Post on 17-Dec-2020
transcript
TUGAS INDIVIDU SISTEM INFORMASI MANAGEMENT
Evaluasi Pengembangan Sistem Informasi melalui Insourchingdan outsourching
Urgensi Maintainability dari Suatu Software
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc (CS)
Disusun Oleh :
Adi Mulyadi
K15161044
SEKOLAH PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
2
A. Evaluasi Pengembangan Sistem Informasi melalui Insourching dan
outsourching Organisasi
Pada umumnya materi pengembangan sistem teknologi informasi metode
alternative menjelaskan atau menerangkan ada dua konsep pada penelitian atau
pengembangan yaitu Metode Konvensional dan Metode Alternatif. Dengan metode
pengembangan secara konvensional, yaitu metode SDLC (System Development
Life Cycle), yaitu system teknologi informasi (STI/SI) dikembangkan oleh analisis
system. Analisis sistem (system analyst) pemakai yaitu dapat menerima informasi
yang dibutuhkan baik secara off line maupun online. Sedangkan pada metode
alternatif dapat berupa pengembangan sistem metode paket (package), metode
prototype (prototyping), metode pengembangan oleh pemakai (end – user
computing atau end user development) dan metode outsourcing. Dengan
memperhatikan kekurangan – kekurangan dan kelebihan- kelebihan pada empat
metode berbeda. Selanjutkan akan difokuskan pembahasan tentang sourcher (in dan
outsourching) . Beberapa factor menentukan pemilihan metode pengembangan
system teknologi informasi. Factor-faktor tersebut antara lain: Ketersediaan paket,
Sumber daya system teknologi informasi, Dampak dari system, dan Jadwal
pemakaian system.
Prioritas pertama pemilihan metode pengembangan system informasi (SI)
umumnya adalah jatuh pada paket. Ketersediaan paket perlu diperiksa. Banyak
paket yang tersedia untuk aplikasi paket yang umum, misalnya aplikasi akuntansi,
operasi-operasi pokok perbankan, dan lainnya. Untuk aplikasi yang khusus,
misalnya DSS untuk permasalahan yang unik, biasanya tidak tersedia paketnya,
sehingga harus dikembangkan sendiri yang dikenal dengan outsourcing. Penentuan
apakah akan dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing) atau akan
dikembangkan sendiri (insourcing) ditentukan oleh factor kemampuan sumber daya
(resources) dari department SI, Jika tidak mempunyai sumber daya yang baik
misalnya tidak mempunyai analis dan pemrogram yang berkualitas serta tidak
mempunyai teknologi yang memadai. Pilihan pengembangan biasanya jatuh pada
3
outsorcing. Outsourcing menjadi pilihan karena mempunyai beberapa kelebihan-
kelebihan sebagai berikut ini :
1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan
tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam
bentuk outsourcing yang lebih murah dikarenakanoutsourcer menerima jasa
dari perusahaan lainnya sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi ke
beberapa perusahaan.
2. Mengurangi waktu proses, karena beberapaoutsourcer dapat dipilih untuk
bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan
sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli di
bidang tersebut.
4. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan
piahak outsourcer mempunyainya.
5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi
dan transfer pengetahuan yang dimiliki oleh outsourcer.
6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi
7. Mengurangi resiko kagagalan investasi yang mahal.
8. Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi,
perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat –
saat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak di
manfaatkan pada waktu yang lainnya.
9. Perusahaan dapat memfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting.
Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa
kelemahan juga perlu diperhatikan. Kelemahan-kelemahan ini adalah sebagai
berikut ini.
4
1. Jika aplikasi yang di-outsource adalah aplikasi yang stratejik, maka dapat ditiru
oleh pesaingnya yang juga dapat ditiru oleh pesaingnya yang jug a dapat
menjadi klien dari outsourcer yang sama.
2. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource-kan.
Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus segera ditangani jika terjadi
gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika
aplikasi ini di-outsource-kan karena kendali ada dioutsourcer yang harus di
hubungi terlebih dahulu.
3. Jika kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak
kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.
4. Perusahaan akan kehilangan keahlian dari belajar membangun dan
mengoperasikan aplikasi tersebut.
Perusahaan melakukan keputusan insourcing atau outsourcing berdasarkan
beberapa hal, seperti misalnya berdasarkan jumlah budjet yang dianggarkan,
berdasarkan keputusan stratejik, berdasarkan kontribusi aktivitas TI tersebut
terhadap operasi dan posisi bisnis dan berdasarkan atas analisis strategic grid.
Berdasarkan Besarnya Budjet
Dari keputusan insourcing atau ousourcing dapat ditentukan sebagai berikut ini.
1. De facto insourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan 100% budjet untuk insourcing yaitu semua
pengembangan sistem dan operasinya dilakukan oleh internal organisasi, yaitu
biasanya dilakukan oleh departemen sistem informasi atau departemen TI.
2. Total in-sourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan sebagian besar (sekitar 80% budjet) dari
pengembangan dan kegiatan operasi TI dilakukan secara internal oleh departemen
TI.
5
3. Selective outsourcing.
Keputusan ini merupakan keputusan sebagian besar (sampai dengan 80% budget)
pengembangan dan operasi TI yang diseleksi dikembangkan dan dioperasikan
oleh penyedia jasa outsourcing.
4. TotaL outsourcing.
Keputusan ini adalah menyerahkan sebagian besar (lebih dari 80% budget)
pengembangan dan operasi kegiatan IT kepada penyedia jasa luar.
Berdasarkan Jenis Aplikasinya : Strategik dan Kritikal
Selain outsourcing sekarang menjadi alternatif untuk dipilih, tidak setiap aplikasi
tepat untuk di outsource-kan. Aplikasi-aplikasi yang dapat di outsource-kan adalah
aplikasi-aplikasi yang jenisnya tidak strategic dan tidak kritikal. Aplikasi bersifat
strategic dan di outsource-kan, maka akan kehilangan keuntungan kompetisinya
sehingga tidak menjadi strategic lagi. Kehilangan keuntungan kompetisinya karena
outsource dapat menyediakan jasa semacam kepada pesaing, sehingga pesaing
dapat mempunyai aplikasi yang sama.
