IMPLEMENTASI METODE HARFUN (MOCO QUR’AN SAK MAKNANE)
DALAM PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QUR’AN
(MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Rizky Tria Amanda
NIM. 11150110000109
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ABSTRAK
Rizky Tria Amanda (11150110000109). “Implementasi Metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane) Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an”, Skripsi
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Tujuan memahami makna Al-Qur’an tidak lain sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan dunia agar mendapatkan Ridho Allah SWT, sebagaimana
fungsi dari Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam. Karena pada hakikatnya
manusia cenderung lupa dan berbuat salah. Seseorang yang memiliki pedomn hidup
tentu akan berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan dengan asal-asalan.
Dengan adanya pedoman, manusia akan mengerti kapan dia harus berhenti dan
kapan lagi dia harus melakukan sesuatu hal. Apa yang harus ia lakukan dan
bagaimana penyelesaiannya.
Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai
bagaimana pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui Metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane). Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang
dilaksanakan di MI Sa’adatuddarain dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Cara mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema
pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber ada
kepustakaan dan permasalahan yang ditemui dilapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) merupakan sebuah metode yang mengajarkan bagaimana siswa mampu
membaca Al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami makna perkata dari
setiap bacaan yang dibacanya. Adapun beberapa sifat dari buku Metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) dalam proses pembelajaran antara lain: bacaan
langsung, modul, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel.
Adapun evaluasi pelaksanaan pembelajaran Metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) ialah dengan cara siswa membaca Al-Qur’an bersama, kemudian maju
menghadap guru satu persatu sambil dilihat dari segi bacaan Al-Qur’an, terjemah,
serta pemahaman anak mengenai ayat yang dibacanya. Dari hasil evaluasi yang
didapatkan yakni beraneka ragam pemahaman anak mengenai ayat yang mereka
baca. Namun itu semua masih dalam batasan yang sesuai.
Kata kunci : Pembelajaran terjemah Al-Qur’an, Metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane)
ABSTRACT
Rizky Tria Amanda (11150110000109). "Implementation of the Harfun
Method (Moco Qur'an Sak Maknane) in Learning the Translation of the
Qur'an", Thesis of the Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and
Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
The purpose of understanding the meaning of the Qur'an is none other than a guide
in living the life of the world in order to get the blessings of Allah SWT, as the
function of the Qur'an as the Muslim holy book. Because in essence humans tend to
forget and do wrong. Someone who has a life style will certainly be different from
those who live life carelessly. With the guidelines, humans will understand when he
must stop and when he must do something. What should he do and how to solve it.
The formulation of the problem raised in this study is about how learning the
translation of the Qur'an through the Harfun Method (Moco Qur’an Sak Maknane).
This research is a type of qualitative research conducted at MI Sa'adatuddarain
using a qualitative descriptive approach. How to collect data or materials related
to the theme of the discussion and the problem, taken from sources there are
literature and problems encountered in the field.
The results showed that the Harfun Method (Moco Qur'an Sak Maknane) is a
method that teaches how students are able to read the Qur'an smoothly and are
able to understand the meaning of the words from each reading they read. As for
some of the characteristics of the book Harfun Method (Moco Qur’an Sak
Maknane) in the learning process include: direct reading, modules, practical,
systematic, varied, communicative, and flexible.
The evaluation of the implementation of learning Harfun Method (Moco Qur'an
Sak Maknane) is by way of students reading the Qur'an together, then going
forward facing the teacher one by one while viewed in terms of reading the Qur'an,
translating, and children's understanding of verses it reads. From the results of the
evaluation obtained are diverse children's understanding of the verse they are
reading. But they are still within the appropriate limits.
Keywords: Learning the translation of the Qur'an, Harfun Method (Moco Qur’an
Sak Maknane)
KATA PENGANTAR
رحيمبسم هللا الرحمن ال
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an.” Shalawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menghaturkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Hj. Sururin, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ahmad Irfan Mufid, MA. Dosen Pembimbing Akademik.
6. Drs. Abdul Ghofur, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan dan pengertian selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan ilmu,
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bekal pengetahuan untuk menyusun skripsi ini.
8. Ummiy Titi Salmah, Ayah Muhammad Rokib yang sudah memberikan Ridho,
Doa, motivasi, semangat, maupun materil agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Adikku Muhammad Sayyid Husein yang selalu setia menemani dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Fathurrahman, M.Pd.I selaku Kepala MI Sa’adatuddarain yang telah
memberikan izin penelitian.
11. Bapak dan Ibu guru MI Sa’adatuddarain yang telah memberikan bantuan dalam
penelitian ini.
12. Siswa kelas VI MI Sa’adatuddarain yang telah membantu dalam
terselesaikannya skripsi ini.
