dalam
6
mengeimplementasikan proses bisnis kooperatif dengan para pelanggan,
pemasok, dan pihak lainnya. Oleh karena itu, keberhasilan sistem informasi
tidak seharusnya hanya diukur melalui efisiensi dalam hal meminimalkan
waktu, biaya, dan penggunaan sumber daya informasi. Keberhasilan juga
harus diukur dari efektivitas teknologi informasi dalam mendukung strategi
bisnis organisasi, memungkinkan proses bisnisnya, meningkatkan struktur
organisasi dan budaya, serta meningkatkan nilai pelanggan dan bisnis
perusahaan. Dilihat dari perspektif managerial, fungsi dari sistem informasi
adalah:
1. Minimalisasi Resiko
Kehadiran teknologi informasi diharapkan mampu membantu perusahaan
untuk mengurangi resiko bisnis yang ada, dapat pula menjadi sarana
untuk membantu manajemen untuk mengelola resiko. Salah satu contoh
resiko yang berkaitan dengan keuangan.
2. Pengurangan Biaya
Perbaikan, efisiensi dan optimalisasi berbagai divisi yang ada
diperusahaan merupakan salah satu fungsi teknologi informasi sebagai
katalisator dalam usaha perusahaan mengurani biaya operasional
perusahaan pada akhirnya dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Terdapat 4 cara teknologi informasi untuk mengurangi biaya yang kerap
keluar pada kegiatan operasional perusahaan, antara lain Eliminasi proses,
Simplikasi proses, Integrasi Proses dan Otomatisasi proses.
3. Value Adding
Tujuan akhir dari proses peningkatan nilai tambah suatu bisnis bukan
sekedar kepuasan pelanggan semata, tetapi juga menciptakan loyalitas
pelanggan. Sehingga konsumen bersedia menjadi pelanggan perusahaan
untuk jangka panjang.
4. Menciptakan Arena Bersaing Baru
7
Perkembangan teknologi informasi ditandai pesatnya teknologi internet
yang telah menciptakan arena bersaing baru bagi suatu bisnis.yaitu
persaingan di dunia maya melalui konsep e-bussines, eprocurement, e-
commerce, e-commerce dan lain-lain.
Sistem Informasi dapat bersifat formal atau informal. Sistem Formal
bertumpu pada aturan yang tetap dan disepakati bersama mengenai data serta
prosedur yang digunakan untukmengumpulkan, menyimpan, mengolah,
menyebarkan dan menggunakan data tersebut, contohnya Sistem Informasi Bisnis.
Sistem Informal bertumpu pada kesepakatan secara tersirat (implisit) serta kebiasaan
yang tidak diatur secara jelas. Tidak ada kesepakatan informasi apa yang terlibat,
bagaimana menyimpan dan menyebarkan informasi tersebut, contohnya jaringan
gosip di kantor. Sistem Informasi yang bersifat formal dapat dijalankan secara
manual menggunakan kertas dan pensil.atau dengan bantuan computer menggunakan
hardware dan software.
2.2 Definisi Insourcing
Insourcing adalah pengoptimalan karyawan dalam perusahaan untuk
diperkerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu
sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya untuk memenuhi kepentingan bisnis
perusahaan. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar perusahaan secara fulltime,
fifty-fifty atau temporary yang pada akhirnya insourcing mengembangan proyek
dengan memanfaatkan spesialis IT dalam perusahaan tersebut. Insourcing merupakan
metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya di
dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan penerapan insourcing dalam perusahaan.
Keunggulan insourcing antara lain:
8
1. Sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan serta dokumentasi yang
disertakan lebih lengkap.
2. Biaya pengembangannya relatif lebih murah karena hanya melibatkan
pihak perusahaan.
3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat
segera dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.
4. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance)
terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh
karyawan perusahaan tersebut.
5. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab
untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
6. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data
lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
7. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan dengan lebih
mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
8. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dikontrol.
9. Dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif sebab sekaligus
menunjukkan kemandirian dalam berusaha dan menambah rasa percaya diri
perusahaan akan kemampuannya.
9
10. Rasa ikut memiliki yang dimiliki oleh pihak karyawan sehingga dapat
mendukung pengembangan sistem yang sedang dijalankan dan tidak adanya
konflik kepentingan bila dibandingkan dengan outsourcing.
11. Cocok untuk pengembangan sistem dan proyek yang kompleks
12. Kedekatan departemen yang mengelola sistem informasi dengan end-user
sehingga akan mempermudah dalam mengembangkan sistem sesuai dengan
harapan.
13. Pengambilan keputusan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri
tanpa adanya intervensi dari pihak luar.
Kelemahan insourcing adalah :
1. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai
teknologi informasi.
2. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer
sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
3. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena
konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari
sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem
informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
5. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu
perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang
teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).