Pendapat yang menyarankan untuk tidak mengoutsource-kan aplikasi-aplikasi yang
kritis, dengan alasan jika terjadi gangguan dengan aplikasinya, maka akan sangat
terlambat untuk diperbaiki karena aplikasi tersebut dikerjakan di tempat outsourcer
yang terpisah dari tempat perusahaan. Contoh aplikasi-aplikasi yang dapat
dioutsource-kan adalah aplikasi penggajian yang tidak bersifat strategik yang boleh
ditiru oleh pesaing dan tidak kritikal karena jika ada gangguan dan terlambat
beberapa saat tidak akan mengganggu kinerja perusahaan. Contoh lainnya adalah
aplikasi akuntansi, aplikasi reservasi tiket pesawat terbang. Mengoperasikan
aplikasi ini, CSC menggunakan mainframe dengan kecepatan 72MIPS. CSC
mengembangkan suatu sistem yang baru disebut dengan Dealer Computer
Architecture Strategy telah mengurangi waktu pencarian suku cadang dari 20 menit
menjadi 2 detik.
6
Contoh lain aplikasi yang di-outsource-kan yaitu oleh Ford of Europe yang
merupakan aplikasi yang stratejik dan kritikal. Ford of Europe meng-outsource-kan
aplikasi ini dengan mengatasi faktor stratejik dan faktor kritikal. Faktor stratejik
diatasi oleh Ford of Europe dengan membuat kontrak kepada outsourcer untuk tidak
menerima pekerjaan yang sama untuk perusahaan yang sejenis di industri. Ford of
Europe juga mengijinkan outsourcer menggunakan komputer mainframe milik
Ford untuk digunakan melayani outsourcing perusahaan-perusahaan lainnya.
Perusahaan outsourcer, yaitu CSC mempunyai banyak klien besar lainnya
seperti British Airways dan CSC menggunakan komputer mainframe milik
Ford untuk melaksanakan bisnisnya. CSC akan berpikir banyak untuk melanggar
kontrak dengan Ford untuk tidak menerima pekerjaan outsourcing untuk
perusahaan yang sejenis dengan Ford. Jika CSC melanggar kontrak ini dan putus
hubungan kerja dengan Ford, maka CSC akan kehilangan kesempatan untuk
memanfaatkan computer mainframe milik Ford. Dengan demikian nilai stratejik
dari aplikasi Ford tidak akan hilang untuk digunakan oleh pesaingnya. Faktor
kritikal diatasi oleh Ford dengan menyediakan tempat di perusahaan Ford sendiri
dan menganggap karyawan CSC yang mengoperasikan aplikasi sebagai layaknya
anggota team internal. Dengan demikian jika terdapat gangguan terhadap aplikasi
akan mudah dan cepat diatasi.
Berdasarkan Kontribusi Aktivitas TI terhadap Operasi dan Posisi Bisnis yaitu
dengan demikian terdapat dua dimensi untuk mengevaluasi keputusan outsourcing
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Kontribusi TI terhadap posisi bisnis, terdiri dari:
a. Diferensiasi (differentiation), yaitu aktivitas TI memberi yaitu aktivitas TI
memberi kontribusi posisi bisnis yang stratejik yang dapat membuat
perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya.
b. Komoditas (commodity), yaitu aktivitas TI hanya seperti komoditas biasa
tidak menyumbangkan posisi stratejik pada perusahaan.
2. Kontribusi TI terhadap operasi bisnis, terdiri dari:
a. Kritikal (critical), yaitu TI digunakan untuk operasi bisnis yang kritikal.
7
b. Berguna (useful), yaitu TI sangat berguna untuk digunakan pada operasi
bisnis, tetapi bukan untuk operasi bisnis yang kritikal.
Dari dua dimensi ini dapat diperoleh empat kategori kontribusi TI terhadap
operasi dan posisi bisnis sebagai berikut ini:
Diferensiasi Kritikal (critical differentiation).
Aktivitas TI dapat memberikan kontribusi posisi stratejik pada perusahaan dan
pada operasi yang kritikal, sehingga aplikasi TI harus dikembangkan dan
dioperasikan sendiri di dalam perusahaan. Kategori ini disebutinsource.
Komoditas Kritikal (critical commodities).
Aktivitas TI digunakan untuk operasi perusahaan yang kritikal tetapi tidak
memberikan posisi yang stratejik pada perusahaan. Apikasi TI semacam ini
dapat di-outsource-kan, sejauh masalah kritikal yang mungkin terjadi harus
dipikirkan dan diatasi. Kategori ini disebut best source.
Komoditas Berguna (useful commodities).
Aktivitas TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal dan tidak memberikan
posisi stratejik pada perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sangat mungkin untuk
di-outsource-kan. Kategori ini disebut denganoutsource.
Diferensiasi Berguna (useful differentiation).
Aktivitas TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal tetapi memberikan
posisi stratejik pada perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sebaiknya tidak untuk
di-outsource-kan. Kategori ini disebut dengan eliminate ataumigrate.
Berdasarkan Analisis Strategic Grid
Aplikasi TI yang memberikan posisi stratejik kepada perusahaan sebaiknya tidak
di-outsource tetapi dikembangkan dan di operasikan di internal
perusahaan. McFarlan dan McKenney`s strategic grid dapat digunakan untuk
8
menganalisis kontribusi TI terhadap posisi stratejik perusahaan. Posisi perusahaan
di dalam strategic gridditentukan oleh dua dimensi, yaitu:
1. Ketergantungan operasi perusahaan terhadap TI sekarang dan
2. Portofolio pengembangan aplikasi-aplikasi TI di masa depan (ketergantungan
operasi perusahaan terhadap TI di masa depan).