13. Banata Fam’s, The Mpi, The Nuy, Isal yang senantiasa memberikan bantuan dan
semangat terbaiknya di setiap waktu.
14. Seorang “Terspesial” penulis yang dirahasiakan namanya, yang senantiasa
memberikan support dalam jatuh bangunnya pembuatan skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat tersayang Atik, Diah, Kajan, Pipin, Ayu, Fitri, Nurul, Tasya,
Ummu, Aping, dan teman-temanku kelas D PAI 2015 terima kasih atas
dukungan dan do’anya.
16. Rekan seperjuanganku Mara, Ambar, Nida, Lia. Terima Kasih untuk segala
bantuan dan dukungannya selama perjuangan ini berlangsung.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK……. ............................................................................................. i
ABSTRACT.. ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR……… ........................................................................ iii
DAFTAR ISI...…… ....................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.……… ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah………. ................................................................ 6
C. Batasan Masalah…..………................................................................. 6
D. Perumusan Masalah……… ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian……… .................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian……………………. .............................................. 7
BAB II : KAJIAN TEORITIK
A. Metode Harfun (Moco Qur/an Sak Maknane) ..................................... 9
B. Terjemah Al-Qur’an………. ................................................................ 11
C. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an ............................................................ 13
D. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ......................................................... 13
E. Tujuan Mengajar Al-Qur’an ................................................................ 14
F. Pembelajaran Al-Qur’an ...................................................................... 15
G. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 28
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…….. ................................................... 31
B. Metode Penelitian..…… ...................................................................... 31
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32
iv
D. Uji Keabsahan Data.............................................................................. 35
E. Unit Analisis Data ................................................................................ 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Fakta Temuan Penelitian ...................................................................... 36
1. Gambaran Umum SDIT Lazuardi Madani Alhasyimi ................... 38
2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an Melalui
Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ............................... 46
B. Pembasan ............................................................................................. 47
1. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ............................... 47
2. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................... 51
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA………………………..................................................64
LAMPIRAN………………………................................................................ 67
V
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB–LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
Tidak ا 1
dilambangkan
ţ ط 16
ť ظ B 17 ب 2
‘ ع T 18 ت 3
ġ غ Ś 19 ث 4
f ف J 20 ج 5
q ق H 21 ح 6
k ك Kh 22 خ 7
l ل D 23 د 8
m م Ż 24 ذ 9
n ن R 25 ر 10
w و Z 26 ز 11
h ه S 27 س 12
` ء Sy 28 ش 13
y ي Ş 29 ص 14
h ة Đ 30 ض 15
2. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin
A ـ
I ـ
U ـ
vii
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
Ai ـي
Au ــو
4. Mâdd
Harakat dan Huruf Huruf Latin
 ــا
Î ــي
Ȗ ــو
5. Tâ’ Marbuţah
Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.
Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh
kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu
ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
ان ات ي و يق ة الح د hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = ح
ة س ر د الم يةائ د ت ب ال = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul
ibtidâ`iyyâh
6. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
لم Ditulis ‘allama ع
ر ر Ditulis yukarriru ي ك
7. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.
viii
Contoh:
ال ة aş-şalâtu = الص
b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh:
الف ل ق = al-falaqu
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh:
ل ت أك = akaltu ت ي و ȗtiya = أ
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:
ي ئ ta’kulȗna = ت أكلون syai`un = ش
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
al-Qur`ân = القرآن
al-Madînatul Munawwarah = المدينةالمنورة
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ……………………………………………………35
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah………………………...36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Wali Kelas dan Guru Al-Qur’an…36
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa…………………………………...37
Tabel 4.1 Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain…………………………………….46
Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan…………………………..…47
Tabel 4.3 Daftar jumlah siswa masing-masing kelas …………………………... 47
Tabel 4.4 Kosa kata dasar dalam Al-Qur’an …………………………………….56
Tabel 4.5 Kosa kata yang diulang ………………………………………………56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MI Sa’adatuddarain …………………………...45
Gambar 4.2 Hasil reset penelitian di dalam juz 1 ……………………………….51
Gambar 4.3 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Fatihah ………………….57
Gambar 4.4 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah …………………58
Gambar 4.5 Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah …………………58
Gambar 4.6 Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1 ………………….59
Gambar 4.7 Daftar kosa kata Harfun yang ada di dalam juz 1 ………………….60
Gambar 4.8 Penampilan jilid 1 halaman 20 yang semakin berkurang panduan
terjemahnya ………………………………………………………....62
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Bukti Wawancara………………………………………………...69
Lampiran II Bukti Wawancara ……………………………………………......72
Lampiran III Bukti Wawancara ……………………………………………......76
Lampiran IV Bukti Wawancara ……………………………………………......79
Lampiran V Format Penilaian Pembelejaran Terjemah Al-Qur’an dengan metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ……82
Lampiran VI Dokumentasi selama kegiatan penelitian di MI Sa’adatuddarain….83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, dan beriman kepadanya tergolong
salah satu rukun iman. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai dengan akhir surat An-
Nas.1
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
secara “mutawatir” melalui perantara malaikat jibril, bagi yang membacanya akan
mendapatkan pahala dan mendapatkan “syafa’at” (pertolongan) di hari akhir. Al-
Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi manusia yang ingin mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak diturunkan untuk satu umat atau satu
masa, akan tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa
(universal).2 Dalam kehidupan kaum Muslimin, Al-Qur’an menempati kedudukan
yang sangat penting, pentingnya Al-Qur’an berkaitan dengan keberadaan dan
fungsinya sebagai sumber utama ajaran Islam.