6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat
menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan
10
kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan
(ditanggung sendiri).
7. Perlu waktu yang lama untuk mengembangkan sistem karena harus dimulai
dari nol.
8. Kesulitan para pemakai dalam menyatakan kebutuhan dan kesukaran
pengembangan memahami mereka dan seringkali hal ini membuat para
pengembang merasa putus asa.
9. Batasan biaya dan waktu yang tidak jelas karena tidak adanya target yang
ditetapkan sehingga sulit untuk diprediksi oleh perusahaan.
10. Perubahan budaya yang sulit jika diatur oleh karyawannya sendiri.Organisasi
biasanya memilih untuk melakukan insourcing antara lain dalam rangka
mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas dengan
outsourcing kemudian memilih insourcing sebagai penggantinya.
2.3 Definsi Outsourcing
Outsourcing merupakan penyerahan tugas atau pekerjaan yang
berhubungan dengan operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada
pihak ketiga atau perusahaan ketiga dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan
biaya tertentu dalam proses pengembangan proyeknya.
Menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction to
Information Systems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah
barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang
dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam kaitannya
dengan Teknologi Informasi(“TI”), outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi
TI secara luas dengan mengontrak penyedia layanan eksternal. Atau dapat
dikatakan bahwa outsourcing merupakan pemindahan atau pengalihan tanggung
jawab kepada pihak ke dua dalam hal ini adalah tenaga kerja.
Aplikasi IT outsourcing di suatu perusahaan antara lain mencakup layanan
sebagai berikut:
11
• Pemeliharaan aplikasi (Applications maintenance)
• Pengembangan dan implementasi aplikasi (Application development and
implementation)
• Data centre operations
• End-user support
• Help desk
• Dukungan teknis (Technical support)
• Perancangan dan desain jaringan
• Network operations
• Systems analysis and design
• Business analysis
• Systems and technical strategy
Berikut ini merupakan gambar diagram yang menunjukkan proses apa saja
yang dilakukan dalam lewat caraout–sourcing
Melalui out–sourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi yang
sudah tersedia, atau sudah dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan
12
juga dapat meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah
ada. Perusahaan juga dapat membeli software dan meminta perusahaan outsource
untuk memodifikasi software tersebut sesuai keinginan perusahaan. Dan juga
lewat out–sourcing perusahaan dapat meminta untuk mengembangkan sistem
informasi yang benar-benar baru atau pengembangan dari dasar.
Berikut ini merupakan gambaran proses yang terjadi pada pendekatan out–sourcing.
Terdapat kelebihan dan kekurangan penerapan outsourcing dalam
perusahaan. Keunggulan outsourcing antara lain:
1. Biaya menjadi lebih murah karena perusahaan tidak perlu membangun sendiri
fasilitas SI dan TI.
2. Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang SI/TI.
3. Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan
mengembangkan bisnis intinya, karena bisnis non-inti telah didelegasikan
pengerjaannya melalui outsourcing.
13
4. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam
mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.
5. Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih
sekaligus untuk saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan
perusahaan.
6. Fleksibel dalam merespon perubahan SI yang cepat sehingga perubahan
arsitektur SI berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan karena
perusahaan outsource SI pasti memiliki pekerja TI yang kompeten dan
memiliki skill yang tinggi, serta penerapan teknologi terbaru dapat menjadi
competitive advantage bagi perusahaan outsource.
7. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi.
Kelemahan dari Outsourcing:
1. Kehilangan kendali terhadap SI dan data karena bisa saja pihak outsourcer
menjual data dan informasi perusahaan ke pesaing.
2. Adanya perbedaan kompensasi dan manfaat antara tenaga kerja internal
dengan tenaga kerja outsourcing.
3. Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan karena pihak outsourcer
tidak dapat diharapkan untuk menyediakan semua kebutuhan perusahaan
karena harus memikirkan klien lainnya juga.
4. Jika menandatangani kontrak outsourcing yang berjangka lebih dari 3 tahun,
maka dapat mengurangi fleksibilitas seandainya kebutuhan bisnis berubah
atau perkembangan teknologi yang menciptakan peluang baru dan adanya
penurunan harga, maka perusahaan harus merundingkan kembali kontraknya
dengan pihak outsourcer.