Dari kedua dimensi ini diperoleh empat kuadran, yaitu:
1. Factory dengan rekomendasi aplikasi TI untuk di-outsource,
2. Strategic dengan rekomendasi aplikasi TI untuk tidak di-outsource,
3. Support dengan rekomendasi aplikasi TI untuk di-outsource dan
4. Turnaround dengan rekomendasi aplikasi TI untuk tidak di-outsource
Untuk menentukan posisi aplikasi TI distrategic grid untuk masing-masing dimensi
dapat dianalisa lewat pengisian daftar pertanyaan yang sudah disediakan. Berikut
ini merupakan cotoh hasil dari daftar pertanyaan yang diberikan pada aplikasi TI
untuk dana pension di suatu bank.
a. Hasil jawaban dari daftar pertanyaan tentang ketergantungan operasi dana
pension terhadap TI sekarang.
b. Hasil jawaban dari daftar pertanyaan tentang ketergantungan perusahaan
terhadap TI masa depan.
Hasil dari jawaban daftar pertanyaan diatas menunjukkan bahwa aplikasi TI untuk
pengelolaan dana pensiun tidak tergantung pada TI sekarang (dengan nilai skor
rata-rata 2,633yang mendekati nilai 4) dan juga tidak tergantung pada portofolio
pengembangan TI di masa depan (dengan nilai skor rata-rata 1.083 mendekati nilai
1). Oleh karena itu, posisi aplikasi ini di strategic gdrid adalah pada kuadra support.
Karena posisinya berada si kuadran support, maka dapat diambil keputusan bahwa
aplikasi TI untuk dana pension ini dapai di-outsource-kan.
Strategi Kontrak
9
Jika keputusan di-outsource-kan sudah diputuskan, maka langkah berikutnya
adalah mengevaluasi beberapa strategi kontrak yang tersedia. Evaluasi strategi
kontrak menggunakan dua buah dimensi sebagai berikut ini.
1. Gaya Pembelian (Purchasing style) yang menjelaskan gaya hubungan antara
perusahaan dengan penyedia jasa outsourcing yang terdiri dari:
a. Transaksi (Transaction) yaitu pembelian yang regular dengan kontrak
tepat waktu.
b. Hubungan baik (Relationship)yaitu hubungan pembelian dalam
bentuk partnership.
2. Focus Pembelian (Purchasing focus) yaitu menjelaskan siapa yang akan
mengoperasikan dan mengelola aktifitas-aktifitas TI yang terdiri dari:
a. Sumber daya (Resources) yaitu aktifitas-aktifitas TI dikelola sendiri oleh
departemen TI internal dengan sumber dayanya diperoleh darioutsourcer.
b. Hasil (Result) yaitu outsourcer mengelola aktifitas-aktifitas TI dan
perusahaan hanya menerima hasil akhirnya saja.
Kombinasi dari dua dimensi dapat diperoleh empat macam alternative
kontrak outsourcing sebagai berikut ini:
1. Beli-dalam (Buy-In) yaitu outsourcermenyediakan sumber daya TI semacam
pemrogram komputer. Pengelolaan kegiatan-kegiatan TI masih dikerjakan di
departemen TI secara internal. Departemen TI internal bertanggung jawab
menyediakan hasilnya. Hubungan kerja antar perusahaan dengaoutsourcer
adalah hubungan bisnis jangka pendek.
2. Pemasok terpilih (Preferred suppliers)yaitu outsourcer menyediakan sumber-
sumber daya TI semacam pemrograman komputer. Pengelolaan kegiatan-
kegiatan TI masih dikerjakan di departemen TI secara internal. Departemen TI
10
internal bertanggung jawab menyediakan hasilnya. Hubungan kerja antar
perusahaan dengaoutsourcer adalah hubungan bisnis jangka panjang.
3. Kontrak-penuh (Contract-out) yaituoutsourcer menyediakan sumber-sumber
daya TI semacam pemrograman komputer, mengelola kegiatan-kegiatan TI
dan bertanggung jawab menyediakan hasilnya.
4. Kontraktor Terpilih (Preferred contractor) yaitu perusahaan dan outsourcer
menbangun kerjasama jangka panjang, misanya membuat kembali
perusahaan outsourcing untuk menyediakan sumber daya, mengelola kagiatan-
kegiatan TI dan menyediakan hasilnya.
Strategi kontrak untuk outsourcing diatas dapat juga ditentukan dari melihat sisi
teknisnya. Terdapat dua dimensi untuk mempertimbangkan sisi teknis yaitu sebagai
berikut ini:
1. Kematangan teknis (Technical manituring) yaitu kemampuan dari perusahaan
untuk mendefinisikan secara spesifik kebutuhan-kebutuhan yang harus
disediakan oleh outsourcer. Semakin matang kegiatan TI dari perspektif teknis
yang dipahami perusahaan, semakin rendah resiko yang akan terjadi jika
perusahaan meng-outsource aktifitas TU tersebut.
2. Integrasi teknis (Technical integration) yaitu tingkat integrasi aktifitas TI
dengan proses bisnis dari sistem-sistem teknikal yang lain. Semakin tinggi
integrasinya, semakin tinggi resikonya jika perusahan meng-outsource aktifitas
TI tersebut.
Dari kombinasi dua simensi teknik tersebut akan didapat ketegori alternative
kontrak yaitu beli-dalam (buy-in), pemasok terpilih (preferred supplier), kontrak-
penuh (contract-out), dan kontrak terpilih (preferred contractor) seperti tampak di
gambar berikut ini. Jika keputusannya adalah mengembangkan sistem teknologi
informasi (STI) secara internal (insourcing), maka yang dipertimbangkan
selanjutnya adalah metode pengembangan oleh pengguna sistem end user
development (EUD)atau end user computing (EUC). Factor penentu
pengembangan STI oleh pemakai sistem adalah dampak dari STI yang akan
11
dikembangkan. Jika dampaknya sempit, yaitu hanya pada individu pemakai sistem
yang sekaligus pengembang sistem itu juga, maka EUC dapat dilakukan.