Kitab Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya terdapat bermacam-macam
ilmu yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu, bagi
umat Islam mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan hal
yang sangat penting, selain mendapatkan pahala dan ilmu, mereka juga akan
mendapatkan petunjuk kehidupan dari Allah menuju jalan yang benar.
Belajar Al-Qur’an menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam, belajar Al-
Qur’an disini artinya yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar yang disertai dengan hukum tajwidnya. Selain itu juga belajar
menterjemahkan atau memahami isi kandungan Al-Qur’an yang dibacanya.
1 Hasanuddin AF, Anatomi Al-Qur’an Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap
Istinbath Hukum Dalam al-Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1995), Cet. Ke-1, h.1. 2 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-2, h.179.
2
Tujuan memahami makna Al-Qur’an tidak lain sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan dunia agar mendapatkan Ridho Allah SWT, sebagaimana
fungsi dari Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam. Karena pada hakikatnya
manusia cenderung lupa dan berbuat salah. Seseorang yang memiliki pedoman
hidup tentu akan berbeda dengan mereka yang menjalani kehidupan dengan asal-
asalan. Dengan adanya pedoman, manusia akan mengerti kapan dia harus berhenti
dan kapan lagi dia harus melakukan sesuatu hal. Apa yang harus ia lakukan dan
bagaimana penyelesaiannya.
Berdasarkan riset PTIQ Jakarta, umat Islam Indonesia yang tidak bisa
membaca Al-Quran ada sekitar 60-70%. Dia mengatakan, Pengasuh Pondok
Pesantren Tebu Ireng Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah juga
pernah menyebutkan Muslim Indonesia yang bisa membaca Alquran hanya 23%.3
Dan pada kenyataannya, Sekarang, banyak anak remaja dan anak-anak muda
yang mulai meninggalkan membaca Al-Qur’an. Bahkan ada di antara mereka lebih
mementingkan memainkan gadget mereka dibandingkan mengisi waktu luang
dengan membaca Al-Qur’an.4
Generasi muda Islam sudah banyak yang meninggalkan membaca Al-Qur’an
sebagai suatu kebiasaan harian dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh negatif yang bermunculan, salah satunya adalah produk teknologi seperti
smartphone, laptop, dan televisi yang terus maju dan selalu berinovasi. Sehingga
membuat generasi muda terlena akan kecanggihan teknologi yang ada.
Salah satu faktor atau penyebab terjadinya penurunan minat baca Al-Qur’an
yaitu kemajuan teknologi. Tetapi sebenarnya bukan kemajuannya yang salah
3 Muhyiddin, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/10/11/pgfc9e366-50-persen-umat-islam-indonesia-belum-bisa-baca alquran, Jum’at,
20 September 2019. 4 Weni Lestari, Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an, www.rakyatpos.com, Minggu, 21
April 2019.
3
melainkan penggunaan teknologi. Serta kurangnya tanggung jawab orang tua untuk
memberikan fasilitas dan pengarahan terhadap membaca Al-Qur’an.5
Maka inilah yang menyebabkan generasi muda Islam menjadi sibuk, mereka
lebih memilih menghabiskan waktunya bersama dengan teknologi yang dimiliki
dibandingkan dengan membaca al-Qur’an.
Kita lihat zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dalu, dimana pada
zaman dulu setiap anak remaja, anak-anak, bahkan orang tua masih melakukan atau
melaksanakan tradisi membaca Al-Qur’an setelah shalat maghrib. Terdapat pula di
antara mereka belajar membaca Al-Qur’an di rumah guru mengajinya atau ustadz
dan ustadzah mereka.6
Di sisi lain juga mulai berkurangnya jumlah guru mengajar mengaji bahkan
diantara mereka kadang enggan mengajar mengaji dengan alasan berbagai hal.