5. Ketergantungan dengan perusahaan pengembang SI akan terbentuk karena
perusahaan kurang memahami SI/TI yang dikembangkan pihak outsourcer
sehingga sulit untuk mengembangkan atau melakukan inovasi secara internal
di masa mendatang.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Sistem Informasi Vivere Group
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam interior design
dan furniture terbesar di Indonesia, Vivere Group meningkatkan daya saing
bisnisnya dengan menggunakan suatu sistem informasi yang
mengitegrasikan seluruh aktifitas bisnis perusahaan yang disebut
dengan Enterprise Resource Planning atau ERP. Sistem informasi ini
meupakan kunci dari segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan oleh
Vivere Group mulai dari absen pegawai, komunikasi, transaksi perusahaan,
hingga cuti dan gaji pegawai terintegrasi oleh sistem ini. Kurangnya sumber
daya Vivere Group dalam pengadaan sistem ERP membuat perusahaan
tersebut melakukan outsourcing sistem informasi ERP. Dalam penerapan
outsourcing tersebut PT. Pertamina menggunakan software MySAP sebagai
program ERP mereka.
MySAP merupakan salah satu aplikasi praktis ERP yang terbesar di
dunia. Saat ini penggunaan sistem ERP dengan label MySAP di terapkan
hampir disemua perusahaan negara di Indonesia. MySAP dipilih oleh Vivere
Group sebagai outsourcing sistem informasi berupa ERP karena kemudahan
dan kepraktisan penggunaannya bagi karyawan Vivere Group.
Kebijakan Vivere Group dalam melakukan outsourcing sistem
informasi ERP berupa MySAP dilakukan dengan pembayaran loyalti untuk
subscribe atau berlangganan software MySAP yang dihitung bedasarkan
pada jumlah akun setiap tahunnya. Jumlah akun tersebut merupakan jumlah
total karyawan Vivere Group yang terkait dengan aktifitas internal dan
eksternal perusahaan, sehingga perusahaan harus menyediakan anggaran
15
dana yang cukup besar setiap tahunnya untuk membayar loyalti sistem
informasi ERP tersebut.
Keterbatasan kemampuan dan sumber daya Vivere Group dalam
pengadaan sistem informasi ERP tersebut membuat Vivere Group bergantung
kepada software MySAP sebagai tulang punggung segala aktifitas transaksi
perusahaan. Untuk itu Vivere Group dengan divisi khusus IT-nya yang dikenal
dengan Virago terus mengembangkan berbagai metode sistem ERP pribadi
perusahaan sehingga kedepannya didapat sistem ERP yang paling cocok
dengan kegiatan Vivere Group tanpa harus berlangganan dan membayar loyalti,
namun rencana tersebut masih sebatas tingkat pengembangan.
Untuk meminimalkan biaya berlangganan MySAP, Vivere Group
melalui divisi Virago mengupayakan sistem ID internet. Dengan sistem tersebut
satu akun dalam MySAP dapat digunakan oleh beberapa karyawan dalam satu
divisi, sehingga anggaran biaya berlangganan MySAP tahunan yang dikeluarkan
Vivere Group dapat diminimalkan.
3.2 Keunggulan dan Kelemahan Outsourcing Sistem Informasi di Vivere
Group
Penggunaan outsourcing sistem informasi ERP di Vivere Group
memberi dampak positif dan negatif bagi perusahaan. secara umum, dampak
positif dari outsourcing sistem informasi tersebut adalah:
1. Data perusahaan terintegrasi: Dengan outsourcing sistem informasi ERP
tersebut membuat data – data perusahaan menjadi terorganisir dan
terintegrasi satu sama lain, sehingga mempermudah segala aktifitas yang
berhubungan dengan pengolahan data, transaksi perusahaan, dan monitoring
serta evaluasi kegiatan perusahaan.
2. Kegiatan bisnis perusahaan lebih terfokus: Dengan outsourcing sistem
informasi maka Vivere Group dapat lebih memfokuskan kegiatan
16
perusahaannya pada kompetensi inti perusahaan tanpa harus lebih banyak
memikirkan sistem informasi perusahaan.
3. Keamanan data lebih terjamin: Data dan rahasia perusahaan merupakan
hal yang sangat penting, dengan digunakannya ERP berupa MySAP sebagai
sistem informasi yang mengintegrasikan data tersebut maka komunikasi dan
transaksi perusahaan sudah bersifat papper-less atau sudah tidak lagi
menggunakan kertas, sehingga data-data dan rahasia perusahaan akan
tercatat dan terekam secara digital, sistem keamanan data yang disimpan
juga dilindungi oleh firewall yang membuat data lebih sulit untuk diakses
maupun diretas oleh pihak luar.
4. Mempermudah persaingan di pasar global: Dengan outsourcing sistem
informasi mempermudah Vivere Group dalam menghadapi persaingan
global, hal ini dikarenakan perkembangan sistem informasi outsourcing yang
diterapkan oleh Vivere Group (MySAP) merupakan sistem informasi yang
banyak digunakan di seluruh dunia, sehingga teknologi yang dimiliki Vivere
Group merupakan teknologi dengan standar dunia.