Sebaliknya jika dampaknya luas sampai ke organisasi, pengambangan sistem
dengan EUC akan berbahaya, karena jika terjadi kesalahan, dampaknya akan
berpengaruh kepada pemakai sistem lainya atau pada organisasi secara luas.
Pengembangan sistem oleh pemakai sistem(end user computing) merupakan
fenomena yang mulai tejadi terutama di perusahaan-perusahaan yang menghadapi
persaingan yang ketat. Perusahaan-perusahaan seperti ini harus menghadapi
persaingan dengan cepat. Manajer-manajer di perusahaan ini harus dapat
mengambil keputusan dengan cepat. Padahal masalah yang harus diambil
keputusannya adalah masalah-masalah ad-hoc yaitu maslah-masalah yang timbul
tiba-tiba dan tidak umum. Untuk permasalahan-permasalahan seperti ini, sistem
teknologi informasi tidak mendukung. Manajer harus membuat aplikasi untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti ini. Permasalahan baru muncul
yaitu ketika manajer bersangkutan meminta departemen informasi untuk
mengembangkan aplikasi tersebut. Karena banyak manajer yang mengalami
permasalahan yang sama, yaitu meminta informasi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ad-hoc, maka departemen informasi menjadi sangat
sibuk dan membutuhkan waktu yang lama untuk merespon dan menyelasaikan
permintaan manaje-manajer tersebut, padahal aplikasi tersebut harus segera
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang harus segera dijawab. Karena
permasalahan lamanya menunggu pengembangan sistem yang dilakukan oleh
departemen sistem informasi, banyak manajer berfikir untuk mengembangkan
sendiri aplikasinya tanpa harus tergantung dengan departemen sistem informasi.
kelebihan-kelebihan dibanding metode pengembangan sistem yang lain.
Kelebihan-kelebihan dari EUC adalah sebagai berikut:
1. Menghindari permasalahan kenacetan di departemen sistem informasi jika harus
dikembangkan di departemen itu. Dengan EUC, maka aplikasi dapat
diselesaikan dengan lebih cepat karena dikembangkan sendiri oleh pemakai
sistem.
2. Kebutuhan pekai sistem dapat lebih terpenuhi karena dikembangkan sendiri
yang tentunya pemakai lebih memahamikeinginan sendiri jika dibandingkan
12
dengan dikembangkan oleh pihak lain yang kurang dapat memahami
sepenuhnya kebutuhan informasi dari pemakai sistem terutama untuk sistem
yang ad-hoc yang melibatkan keputusan-keputusan tidak terstruktur
(unstructured decisions).
3. Meningkatkan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem sehingga
pemakai akan lebih puas karena kebutuhannya terpenuhi dan akibatnya
kepuasan pemakai sistem akan membawa ke penggunaan sistem tersebut.
4. Dengan mengembangkan sendiri aplikasinya, kualitas pemahaman pemakai
sistem terhadap sistem teknologiinformasi akan meningkat.
Selain kelebihan-kelebiahan yang diberikan oleh pengembangan sistem metode
EUC, beberapa kekurangan juga terjadi dimetode ini. Kekurangan-kekurangannya
adalah sebagai berikut ini.
1. Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri, paling
tidak pemakai juga harus mempunyai pemahaman tentang teknologi sistem
informasi dan pemahaman tentang pengembangan sistem. Tidak semua
pemakai sistem mempunyai pemahaman tentang ini.
2. Penerapan EUC mempunyai resiko mengganggu bahkan merusak sistem
informasi diluar yang dikembangkan oleh pemakai sistem jika dampak dari
pengembangan EYC adalah luas diluar sistem yang dikembangkan sendiri.
Akibat dari ini misalnya adalah dapat merusak data di basis data korporat jika
pemakai sistem meggunakan data dan memutakhirkan data secara salah yang
ada di basis data.
3. Kelemahan ketiga adalah kelemahan teknis yang diimiliki oleh pemakai sistem.
Penerapan EUC dapat tidak efisien dan efektif jika dikembangkan oleh pemakai
sistem yang juga sebagai manajer perusahaan. Jika manajer perusahaan harus
belajar terlebih dahulu bahasa pemrograman untuk dapat
memprogram aplikasinya, maka akan dibutuhkan waktu yang lama. Waktu
manajer menjadi tidak efisien karena manajer dibayar mahal untuk mengambil
keputusan bukan untuk belajar bahasa pemprograman yang sangat teknis.
Sebaliknya jika manajer tidak dapat memprogram maka penerapan EUC
menjadi tidak efektif. Dengan demikian terjadi dilemma dalam penerapan EUC.
13
Beberapa hal perlu dipertimbangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari
penerapanend user computing (EUC) ini. Kelemahan pertama yaitu pemahaman
tentang sistem informasi (SI) dapat diatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan
dan menunggu sampai pemakai sistem memahami hal tersebut. Dengan demikian
kelemahan pertama tersebut dapat diatasi dengan memperhatikan waktu (timing)
penerapan EUC yang tepat yaitu setelah pemakai-pemakai sistem yang akan
mengembangkan sendiri aplikasi mempunyai pengetahuan tentang SI.
Kelemahan kedua dari EUC adalah resiko kerusakan sistem lainnya dan basis data.
Kelemahan ini juga dapat dibatasi dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
meningkatkan pengendalian (control) yang berupa aturan-aturan dan pedoman-
pedoman di dalam pengembangan EUC. Kelemahan kedua ini dapat diatasi dengan
memikirkan strategi pengembangan EUC yang mengarah ke pertumbuhan EUC
yang terkendali (cotrolled growth).