Seperti yang dipaparkan oleh Imas Sopiah (48) yang merupakan salah satu guru
mengaji beliau mengatakan bahwa mengaji atau membaca Al-Qur’an itu wajib.
Apalagi kita sebagai umat muslim. Maka dari itu kita harus gencar membawa anak-
anak kita untuk membaca Al-Qur’an.7
Selain itu juga banyak faktor lain yang mempengaruhi generasi muda Islam
menjadi jarang membaca Al-Qur’an, kurangnya peranan orang tua dalam
membimbing anak-anaknya sejak dini dan pengaruh lingkungan yang memang
sebagian warganya jarang membaca Al-Qur’an. Sehingga ketika menjadi remaja
ataupun beranjak dewasa mereka tidak bisa membaca Al-Qur’an. Maka dari itu
pentingnya peranan orang tua dalam membimbing anak-anaknya haruslah sejak
usia dini.
Pendidikan Al-Qur’an yang diberikan orang tua kepada anaknya sejak dini bisa
dilakukan dengan cara memasukan anaknya ke taman pendidikan Al-Qur’an
5 Kantor Berita RMOL JABAR, Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada Anak-
anak, www.rmoljabar.com, Minggu 21 April 2019. 6 Weni Lestari, Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an, www.rakyatpos.com, Minggu, 21
April 2019. 7 Kantor Berita RMOL JABAR, Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada Anak-
anak, www.rmoljabar.com, Minggu 21 April 2019.
4
(TPA). Selain itu pembelajaran Al-Qur’an disekolah-sekolah formal dari jenjang
TK hingga SMU. Tetapi pembelajaran yang diadakan disekolah-sekolah sangatlah
sedikit, sehingga anak didiknya belum mempunyai kemampuan untuk membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar. Untuk mensiasati keterbatasan itu semua, maka
dibutuhkan suatu metode pengajaran yang cepat dan tepat serta menarik dalam
pengajarannya, sehingga anak didik disekolah-sekolah formal mampu menguasai
cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Selama ini sudah ada minat dan kecintaan mendengar ayat-ayat Al-Qur’an di
masyarakat. Misalnya terlihat dari kaset-kaset yang dijual atau dalam acara-acara
keagamaan yang selalu diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik melalui kaset
maupun melalui qari/qariah. Hanya saja, memang belum sampai ke sana (kepada
kecintaan Al-Qur’an yang sebenarnya). Karena itu, kecintaan terhadap Al-Qur’an
semestinya lahir dalam wujud kecintaan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an.
Nah, kecintaan mengamalkan Al-Qur’an akan lahir sedikitnya dari dua faktor.
Pertama, apabila ada pemahaman terhadap kandungan Al-quran itu sendiri. Kedua,
kecintaan mengamalkan Al-Qur’an itu akan timbul bila ada bukti konkrit tentang
keistimewaan isi Al-Qur’an. Bila kedua hal ini ada, insya Allah kecintaan
mengamalkan Al-Qur’an itu akan lahir dan tumbuh berkembang. Masyarakat Islam
selama ini sadar bahwa Al-Qur’an itu merupakan pedoman hidup mereka.8
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, ruang waktu yang
dimiliki untuk mengenal dan membaca Al-Qur’an seolah menjadi semakin sempit,
bahkan cenderung Al-Qur’an semakin ditinggalkan oleh umat Islam walau hanya
untuk sekedar membacanya saja.9
Demikianlah semakin banyak umat Islam yang tidak bisa membaca Al-Qur’an
karena faktor kesibukan mereka dan merasa tidak mempunyai kesempatan untuk
8 Prof .Dr.M Quraish Shihab, Membaca Alquran Menghadirkan Allah,
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/08/11/28/17137-prof-dr-m-
quraish-shihab-membaca-alquran-menghadirkan-allah, Rabu 21 Agustus 2019.
9 Anis Farihah, “Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan Membaca
Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik”, Jurnal Islamic Education,
doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, h. 2.
5
belajar Al-Qur’an. Maka dari itulah dibutuhkan sebuah metode pembelajaran Al-
Qur’an yang menarik, kreatif dan inovatif agar mudah dipelajari untuk semua
jenjang usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua.
Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan atau pembelajaran
merupakan suatu aspek pendidikan atau pembelajaran yang sangat penting untuk
mentransfer pengetahuan dari seorang guru kepada muridnya. Melalui metode
pembelajaran terjadi proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh murid sehingga
mereka dapat memahami dan menyerap dengan baik apa yang telah dipelajari.