Meskipun memiliki berbagai keuntungan dalam penerapan outsourcing
sistem informasi di Vivere Group, namun masih terdapat beberapa kelemahan
dari outsourcing sistem informasi tersebut, diantaranya adalah:
1. Menaikan anggaran perusahaan: Sistem outsourcing yang diterapkan di
Vivere Group merupakan sistem berlangganan (subscribe) dengan periode
waktu per tahun. Perhitungan pembayarannya pun dihitung berdasarkan
jumlah akun atau ID yang digunakan. Banyaknya jumlah pegawai Vivere
Group membuat biaya berlangganan sistem informasi tersebut menjadi
mahal dan meningkatkan anggaran perusahaan.
2. Terciptanya ketergantungan terhadap sistem informasi outsourcing:
Segenap kemudahan yang diberikan dari outsourcing sistem informasi
17
membuat seluruh aktifitas bisnis dan komunikasi perusahaan bergantung
kepada sistem informasi tersebut. Ketergantungan tersebut dapat memberi
dampak negatif bagi perusahaan, karena bila terjadi gangguan sistemik pada
perusahaan outsourcing yang mampu merusak jaringan dari sistem tersebut
maka aktifitas kerja dan transaksi perusahaan dapat terhenti, dan data-data
perusahaan juga akan terancam keamanannya.
3. Ketidaksesuaian fitur yang dibutuhkan: dalam penerapan outsourcing
sistem informasi ERP seluruh aplikasi yang digunakan seragam di seluruh
dunia, padahal kebutuhan sistem ERP tiap perusahaan berbeda-beda, dengan
outsourcing sistem informasi tersebut Vivere Group harus mengatur ulang
alur kerja perusahaan menyesuaikan dengan sistem ERP outsourcing.
18
BAB IV
PENUTUP
Sistem Infomasi Perusahaan adalah sistem berbasis komputer yang dapat
melaksanakan semua tugas standar bagi seluruh unit organisasi secara terintegrasi
dan koordinasi. Sistem perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) adalah
sistem yang memampukan manajemen berbagai proses internal organisasi.
Outsourcing sistem informasi yang digunakan oleh Vivere Group adalah sistem
informasi ERP yaitu MySAP. Sistem informasi tersebut digunakan untuk
mengatur setiap aktifitas kerja dan transaksi perusahaan. Dalam kontrak kerjanya
pembayaran outsourcing sistem informasi tersebut dilakukan tiap tahun dengan
membayar loyalti untuk setiap ID atau akun yang digunakan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari penerapan outsourcing sistem
informasi di Vivere Group, beberapa kelebihannya diantaranya adalah:
1. Data perusahaan terintegrasi sehingga mempermudah karyawan dalam menjalankan
aktivitas kinerja harian.
2. Kegiatan bisnis perusahaan lebih terfokus
3. Keamanan data lebih terjamin
4. Mempermudah persaingan di pasar global
Beberapa kelemahan dari penerapan outsourcing sistem informasi di Vivere
Group diantaranya adalah:
1. Menaikan anggaran perusahaan
2. Ketergantungan terhadap sistem informasi outsourcing
19
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien, J and Marakas, G. 2008. Management Information System. 8 th
edition. Mc.Graw Hill International Edition.
http://www.vivere.co.id/page/aboutus/12/3/company-highlights
Sutabri T, 2005. Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Pak Pid. 2010. Selfsourcing, Insourcing dan
Outsourcing. http://pakpid.wordpress.com/2010/01/05/self-sourcing-in-
sourcing-and-out-sourcingdiakses tanggal 03/02/2017
. http://bobit48e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/02/07/penerapan-insourcing-
outsourcing-dan-co-sourcing-dalam-pengelolaan-sistem-informasi-di-
perusahaan/ diakses tanggal 03/02/2017.
http://reza51.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/03/20/penerapan-outsourcing-
sistem-informasi-di-pt-pertamina diakses tanggal 03/02/2017.
1
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
ANALISIS URGENSI MAINTENANABILITY SOFTWARE DI
SUATU PERUSAHAAN
Disusun Oleh :
Yelli Yulian
K25161141
(Kelas E63)
Dosen :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, Msc (CS)
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi ......................................................................................... 3
2.2 Maintenance dalam Sistem Informasi ....................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Urgensi Maintenance Software ................................................................ 10
3.2 Manfaat Penting Maintenance Software dalam Sistem Informasi ...... 13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 19
4.2 Saran .......................................................................................................... 15
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat pada era globalisasi saat ini
dilatarbelakangi oleh kemajuan teknologi khususnya pada bidang IT, sehingga
harus didukung dengan penerapan sistem informasi yang lebih baik. Sistem
informasi yang baik adalah suatu sistem terpadu atau kombinasi teratur dari
seluruh elemen yang ada, baik individu,hardware, software maupun jaringan
komunikasi, untuk meyediakan informasi yang berguna dalam mendukung
kegiatan operasional dan fungsi pengambilan keputusan dari sebuah organisasi.