Kelemahan ketiga dari penerapan sisten EUC adalah dilema yang dihadapi oleh
manajer didalam menggunakan waktunya untuk mempelajari pengembangan
sistem. Kelemahan ketiga ini dapat diatasi dengan taktik supaya waktu manajer
tetap efisien dan hasil dari EUC tetap efektif. Taktik yang biasanya dilakukan
adalah dengan menggunakan bahasa generasi keempat yang mudah untuk dipelajari
sehingga tidak membuang banyak waktu manajer untuk mempelajari dan
membentuk pusat informasi (information center) yaitu pusat dimana manajer dapat
meminta bantuan pakar jika membutuhkan bantuan ketika menghadapi kesulitan
dalam pengembangan dengan metode EUC. Ketiga hal ini, yaitu waktu ( timing ),
strategi dan taktik penerapan EUC yaitu.
Waktu Penerapan, EUC Pemakaian system yang harus mengembangkan
aplikasinya sendiri paling tidak harus mempunyai pemahaman tentang teknologi
system informasi dan pemahaman tentang pengembangan system tersebut. Tidak
semua pemakai system mempunyai pemahaman tentang ini. Jika pemakai system
yang tidak mempunyai pengetahuan tersebut bagaimana mungkin ia dapat
mengembangkan system dengan mengena. Jika EUC diizinkan dan pemakai system
balum siap maka EUC sudah dapat di pastikan akan tidak berhasil. Olah karena
timing kapan end user computing ( EUC ) dapat milai di terapkan di organisasi
14
merupakan pertanyaan yang krusial dan harus dipertimn\bangkan masak-masak.
Tahapan-tahapan dari Nolan ( Nolan’s stages ) dapat di gunakan untuk menentukan
timing dari EUC. Nolan memberikan empat tahapan yaitu inisiasi ( initation ),
ketularan ( contagion ) kendali ( control ) dan matang ( mature ). Secara umum di
Indonesia, teknologi informasi mulai di kenal pada tahun 1970-an, tetapi hanya
beberapa perusahaan besar saja, Teknologi informasi mulai banyak dikenal
diindonesia setelah dikenalkannya computer mikro pada awal tahun
1980.
Tahap kedua dari Nolan adalah tahap ketularan. Pada tahap ini banyak organisasi
mulai menggunakan teknologi informasi karena hanya meniru dari organiosasi
lainnya tanpa mempertimbangkan untung dan ruginya. Di Indonesia, tahun-tahun
ini masih di anggap sebagai tahap ketularan karena masih banyak organisasi yang
menggunakan teknologi informasi hanya meniru dari lainnya. Misalnya masih
banyak manajer mempunyai teknologi informasi di ruangannya tetapi fungsinya
lebih sebagai formalitas saja. Juga pikirkanlah diri anda sendiri, apakah anda
membeli computer misalnya sudah di perhitungkan untung ruginya atau karena
gengsi atau ikut-ikutan teman yang mempunya computer. Apakah computer anda
sudah didayagunakan semaksimal mungkin. Murah mana jika anda hanya menyewa
computer atau jika untuk alasan penggunaan internet dengan menyewa di warung
internet??
Tahap ketiga dari Nolan adalah tahap kendali. Pada tahp ini, organisasi
menggunakan teknologi informasi dengan pertimbangan untung dan rugi. Beberapa
perusahaan mengendalikan proses pembelian teknologo informasi dengan
mempertimbangkan untung dan ruginya. Jika ada individu atau suatu unit di dalm
perusahaan membutuhkan teknologi informasi, maka bagian pengadaan akan
mengevaluasi biaya dan manfaatnya sebelum menyetujui pengadaannya. Beberapa
perusahaan di Indonesia sudah masuk ke tahap ini.
Tahap keempat nolan adalah tahap matang. Pada tahap ini, organisasi menggunakan
teknologi informasi tidak hanya sudah lewat pertimbangan biaya dan manfaat,
tetapi juga sudah mempertimbangkan sampai keunggulan kompetisi untuk di
15
gunakan sebagai alat kompetisi. Beberapa perusahaan di Indonesia sudah mulai
masuk ke tahap ini.
Dari keempat tahapan di nolan EUC atau EUD akan lebih bisa berhasil jika di
terapkan di organisasi yang sudah masuk paling tidak di tahap kendali. Di tahap ini
dianggap organisasi dan manajer-manajer di dalamnya sudah memahami benar
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi. Untuk organisasi yang
masih barada di tahp inisiasi dan ketularan.
Strategi EUC ; Jika organisasi sudah melakukan EUC, maka penerapan EUC harus
terus di kembangkan dalam arti bahwa manajer-manajer di dalam organisasi hatus
do dorong untuk melakukannya. Organisasi yang sudah siap dan sudah
melakukukan EUC akan mempunyai nilai keunggulan kompetisi tersendiri, karena
pengambilan keputusan ad-hoc oleh masing-masing manajer akan dapat cepat di
selesaikan oleh manajer itu sendiri dengan bantuan system teknologi informasi
yang di bangun sendiri. Perkembangan EUC di organisasi semacam ini di arahkan
sampai ke titik yang di sebut dengan pertumbuhan terkendali, yaitu saat EUC di
terapkan secara optimal di organisasi. Strategi mencapai titik ini dapat di lakukan
dengan tiga cara, yaitu strategi aselerasi, kontainmen, dan imbang seperti tampak
pada gambar berikut ini. Strategi aselerasi menekankan pada kecepatan ekspansi
dari penerapan EUC dengan pengendalian yang kurang diperhatikan. Strategi ni
lebih menekankan pada peningkatan kuantitas atau jumlah manajer yang
melakukan EUC Strategi kontaimen adalah sebaliknya yaitu lebih menekankan
pada pengendalian dari EUC ketimbang kecepatan penerapannya. Dengan strategi
kontainmen, pengembangan EUC di tekankan pada kualitas EUC itu terlebih
dahulu sebelum diikuti oleh kuantitas yang melakukan EUC. Peningkatan kualitas
penerapan EUC dapat di lakukan dengan lebih melatih dan meningkatkan kualitas
pemahaman manajer terhadap EUC dan peningkatan aturan-aturan dan pedoman-
pedoman dalam penerapan EUC. Beberapa organisasi di Amerika Serikat lebih
memilih strategi yang ketiga dalam pengembangan EUC yaitu strategi imbang
(balance). Strategi imbang ini menekankan kualitas dan kuantitas berjalan bersama-
sama secara imbang untuk mencapai ke pertumbuhan terkendali dari penerapan
EUC di perusahaan.