Metode pengajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada muridnya. Karena penyampaian itu berlangsung
dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat
berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode mengajar merupakan alat
untuk menciptakan proses belajar-mengajar.10
Keberhasilan didalam suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan
guru, dengan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai, terutama yang
berkaitan dengan metode. Seorang guru akan lebih mudah melakukan proses
pembelajaran dengan para siswa jika dapat memilih metode yang tepat untuk siswa
nya.
Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran,
ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi banyak faktor, meliputi sifat
dari tujuan belajar yang hendak dicapai, kebutuhan untuk memperkaya pengalaman
belajar seperti meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik pelajar, kemampuan
pelajar yang tercakup dalam tugas, pengelolaan waktu, pemilihan apa yang harus
disampaikan, mengetahui dimana dan bagaimana menerapkan kekuatan guru
seefektif mungkin, dan menentukan prioritas yang tepat. Guru hendaknya
10 Suparta, Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Amisco-
Jakarta, 2008), Cet. Ke-2, h.159.
6
memperhatikan faktor-faktor tersebut ketika mengambil keputusan tentang metode
mana yang akan digunakan.11
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta
menganalisa bagaimana implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) yang diterapkan di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur, guna untuk
meningkatkan kemampuan menterjemahkan Al-Qur’an anak didik disekolah. untuk
itu penulis mengambil judul “Implementasi Metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) Dalam Pembelajaran Terjemah Al-Qur’an.” Dengan melakukan
studi kasus di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur.
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Yang bisa membaca Al-Qur’an, sebagian besar hanya sebatas bisa membaca,
belum sampai membaca dengan artinya.
2. Kurangnya minat dan kecintaan masyarakat dalam belajar Al-Qur’an.
3. Banyak metode pembelajaran Al-Qur’an yang hanya meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an tanpa meningkatkan kemampuan
menterjemahkan Al-Qur’an.
C. Batasan Masalah
Agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi perluasan masalah dalam
pembahasannya, maka penulis membatasi permasalahan yang ada. Adapun
masalah yang dibatasi yaitu:
1. Metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang dimaksud adalah metode
yang digunakan oleh guru disekolah MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur
untuk menyampaikan materi membaca al-Qur’an yang terkait dengan
makhorijul huruf, hukum bacaan, kelancaran membaca al-Qur’an serta
mengartikan kata perkata dari bacaan yang dibaca.
11 Ibid., h. 161-162.
7
2. Upaya guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran dengan
meningkatkan metode pembelajaran al-Qur’an.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain – Jakarta
Timur?
2. Bagaimana pendekatan yang digunakan metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) dalam pembelajaran terjemah Al-Qur’an?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane)?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sesuai dengan masalah di atas, tujuannya antara lain:
1. Untuk mengungkap data-data pembelajaran terjemah Al-Qur’an &
mendeskripsikan metode pembelajaran terjemah Al-Qur’an yang digunakan
di MI Sa’adatuddarain.
2. Untuk mendeskripsikan pendekatan apa yang digunakan dalam metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane).
3. Untuk mendeskripsikan kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Penulis
Agar dapat menyelesaikan skripsi dan menambah khazanah
pengetahuan.
2. Akademik
Memberikan sumbangsih pemikiran melalui tulisan ini agar bisa
dimanfaatkan oleh peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian
mengenai metode pembelajaran Harfun di sekolah.
3. Kelembagaan
8
Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelaksanaan
pengembangan membaca al-Qur’an pada siswa, khususnya di MI
Sa’adatuddarain dan sekolah dapat lebih meningkatkan metode-metode
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga dihasilkan pembelajaran
dan mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Masyarakat umum
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada orang
yang berkepentingan dan memerlukan ilmu pengetahuan metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) dalam pembelajaran.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
1. Pengertian Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari kata
“meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode
berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat berarti cara
kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode dalam
bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh yang berkaitan dengan
penyajian materi secara teratur atau sistematis berdasarkan pendekatan yang
ditentukan.1
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku
dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode
yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik
perhatian anak didik.2
Metode pembelajaran merupakan seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan.3
Banyak sekali di antara macam-macam metode pembelajaran Al-Qur’an
yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an. Salah satunya
1 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada anak
Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017
(109-120), h. 112 2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)
cet. Ke-5, h.46 3 Suryono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. Ke-4, h.19
9
10
ialah metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang cocok digunakan untuk
pembelajaran terjemah Al-Qur’an.