Perusahaan atau organisasi yang tidak ingin ketinggalan dengan
perkembangan jaman dan teknologi tentu akan tetap mengikuti semua
perkembangan yang terjadi di bidang teknologi ini. Perusahaan juga ingin tahu
kelayakan sistem yang mereka gunakan dan kapan waktu mengganti dengan
yang baru. Tapi di balik semua itu, biaya juga menjadi pertimbangan mereka.
Untuk dapat selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada, sebuah
perusahaan memiliki Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi. Software
maintenance menjadi salah satu bagian dari integrasi sistem manajemen dalam
perusahaan atau organisasi. Sistem maintenance di suatu perusahaan terkadang
tidaklah murah, oleh karena itu seringkali perusahaan atau organisasi sering
mengabaikan masalah maintenance ini. Padahal apabila perusahaan atau
organisasi tersebut mengerti teknologi apa yang paling dibutuhkan perusahaan
maka masalah biaya atau cost maintenance dapat ditekan.
1.2 Tujuan
Mengetahui urgensi maintenance dalam software dan sistem informasi dalam
sebuah perusahaan serta strategi dan langkah-langkah pembangunannya yang
bermanfaat bagi perusahaan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Menurut O’Brien, sistem informasi adalah suatu kombinasi terartur apapun
dari people (orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer
networks and data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data)
yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk
organisasi.
Peran sistem informasi menurut O’brian adalah untuk menunjang kegiatan
bisnis operasional, menunjang manajemen dalam mengambil keputusan, dan
menunjang keunggulan strategi kompetitif organisasi. Sistem informasi
mengintegrasikan sumber daya manusia, teknologi (hardware, software dan jaringan
komunikasi), sumber data serta kebijakan dan prosedur kerja, untuk mengelola
(menyimpan, mengakses kembali, mengubah dan menyebarluaskan) informasi dalam
sebuah organisasi. Sistem Informasi pada sebuah organisasi, dapat digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Sistem Informasi Untuk Operasi Bisnis
Sistem Informasi Operasi memproses data yang berasal dari dan yang
digunakan dalam kegiatan usaha. Peranan sistem informasi untuk operasi
bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis, mengontrol proses industrial,
dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara efisien.
Transaction Processing Systems
Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi
manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem
proses data elektronik (electronic data processing systems). TPS mencatat
dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian,
5
dan perubahan persediaan. TPS menghasilkan berbagai informasi produk
untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat
pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order
pembelian, formulir pajak dan rekening keuangan. TPS juga
memperbaharui database yang digunakan perusahaan untuk diproses lebih
lanjut oleh SIM.
Process Control Systems
Sistem informasi operasi secara rutin membuat keputusan yang
mengendalikan proses operasional, seperti keputusan pengendalian produksi.
Hal ini melibatkan process control systems (PCS) yang keputusannya
mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis dibuat oleh komputer.
Office Automation Systems
Office automation systems (OAS) mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan mengirim data dan informasi dalam bentuk komunikasi kantor elektronik.
Contoh dari office automation (OA) adalah word processing, surat elektronik
(electronic mail),teleconferencing, dan lain-lain.
2. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.
Sistem informasi manajemen atau SIM (management information system)
adalah sistem informasi yang dirancang untuk menyediakan informasi akurat, tepat
waktu, dan relevan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh para
manajer. Konsep SIM adalah meniadakan pengembangan yang tidak efisien dan
penggunaan komputer yang tidak efektif. Konsep SIM sangat penting untuk sistem
informasi yang efektif dan efisien oleh karena:
Menekankan pada orientasi manajemen (management orientation) dari
pemrosesan informasi pada bisnis yang bertujuan mendukung pengambilan
keputusan manajemen (management decision making).
Menekankan bahwa kerangka sistem (system framework) harus digunakan
untuk mengatur penggunaan sistem informasi. Penggunaan sistem informasi
6
pada bisnis harus dilihat sebagai suatu integrasi dan berhubungan, tidak
sebagai proses yang berdiri sendiri.
Secara garis besar SIM terdiri dari 3 macam yakni:
1. Information Reporting Systems
Information reporting systems (IRS) menyediakan informasi produk
bagi manajerial end users untuk membantu mereka dalam pengambilan
keputusan dari hari ke hari. Akses data IRS berisi informasi tentang operasi
internal yang telah diproses sebelumnya oleh transaction processing systems.
Informasi produk memberi gambaran dan laporan yang dapat dilengkapi (1)
berdasarkan permintaan, (2) secara periodik, atau (3) ketika terjadi situasi
pengecualian. Sebagai contoh, manajer penjualan dapat menerima laporan
analisa penjualan setiap minggunya untuk mengevaluasi hasil penjualan
produk.