16
Taktik Penerapan EUC ; Hal yang ketiga yang perlu diperhatikan dalam EUC
adalah taktik pelaksaan EUC. Taktik pelaksanaan EUC dimaksudkan untuk
mengatasi kelemahan kemampuan teknis manajer. Taktik yang diterapkan adalah
dengan menyediakan alat-alat pengembangan system yang mudah digunakan dan
membangun pusat informasi (information center) di dalam organisasi.
Prototyping
Metode berikutnya yang perlu dipertimbangkan setelah metode EUC adalah
metode prototyping. Metode prototyping banyak digunakan untuk
mengembangkan SI yang harus segera dioperasikan jika tidak permasalahan yang
akan diselesaikan STI sudah menjadi basi dan proses pengambilan keputusan
menjadi terlambat. Suatu prototip (prototype) adalah bentuk dasar atau model awal
dari suatu sistem atau bagian dari sistem. Setelah dioperasikan, prototip
ditingkatkan terus sesuai dengan kebutuhan pemakai sistem yang juga meningkat.
Prototyping adalah proses pengembangan suatu prototip secara cepat untuk
digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan terus menerus sampai didapatkan
sistem yang utuh. Proses membangun sistem ini yaitu dengan membuat prototip
atau model awal, mencobanya , meningkatkannya dan mencobanya lagi dan
meningkatkannya dan seterusnya sampai didapatnya sistem yang lengkap disebut
denganproses iteratif (iterative process) dari pengembangan sistem.
Tahapan-tahapan yang dilakukan didalam pengembangan sistem menggunakan
metode prototip adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan pemakai yang paling mendasar.
Pembuat sistem dapat mewawancarai pemakai sistem tentang kebutuhan pemakai
sistem yang paling minimal terlebih dahulu. Proses ini sama dengan proses analisis
di pengembangan sistem model SDLC.
2. Membangun prototip
17
Prototip dibangun oleh pembuat sistem dengan cepat. Hal ini dimungkinkan karena
pembuat sistem hanya membangun bagian yang paling mendasar dulu dari
keseluruhan sistem yang paling dibutuhkan terlbih dahulu oleh pemakai sistem. Hal
lainnya yang memungkinkan pembuat sistem menggunakan alat-alat bantu
generasi terbaru seperti misalnya DBMS dan CASE.
3. Menggunakan prototip
Pemakai sistem dianjurkan untuk menggunakan prototip sehingga dapat
menilai kekurangan-kekurangan dari prototip sehingga dapat memberikan
masukan- masukan kepada pembuat sistem.
4. Merevisi dan meningkatkan prototip
Pembuat sistem memperbaiki prototip berdasarkan pengalamannya
untuk membuat sistem sejenis yang baik. Jika prototip belum lengkap, maka
proses iterasi diulang lagi mulai dari nomor 3.
5. Jika prototip lengkap menjadi sistem yang dikehendaki, proses iterasi
dihentikan.
Kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan Prototyping
Beberapa kelebihan-kelebihan dari metode pengembangan sistem
cara prototyping adalah sebagai berikut.
1. Jika sistem yang dikembangkan ingin digunakan secepatnya karena keputusan
yang akan diambil manajer merupakan keputusan yang harus segera dilakukan
berdasarkan pada informasi yang diberikan oleh sistem.
2. Terjadi ketidakpastian terhadap rancangan dari sistem yang dapat berubah
dengan berjalannya waktu disebabkan karena kebutuhan informasi pemakai sistem
yang belum jelas. Denganprototyping, sistem akan selalu ditingkatkan jika
kebutuhan pemakai dari waktu ke waktu muncul dan dibutuhkan.
18
3. Prototyping mendorong partisipasi dan keterlibatan pemakai sistem dalam
pengembangan sistem karena sistem akan terus ditingkatkan dari hasil saran-saran
yang diberikan oleh pemakai sistem.
Disamping kelebihan-kelebihan dari prototyping , beberapa kelemahan juga terjadi
yaitu sebagai berikut ini :
1. Kualitas sistem akan berkurang disebabkan sistem tidak dirancang secara
terintegrasi sehingga dapat menyebabkan integrasi basis data kurang baik dan
hubungan satu bagian dengan bagian lain di sistem kurang terintegrasi.
2. Dokumentasi dari sistem kurang baik dibandingkan dengan yang diberikan oleh
SLDC yang sudah terancang dengan baik.
Pendekatan Insourcing
Insourcing merupakan metode pengembangan sistem informasi yang hanya
melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi / perusahaan. Pengembangan
dan penerapan sistim informasi manajemen dilakukan oleh internal perusahaan
yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri dan biasanya terdapat divisi
atau departemen information and communication technology yang bertugas untuk
mengurus hal ini. Pendekatan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang
memiliki sumber daya manusia yang dinilai cukup mampu untuk
mengimplementasikan suatu sistem informasi, namun terbatas dari sisi biaya. Hal
ini dikarenakan biaya untuk pengembangan suatu sistem informasi cukup mahal
jika harus membeli dari pihak lain. Seringkali pengembangan sistem informasi
menggunakan pendekatan insourcing merupakan pilihan pertama yang terlintas saat
ingin melakukan implementasi suatu sistem informasi dengan skala kecil dan
bersifat sementara.