Metode harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan bagaimana siswa
mampu membaca al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami makna
perkata dari setiap bacaan yang dibacanya. (Wawancara dengan Guru Al-
Qur’an 2 Agustus 2019)
2. Dasar Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane
Yang dijadikan dasar pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
ialah sebagaimana Allah berfirman:
نا كر لل ٱلقرءان ولقد يسر در .كر فهل من م
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Qomar: 17, 22, 32,
40)3
Dari surat Al-Qomar ayat 17, 22. 32. 40 ini diperoleh petunjuk bahwa :
1. Al-Qur’an adalah kitab suci yang mudah untuk dipelajari.
2. Jaminan kemudahan diberikan oleh Allah kepada mereka yang punya
kemauan untuk belajar.
3. Tujuan Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa memasuki
suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin pintar, cerdas,
menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita yang diinginkannya.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu
adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah
mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh
proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan.
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.376-378.
11
Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai
gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan mempunyai
gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan
berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya.4
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan
mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam
membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang nantinya
diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an
akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh.
Sebagai suatu metode pembelajaran yang baik, tentulah harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane) ini mempunyai tujuan yang harus tercapai. Tujuan
tersebut ialah memberikan kemudahan bagi siswa untuk membaca al-Qur’an
dengan bukan sekedar membaca melainkan siswa mampu mengartikan kata
perkata dari bacaan yang dibacanya.
4. Metode Penerapan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Sebelum metode ini diterapkan ke siswa, guru diharuskan mengikuti
training mengenai pelaksnanaan metode harfun tersebut. Cara pembelajaran dan
pelaksanaannya dengan mengikuti Training Of Trainer (TOT) selama minimal
1 hari dan maksimal 6 kali pertemuan dengan 1 kali pertemuan memerlukan
durasi 1,5 jam. 1,5 jam selama 6 kali pertemuan ini dapat menyelesaikan 1 surat
dari al-Baqarah sebanyak 2,5 juz.
Setelah diadakannya Training Of Trainer (TOT) maka peserta TOT dapat
menerapkan metode harfun tersebut k
epada siswa. Adapun faktor pendukung pengajaran al-Qur’an dengan
metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ialah:
a. Adanya Training Of Trainer bagi guru
b. Antusias dari para siswa dalam mengkuti pembeajaran tersebut.
4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
Cet.1,h.36
12
c. Adanya kemauan dari guru maupun siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode harfun.
5. Indikator Keberhasilan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Strategi belajar terjemah Al-Qur’an dengan menggunakan metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) agar siswa mampu menterjemahkan Al-Qur’an
kata perkata dari tiap bacaan ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Berikut adalah
indikator keberhasilan dalam implementasi metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane):
1. Siswa mampu memahami terjemah Al-Qur’an secara kata perkata dari tiap
bacaan ayat Al-Qur’an yang dibacanya.
2. Siswa memahami bahwa banyaknya ayat yang mirip atau sama justru
menjadi bonus akselerasi kemudahan dalam belajar menterjemahkan Al-
Qur’an.
3. Siswa memahami bahwa kemampuan akselerasi menterjemahkan Al-
Qur’an akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kosakata yang
mirip atau sama
4. Siswa memahami bahwa usia terbaik untuk belajar Al-Qur’an adalah
adalah pada saat masih hidup yaitu saat ini.
5. Siswa memahami perbedaan antara membaca Al-Qur’an dengan tergesa-
gesa dan bacaan Hadr (cepat) sambil memahami makna itu berbeda.
6. Siswa memahami bahwa belajar Al-Qur’an merupakan proses yang terus
menerus seumur hidup.
7. Siswa memahami bahwa inovasi metode menterjemahkan Al-Qur’an akan
terus berkembang namun tujuan utama bukan pada metode, melainkan
aplikasi pada terjemah Al-Qur’an.4
6. Aturan Menterjemahkan Al-Qur’an
Dalam menterjemahkan Al-Qur’an terdapat beberapa aturan yang harus
diperhatikan guna untuk mencapai keberhasilan dalam menterjemahkan Al-
Qur’an. Diantaranya yaitu:
4 https://www.belajarquransebulan.com, Minggu 3 November 2019.
13
8. Terjemah Al-Qur’an tidak boleh menggantikan Al-Qur’an, sehingga
sampai seseorang merasa tidak membutuhkan lagi Al-Qur’an, hal ini
tidaklah diperbolehkan. Jadi haruslah ditulis Al-Qur’an dengan bahasa/
huruf Arab, sedangkan disampingnya ditulis terjemah maknawiyyahnya,
sebagai penjelasan kadungannya.
9. Penerjemah harus mengetahui madlulat lafadz (makna yang ditunjukkan
oleh indikasi lafadz) dalam dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa
sasaran, serta kandungan yang ditunjukkan oleh konteks kalimat.