2. Decision Support Systems
Decision support systems (DSS) merupakan kemajuan dariinformation
reporting systems dan transaction processing systems. DSS adalah interaktif,
sistem informasi berbasis komputer yang menggunakan model keputusan dan
database khusus untuk membantu proses pengambilan keputusan bagi
manajerial end users. Sebagai contoh, program kertas kerja elektronik
memudahkan manajerial end user menerima respon secara interaktif untuk
peramalan penjualan atau keuntungan.
3. Executive Information Systems
Executive information systems (EIS) adalah tipe SIM yang sesuai untuk
kebutuhan informasi strategis bagi manajemen atas. Tujuan dari sistem
informasi eksekutif berbasis komputer adalah menyediakan akses yang
mudah dan cepat untuk informasi selektif tentang faktor-faktor kunci dalam
menjalankan tujuan strategis perusahaan bagi manajemen atas. Jadi EIS harus
mudah untuk dioperasikan dan dimengerti (O’brien, 2000).
7
3. Sistem Informasi untuk Keuntungan Strategis
Sistem informasi dapat memainkan peran yang besar dalam mendukung
tujuan strategis dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan dapat bertahan dan
sukses dalam waktu lama jika perusahaan itu sukses membangun strategi untuk
melawan kekuatan persaingan yang berupa (1) persaingan dari para pesaing yang
berada di industri yang sama, (2) ancaman dari perusahaan baru, (3) ancaman dari
produk pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar dari konsumen, dan (5) kekuatan
tawar-menawar dari pemasok. Kelima faktor tersebut merupakan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membangun upaya peamsaran yang mengarah
kepada competitive advantage strategies.
Menurut O’Brien (2010), tujuan dari banyak perusahaan saat ini adalah untuk
memaksimalkan nilai pelanggan dan bisnis perusahaan dengan menggunakan
teknologi informasi untuk mendukung para pegawai mereka dalam
mengeimplementasikan proses bisnis kooperatif dengan para pelanggan, pemasok,
dan pihak lainnya. Oleh karena itu, keberhasilan sistem informasi tidak seharusnya
hanya diukur melalui efisiensi dalam hal meminimalkan waktu, biaya, dan
penggunaan sumber daya informasi. Keberhasilan juga harus diukur dari efektivitas
teknologi informasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi, memungkinkan
proses bisnisnya, meningkatkan struktur organisasi dan budaya, serta meningkatkan
nilai pelanggan dan bisnis perusahaan. Dilihat dari perspektif managerial, fungsi dari
sistem informasi adalah:
1. Minimalisasi Resiko
Kehadiran teknologi informasi diharapkan mampu membantu perusahaan
untuk mengurangi resiko bisnis yang ada, dapat pula menjadi sarana
untuk membantu manajemen untuk mengelola resiko. Salah satu contoh
resiko yang berkaitan dengan keuangan.
2. Pengurangan Biaya
8
Perbaikan, efisiensi dan optimalisasi berbagai divisi yang ada
diperusahaan merupakan salah satu fungsi teknologi informasi sebagai
katalisator dalam usaha perusahaan mengurani biaya operasional
perusahaan pada akhirnya dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Terdapat 4 cara teknologi informasi untuk mengurangi biaya yang kerap
keluar pada kegiatan operasional perusahaan, antara lain Eliminasi proses,
Simplikasi proses, Integrasi Proses dan Otomatisasi proses.
3. Value Adding
Tujuan akhir dari proses peningkatan nilai tambah suatu bisnis bukan
sekedar kepuasan pelanggan semata, tetapi juga menciptakan loyalitas
pelanggan. Sehingga konsumen bersedia menjadi pelanggan perusahaan
untuk jangka panjang.
4. Menciptakan Arena Bersaing Baru
Perkembangan teknologi informasi ditandai pesatnya teknologi internet
yang telah menciptakan arena bersaing baru bagi suatu bisnis.yaitu
persaingan di dunia maya melalui konsep e-bussines, eprocurement, e-
commerce, e-commerce dan lain-lain.
2.2. Maintenance Sistem Informasi
Pemeliharaan Sistem adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang
dilakukan untuk menjaga suatu sistem dalam atau memperbaikinya sampai suatu
kondisi yang diharapkan. Pemeliharaan atau maintainability sistem dapat
digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah bagian pemeliharaan sistem yang tidak begitu
tinggi nilainya dan lebih membebani, karena pemeliharaan ini mengkoreksi
kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada saat sistem berjalan. Umumnya
pemeliharaan korektif ini mencakup kondisi penting atau bahaya yang memerlukan
9
tindakan segera. Kemampuan untuk mendiagnosa atau memperbaiki kesalahan atau
malfungsi dengan cepat sangatlah berharga bagi perusahaan.