Pendekatan insourcing ini memiliki salah satu keunggulan dimana kontrol terhadap
sistem informasi yang direncanakan akan lebih baik karena pengerjaannya
melibatkan langsung perusahaan itu sendiri sehingga orang yang mempunyai visi
terhadap sistem informasi tersebut dapat terlibat langsung untuk memantau. Hal
tersebut sejalan dengan perkembangan metode dalam penerapan suatu sistem
informasi (keterlibatan klien dalam proses pengembangan). Pendekatan insourcing
19
juga menjamin kerahasiaan data sensitif perusahaan. Hal yang harus menjadi
catatan oleh perusahaan dalam mengembangkan sistem informasi menggunakan
metode insourcing adalah bahwa pengembangan sistem informasi/teknologi
bukanlah bisnis utama perusahaan sehingga mungkin saja resiko kegagalan dari
pendekatan ini akan besar apalagi untuk membangun sistem informasi yang
memiliki skala besar dan akan menjadi tulang punggung proses bisnis perusahaan.
Pengembangan sistem informasi merupakan kegiatan unik yang menuntut keahlian
khusus dari sumber daya manusia yang menerapkannya. Sehingga kesiapan sumber
daya manusia pada perusahaan tersebut haruslah cukup untuk mendukung
pengembangan dan pengimplementasian sistem informasi yang diinginkan.
Dalam pengembangan pendekatan insourcing memiliki kelebihan:
1. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan system
dalam perusahaan
2. Biaya pengembangannya relative lebih rendah karena hanya melibatkan pihak
perusahaan.
3. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera
melakukan perbaikan untuk menyempurnakan system tersebut.
4. Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan
dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
5. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan terhadap systeminform
asi karena proses pengembangannya dilakukan oleh pegawai perusahaan
tersebut.
6. Adanya intensif tambahan bagi pegawai yang diberi tanggung jawab untukme
ngembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
7. Lebih mudah melakukan pengawasan dan keamanan data lebih terjaminkarena
hanya melibatkan pihak perusahaan.
8. Kendali terhadap aplikasi strategi dan pengambilan keputusan dalam
pengembangan sistem infomasi sepenuhnya ada ditangan perusahaan tersebut.
9. Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasi lebih mudah danlebih
baik terhadap sistem yang sudah ada.
20
10. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dimana karyawan mendapatkan
kesempatan untuk belajar dan membangun sistem informasi perusahaan.
11. Dalam jangka panjang akan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan
Namun kerap kali pendekatan insourcing ini menemui beberapa hambatan.
Hambatan- hambatan tersebut adalah:
a. Terkadang suatu sistem yang dianggap sederhana, cara dan proses
implementasinya tidak semudah yang diperkirakan.
b. Sistem informasi yang akan diimplementasikan merupakan suatu kebutuhan
bisnis yang terus menerus dipakai sehingga butuh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan untuk mengembangkannya.
c. Resiko yang ditanggung pada pendekatan insourcing akan ditanggung
perusahaan sepenuhnya dan hal ini kerap kali diabaikan.
Dari pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa hambatan terbesar dalam penerapan
pendekatan insourcing pada pengembangan sistem informasi adalah kesiapan
sumber daya manusia perusahaan tersebut karena teknologi informasi bukan
merupakan kompetensi utama dari perusahaan.
B. Urgensi dari pemeliharaan ( Maintainability ) dari suatu organisasi
menggunakan sistem informasi
Maintainability atau kemampuan untuk memelihara suatu sistem memegang
peranan sangat penting dalam penerapapan dan pengembangan sistem informasi
karena pemeliharaan secara periodik atau berkala dapat mendeteksi sedini mungkin
terjadinya kesalahan yang harus segera diperbaiki, mempertahankan sistem
informasi tersebut, atau meningkatkan kinerjanya agar memiliki performa yang
baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Urgensinya dari maintainability yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menyediakan layanan perawatan atau pemeliharaan sistem informasi guna
mendukung keberlangsungan sistem sehingga bisa meminimalisasi kendala-
21
kendala dan mendukung terciptanya keberhasilan perusahaan dalam mencapai
tuajuannya.
Secara singkat, system maintenance menjadi urgen karena pada system
maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan
kebutuhan oranisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun.
Pemeliharaan sistem merupakan cara terbaik untuk menjaga efiensi sistem yang
sudah ada. Pemeliharaan ini di perlukan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja sistem yang digunakan , agar dalam penggunaannya dapat
optimal.
Maintainability didefinisikan sebagai suatu kemudahan dimana sebuah sistem
software bisa diperbaiki ketika terjadi kesalahan atau kekurangan dan bisa
dikembangkan atau disusutkan untuk memenuhi kebutuhan yang baru. Urgensi
maintainability sistem informasi adalah pentingnya perawatan/pemeliharaan dalam
kondisi tertentu serta pengembangan suatu sistem informasi untuk memenuhi
kebutuhan baru.
Aktivitas pemeliharaan menghabiskan biaya terbesar dari seluruh anggaran
pengembangan atau pembuatan perangkat lunak. Merupakan hal yang sering kali
terjadi jika pemeliharaan menghabiskan 70% dari seluruh biaya pengembangan
perangkat lunak. Sedangkan pada pase pemeliharaan sekitar 60% digunakan untuk
anggaran penambahan atau perhaikan perangkat lunak, sisanya untuk adaptasi atau
pembetulan. Dari besarnya biava yang dihabiskan untuk pase pemeliharaan maka
tidak heran apabila tujuan dari pengembangan atau pembuatan perangkat lunak
adalah menghasilkan sistem perangkat lunak yang dapat diandalkan dan mudah
dalam pemeliharaannya
Untuk menentukan penting atau tidaknya maintainability, terlebih dahulu melihat
tujuan dari pemeliharaan sistem informasi tersebut, diantaranya:
1. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul
saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh, maintenance dapat digunakan untuk
mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses
pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan
tersebut dapat diperbaiki.
22
2. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Salah satu aktivitas maintainance adalah memeriksa secara periodik.
Kajian pasca implementasi sistem merupakan salah satu aktivitas perawatan yang
meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem
dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor
sistem secara terus-menerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan
terhadap sistem. Sebagai contoh, saat user menemukan errors pada saat sistem
digunakan, maka user dapat memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis
informasi guna meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system
maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan
senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik.
3. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system
maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun
karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga,
systemmaintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui
modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan. Hal ini akibat dari perkembangan
teknologi, seiring waktu berjalan mengharuskan dilakukannya modifikasi pada
perangkat lunak (software) atau perangkat keras (hardware).
Maintainabilitas (maintainability) sistem bertambah jika sistemnya dirancang agar
mudah diubah. Aspek ini meliputi prosedur-prosedur berikut :
1. SDLC (System Development Life Cycle) dan SWDLC (Software Development
Life Cycle). Aplikasi yang profesional dalam SDLC dan SWDLC dan teknik
maupun perangkat modeling yang mendukungnya adalah hal-hal keseluruhan
yang terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk meningkatkan
maintainabilitas sistem.
2. Definisi Data Standar. Trend ke arah sistem manajemen database relasional
mendasari dorongan ke normalisasi data dan definisi data standar
3. Bahasa Pemrograman Standar. Penggunaan bahasa pemrograman standar,
misalnya C atau COBOL, akan mempermudah pekerjaan pemeliharaan. Jika
23
perangkat lunak C atau COBOL berisi dokumentasi internal yang jelas dan
lengkap, seorang programmer pemeliharaan pemula atau pemakai dapat
memahami apa yang sedang dikerjakannya.
4. Rancangan Moduler. Programmer pemeliharaan dapat mengganti modul
program jauh lebih mudah daripada jika ia berurusan dengan keseluruhan
program.
5. Modul yang Dapat Digunakan Kembali. Modul biasa dari kode yang dapat
digunakan kembali, dapat diakses oleh semua aplikasi yang memerlukannya.
6. Dokumentasi Standar. Diperlukan sistem, pemakai, perangkat lunak dan
dokumentasi operasi yang standar sehingga semua informasi yang diperlukan
untuk beroperasi dan pemeliharaan aplikasi khusus akan tersedia.
7. Kontrol Sentral. Semua program, dokumentasi, dan data tes seharusnya diinstal
dalam penyimpanan pusat dari sistem CASE (Computer-Aided Software
Engineering atau Computer-Assisted Software Engineering).
Selain itu manfaat diadakannya maintainability terhadap perangkat sistem
informasi:
1. Menjaga agar perangkat pendukung sistem informasi ini bisa bekerja optimal
demi efisiensi dan efektifitas pekerjaan sehingga tercapai target perusahaan
tepat waktu.
2. Minimalisasi kerusakan (breakdown) sehingga bisa mencegah kerusakan pada
sistem tersebut baik terhadap hardware maupun softwarenya.
3. Menghemat biaya produksi dalam arti bisa menekan biaya pemeliharaan bila
dibandingkan saat mengeluarkan biaya akibat terjadinya kerusakan parah
terhadap perangkat sistem informasi tersebut baik hardware maupun
softwarenya.
4. Menjaga kestabilan sistem agar senantiasa terintegrasi dengan baik
Berdasarkan informasi di atas, software yang sudah baik, bukan berarti bisa
memberikan performa terbaiknya selamanya, namun dapat
memiliki malfunction atau kesalahan lainnya. Oleh karena
itu, maintainability terhadap suatu software perlu dilakukan pada kurun waktu
24
tertentu. Hal ini sangat penting (urgent) mengingat kelangsungan kinerja suatu
software. Di sisi yang lain, sudah baiknya kinerja suatu sistem informasi bukan
berarti didiamkan begitu saja karena teknologi selalu berkembang. Hal ini menuntut
pengembangan atau modifikasi fungsi agar tidak tertinggal zaman dan menjadi
yang terdepan dibanding sistem informasi yang lain. Dengan kata lain,
maintainability menjadi hal yang urgent dalam penerapan dan pengembangan
sistem informasi.
Menurut ISO (international organization for standarization) 9126, software
berkualitas memiliki beberapa karakteristik seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel 1. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126
Karakteristik Sub karakteristik
Functionality:Software untuk menjalankan fungsinya
sebagimana kebutuhan sistemnya.
Suitability, accuracy,
interoperability, security
Reliability:Kemampuan software untuk dapat tetap
tampil sesuai dengan fungsi ketika digunakan.
Maturity, Fault tolerance,
Recoverability
Usability:Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan sumberdaya.
Understanbility, Learnability,
Operability, Attractiveness
Efficiency:Kemampuan software untuk menampilkan
performans relatif terhadap penggunaan sumberdaya.
Time behaviour, Resource
Utilization
Maintainability:Kemampuan software untuk dimodifikasi
(korreksi, adaptasi, perbaikan)
Analyzability, Changeability,
Stability, Testability
Portability:Kemampuan software untuk ditransfer dari
satu lingkungan ke lingkungan lain.
Adaptability, Installability
Seperti yang terlihat pada tabel diatas, karakteristik Maintanability terdiri dari sub-
sub karakteristik lain seperti :
Analyzability, merupakan kemudahan untuk menentukan penyebab kesalahan.
Changeability, merupakan kualitas lain dari Flexibility yang berarti kemudahan
dilakukannya perubahan atau modifikasi terhadap software Stability dan
Testability.
25
DAFTAR PUSTAKA
Jogianto HM,MBA.Akt ; PhD.Sistem Teknologi Informasi.PenerbitAndi,YogakartaDiposkan oleh BesRoCkErs di 12.04
O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2010. Management InformationSystems, 10th Edition. McGraw-Hill/ Irwin : New York.
McCall, J. A., Richards, P. K., Walters, G. F. 1977. Factors in Software Quality.Nat’l Tech.Information Service, no. Vol. 1, 2 and 3 1977
Definisi Software. http://muhamadhaydrus.wordpress.com/category/software/ (08 Juli
2011)
http://diansuryasaputra.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/31/soal-3-urgensi-
maintainability-dari-suatu-software/ (08 Juli 2011).