10. Harus mengetahui makna lafadz-lafadz syar’I dalam Al-Qur’an.
11. Penerjemah haruslah kredibel (dapat dipercaya), yaitu beragama Islam dan
shalih (baik dalam ilmu dan amal.5
B. Terjemah Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci berbahasa Arab yang diturunkan Allah Swt.
kepada Nabi Muhammad Saw, untuk memperingati kaumnya. Allah Swt berfiman:
نزلنه قرءنا عر . ٱلمبي ٱلكتب تلك ءايت الر ا أ ا لرعلركم تعقلون إنر .بي
“Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab Al-Qur’an yang nyata dari Allah.
Sungguh, Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu
memahaminya.” 6 (Yusuf (12): 1-2)
Dalam ayat lainnya:
ا لرعلركم تعقلون إ .ٱلمبي ٱلكتب و . حم .نرا جعلنه قرءنا عربي
م إونرهۥينا لعل حكيم ٱلكتب ف أ .ل
“Haa Mim. Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami
menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan
sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami,
5 https://www.muslim.or.id , Minggu 3 November 2019. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.235-236.
14
adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.”7(Az-
Zukhruf (43): 1-4)
Allah mengajarkan kepada manusia berbahasa, supaya bisa saling
berkomunikasi dan menjelaskan pikiran dan perasaan satu sama lain. Wahyu Al-
Qur’an itu datang dari Allah Yang Maha Pemurah, berbahasa Arab sebagai tanda
karunia yang terbesar. Mengajari manusia berbicara dengan jelas, mudah dicerna,
mampu menyatakan pendapat, isi hati dan pikiran, mampu memahami dengan
terang hubungan sesuatu dan menjelaskannya.78
Saat berinteraksi dengan Al-Qur’an setiap orang harus berusaha merasakan
kebesaran dan keagungan Allah swt, Pemilik Kitab Suci itu. Pembaca atau penafsir
dituntut untuk merendahkan diri di hadapan-Nya, karena hanya dengan demikian ia
dapat memperoleh bimbingan dalam memahami ayat-ayat-Nya. Mengulang-ulang
membaca ayat al-Qur’an dapat menimbulkan penafsiran baru, pengembangan
gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin Dalam konteks Al-
Qur’an, terjemahan Al-Qur’an pada dasarnya adalah tafsir Al-Qur’an paling
ringkas dan sederhana penjelasan atau keterangan tentang maksud firman Allah. 9
Terjemah merupakan kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan,
baik verbal maupun non verbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. Menurut
Anwar Nurul Yamin “Yang di maksud penerjemahan di sini adalah pengalih
bahasaan Al-Qur’an dari bahasa Aslinya, yakni bahasa Arab ke dalam bahasa si
penerjemah, misalnya ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.”10
Terjemah Al-Qur’an adalah pemindahan lafal dari suatu bahasa ke dalam
bahasa lain, atau menjelaskan makna suatu ungkapan yang terdapat dalam suatu
bahasa dengan menggunakan bahasa lain. 11
Para ulama membagi terjemah itu kepada dua macam, yaitu sebagai berikut:
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.489. 8 Muhammad Chirzin, “Dinamika Terjemah Al-Qur’an, Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an
dan Hadis, Vol.17, No.1 Januari 2016, h.4. 9 Muhammad Chirzin, “Dinamika Terjemah Al-Qur’an, Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an
dan Hadis, Vol.17, No.1 Januari 2016, h.5. 10 Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.101. 11 Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), cet.ke-1, hal.130.
15
1. Terjemah harfiah, yaitu memindahkan suatu ungkapan dari satu bahasa ke
bahasa lain di mana dalam pemindahan itu tetap terjaga dan terpelihara
susunan, tertib dan semua makna bahasa yang diterjemahkan.
2. Terjemah tafsiriah, yaitu menjelaskan suatu ungkapan dan maknanya yang
terdapat dalam suatu bahasa dengan menggunakan bahasa lain, tanpa
menjaga atau memelihara susunan serta tertib bahasa aslinya, dan juga tidak
pula mengungkapkan semua makna yang dimaksudkan oleh bahasa
aslinya.12
Sedangkan Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-
Qur’an adalah “mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu “maqru”
adalah yang dibaca. 13
Al-Qur’an mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu
ucapan yang tersusun rapih.14
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
dalam bahasa Arab, yang tertulis dalam mushaf yang apabila membacanya bernilai
ibadah. Al-Qur’an juga diriwayatkan secara mutawatir dimulai dari surat Al-
Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas sebagai penutup.10
Menurut As-Sayuthy Al-Qur’an adalah “Kallamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw yang tidak dapat ditandingi oleh para penantangnya,
walaupun hanya satu surat bahkan satu ayat saja.”11
Dari semua definisi diatas para ulama ushul, fuqoha dan para ahli bahasa arab
sepakat bahwa definisi Al-Qur’an adalah sebagai berikut: “Al-Qur’an adalah
kallamullah yang mengandung Ijaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
12 Ibid, Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), cet.ke-1, hal.130-131. 13 Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta” Bulan
Bintang, 1980), Cet.8, h.1. 14 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Literea Antar
Nusa, 2015), h.15. 10 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani,2005), Cet. Ke-8, h.1 11 Hasbi Ash-Shidieqy, op.cit, h.2.