2. Pemeliharaan Adaptif
Pemeliharaan adaptif dilakukan untuk menyesuaikan perubahan dalam
lingkungan data atau pemrosesan dan memenuhi persyaratan pemakai baru.
Lingkungan tempat sistem beroperasi adalah dinamik, dengan demikian, sistem harus
terus merespon perubahan persyaratan pemakai. Umumnya pemeliharaan adatif ini
baik dan tidak dapat dihindari.
3. Pemeliharaan Perfektif (Penyempurnaan)
Pemeliharaan penyempurnaan mempertinggi cara kerja atau maintainabilitas
(kemampuan untuk dipelihara). Tindakan ini juga memungkinkan sistem untuk
memenuhi persyaratan pemakai yang sebelumnya tidak dikenal. Ketika membuat
perubahan substansial modul apapun, petugas pemeliharaan juga menggunakan
kesempatan untuk meng-upgrade kode, mengganti cabang-cabang yang kadaluwarsa,
memperbaiki kecerobohan, dan mengembangkan dokumentasi.
4. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif terdiri atas inspeksi periodik dan pemeriksaan sistem
untuk mengungkap dan mengantisipasi permasalahan. Karena personil pemeliharaan
sistem bekerja dalam sistem ini, mereka seringkali menemukan cacat-cacat (bukan
kesalahan yang sebenarnya) yang menandakan permasalahan potensial. Sementara
tidak memerlukan tindakan segera, cacat ini bila tidak dikoreksi di tingkat awal, jelas
sekali akan mempengaruhi baik fungsi sistem maupun kemampuan untuk
memeliharanya dalam waktu dekat.
2.3. Software Maintenance
Maintainability adalah usaha yang diperlukan untuk menemukan dan
memperbaiki kesalahan (error) dalam software. Maintanability juga disebut sebagai
pemeliharaan sistem. Dimana setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan
diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan
10
hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan
dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan.
Menurut McCall (1977) kriteria yang mempengaruhi
kualitas software terbagi menjadi tiga aspek penting yaitu :
1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations).
2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision)
3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru (Product
Transition).
Dengan beragamnya tujuan perawatan perangkat lunak, maka jenis
perawatan perangkat lunak dapat dibagi menjadi empat pula, yaitu perawatan
perbaikan (correction), perawatan peningkatan kinerja (improvement), perawatan
penyesuaian (adaptation), dan perawatan pencegahan (prevention). Akan tetapi,
secara umum, jenis perawatan perangkat lunak dapat dikelompokkan kedalam dua
kategori besar, yaitu perawatan perbaikan (correction) dan perawatan peningkatan
(enhancement). Perawatan jenis kedua mencakup perawatan improvement,
adaptation, dan prevention.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Urgensi Maintenance Software
Urgensi maintainability dari suatu software adalah pentingnya
perawatan/pemeliharaan dan pengembangan suatu software. Tujuannya adalah
agar software selalu dalam keadaan siap pakai. Dalam waktu tertentu tidak menutup
kemungkinan software mengalami kerusakan atau perlu disempurnakan lagi disitulah
pentingnya maintainability. Kegiatan pemeliharan perangkat lunak (software)
terjadi karena adanya asumsi yang salah pada saat uji coba yaitu kesalahan
tersembunyi pada perangkat lunak yang cukup besar.
Maintenance software perlu memperhatikan beberapa karakteristik:
12
Terdapat tiga alasan pentingnya pemeliharaan sistem atau system
maintenance :
1. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul
saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh, maintenace dapat digunakan untuk
mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses
pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan
tersebut dapat diperbaiki.
2. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Kajian pasca implementasi sistem merupakan salah satu aktivitas maintenance yang
meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem
dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor
sistem secara terus-menerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan
terhadap sistem. Sebagai contoh, saat user menemukan errors pada saat sistem
digunakan, maka userdapat memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis
informasi guna meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system
maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan
13
senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik.
3. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system
maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun
karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga, system
maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi-
modifikasi sistem yang dilakukan. Secara singkat, system maintenance menjadi
penting karena padasystem maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan
untuk mempertemukan kebutuhan oranisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem
yang telah dibangun. Software maintenance yang efektif dilakukan dengan teknik
yang spesifik atau khusus untuk maintenance.
Model proses maintenance sebuah perangkat lunak dideskripsikan dalam
maintenance standar IEEE 1219 [IEEE 1219] dan ISO/IEC 14764 [ISO14764]. Pada
IEEE 1219 [IEEE 1219] kegiatan maintenance perangkat lunak dimulai pada saat
tahap pemakaian perangkat lunak. Aktivitas maintenance perangkat lunak ISO / IEC
14764 yang utama dapat dibagi menjadi beberapa proses :
1. Proses Implementasi:
Membuat rencana maintenance dan prosedur-prosedurnya.
Membuat prosedur untuk permintaan perubahaan / modifikasi perangkat
lunak (Modification Requests).
Implementasi proses CM.
2. Proses pengenalan masalah dan modifikasi:
Melakukan analisis.
Menentukan masalah.
Membuat opsi / pilihan untuk mengimplementasikan modifikasi.
Membuat dokumentasi.
Melakukan proses “pendekatan” untuk opsi / pilihan implementasi.
Melakukan modifikasi
14
Melakukan analisa yang detail.
Mengembangkan , mengkoding, dan mengetes perubahan yang dilakukan.
3. Review Maintenance :
Mempersiapkan modifikasi
Memastikan migrasi sesuai dengan ISO / IEC 12207.
Membangun rencana migrasi.
Memberitahu user tentang rencana migrasi.
Melakukan operasi yang pararel.
Memberitahu user bahwa migrasi telah dimulai.
Review migrasi.
Memastikan data yang lama dapat diakses.
4. Software Retirement :
Membuat rencana retirement.
Memberitahu user tentang rencana retirement.
Melakukan operasi paralel.
Memberitahu user bahwa retirement telah dimulai.
Memastikan data yang lama dapat diakses
3.2 Manfaat Penting Maintenance Software dalam Sistem Informasi
Selain itu, urgensi dari pemeliharaan sistem atau system maintenance dalam
suatu organisasi/ perusahaan adalah sebagai berikut:
Mengurangi pengeluaran dalam bidang investasi teknologi.
Membantu perusahaan memecahkan masalah dengan tetap mengikuti
perubahan lingkungan dan prosedur yang terjadi.
Efektivitas biaya.
Menghindari kerugian yang diakibatkan oleh munculnya kesalahan pada
perangkat lunak yang berakibat pada pengguna terakhir. Biaya yang
15
dikeluarkan akan lebih sedikit jika dilakukan pendektesian awal terhadap
kesalahan yang terjadi pada perangkat lunak tersebut.
Efisiensi waktu
Dilakukannya pengujian terhadap perangkat lunak akan menghindari
perusahaan dari resiko kerugian yang terjadi dan waktu yang lebih lama
untuk melakukan perbaikan terhadap perangkat lunak tersebut.
Fokus pada pengembangan bisnis.
Perangkat lunak yang tidak memiliki kesalahan (bug) akan memaksimalkan
kinerja dari perusahaan dengan mendukung kegiatan bisnis lebih baik dan
mendukung penyelesaian masalah lebih cepat dengan penggunaan perangkat
lunak tersebut.
Peningkatan loyalitas pelanggan.
Membuat software tersebut menjadi kategori software berkualitas.
Mengambil peluang bisnis yang ada, dengan maintenance software atau
sistem informasi, akan mengevaluasi sistem yang ada dan memodifikasinya,
bila sebuah sistem usang atau rusak maka organisasi tidak akan dapat
mengambil peluang bisnis yang ada dengan proses yang efektif dan efisien.
Menjaga agar software tidak menjadi usang.
Keusangan software atau sistem informasi akan merugikan organisasi,
organisasi menjadi tidak optimal dalam memanfaatkan software pun
menghasilkan kinerja yang tidak optimal, sehingga proses maintenance
menjaga hal ini agar keusangan tidak terjadi.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Proses maintenance (pemeliharaan) software terhadap sistem informasi
merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan. Hal tersebut perlu dilakuan
untuk menjaga keberlangsungan proses informasi dalam sebuah bisnis atau
perusahaan agar dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya proses maintenance
yang dilakukan secara rutin dan berkala, perusahaan dapat dengan mudah melakukan
penyesuaian terhadap lingkungan bisnis yang terus berkembang dan memanfaatkan
peluang bisnis yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan
4.2 Saran
Sebaiknya setiap perusahaan selalu menyadari akan pentingnya software
maintenance.Selain itu, sumberdaya di bidang IT harus selalu tersedia, karena
pemeliharan sebuah sistem informasi perusahaan yang merupakan jaringan komputer
sebagian besar sangat bergantung kepada ketersediaan sumber daya di bidang
teknologi informasi / IT yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan
sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
O’ Brien, James, 2010. Introduction to Information System. McGraw. Hill, New
York.
http://izzan52.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/10/06/sistem-informasi-
manajemen-urgensi-maintenance-software-dalam-pembangunan-sistem-
informasi/ diakses pada tanggal 03/02/2017
http://iphenimnus.blogspot.co.id/2013/10/peranan-sistem-informasi-manajemen.html
diakses tanggal 03/02/2017