16
yang termaktub di dalam mushaf-mushaf utsmani yang dinukilkan kepada kita
dengan jalan mutawatir yang dianggap bernilai ibadah bai yang membacanya.12
Ringkasannya ialah bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Ilahi yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul akhir zaman, yang dalam bentuknya
sekarang termaktub dengan jelas dalam mushaf utsmani, yang sampai kepada kita
secara muttawatir, jika kita membacanya baik dalam keadaan shalat ataupun tidak
merupakan suatu ibadah.
C. Dasar Pembelajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi manusia untuk kebaikan di dunia
dan akhirat. Dalam mengajarkan Al-Qur’an ada dasar-dasar yang digunakan,
karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala sumber pengetahuan yang ada
bagi umat Islam yang mencangkup segala aspek kehidupan manusia. Dasar-dasar
pengajaran Al-Qur’an diantaranya, ialah:
1. Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an
Dasar yang bersumber dari Al-Qur’an terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-
Alaq ayat 1-5:
ي خلق بٱسم رب ك ٱلرنسن من علق . ٱقرأ كرم . خلق ٱل
وربك ٱل
.ٱقرأ
ي علرم بٱلقلم نسن ما لم يعلم . ٱلر م ٱل .علر
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”13
2. Dasar yang bersumber dari Nabi
مه خيركم من تعلم القرآن وعل
12 M. Ali Hasan, Rif’at Syauki Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang,
1998), Cet.1, h.38.
13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.597.
17
Artinya: “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an
dan mengajarkannya”
Dasar dasar itulah yang menjadi pijakan dalam pengajaran Al-Qur’an
di sekolah-sekolah atau di lembaga nonformal lainnya. Begitu pentingnya
mengajarkan Al-Qur’an maka usaha untuk menanamkan kecintaan dan
kemampuan membaca Al-Qur’an harus diterapkan dan dibiasakan
melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah tajwid dan makhorijul hurufnya.14
D. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang mempunyai
berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang
lain. Sesuai dengan arti Al-Qur’an secara etimologi adalah bacaan karena Al-
Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak sekali keistimewaan bagi orang
yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an, di antaranya ialah:
1. Menjadi Manusia yang Terbaik
Orang yang membaca Al-Qur’an adalah manusia yang terbaik dan
manusia yang paling utama. Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih
baik daripada orang yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Dengan
demikian, profesi pengajar Al-Qur’an jika dimasukkan sebagai profesi
adalah profesi yang terbaik di antara sekian banyak profesi.
2. Mendapat Kenikmatan Tersendiri
Membaca Al-Qur’an adalah kenikmatan yang luar biasa. Seseorang
yang sudah merasakan kenikmatan membacanya, tidak akan bosan
sepanjang malam dan siang. Bagaikan nikmat harta kekayaan di tangan
orang shaleh adalah merupakan kenikmatan yang besar, karena dibelanjakan
ke jalan yang benar dan tercapai apa yang diinginkan.
14 Slide Share,
https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/pembelajaran-mengartikan-
alquran, Rabu 21 Agustus 2019.
18
3. Derajat yang Tinggi
Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya
adalah mukmin sejati yang harus lahir batin, harum aromanya dan enak
rasanya bagaikan buah jeruk dan sesamanya. Maksudnya, orang tersebut
mendapat derajat yang tinggi, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia.
4. Bersama Para Malaikat
Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tajwid sederajat dengan para
malaikat. Artinya, derajat orang tersebut sangat dekat kepada Allah seperti
malaikat. Jika seseorang dekat dengan Tuhan, tentu segala doa dan hajatnya
dikabulkan oleh Allah. Sedangkan orang yang membacanya susah dan berat
mendapat dua pahala, yaitu pahala membaca dan pahala kesulitan dalam
membacanya.
5. Syafa’at Al-Qur’an
Al-Qur’an akan memberikan syafa’at bagi seseorang yang membacanya
dengan benar dan baik, serta memperhatikan adab-adabnya. Di antaranya
merenungkan makna-maknanya dan mengamalkannya. Maksud dari
memberikan syafa’at adalah memohonkan pengampunan bagi pembacanya
dari segala dosa yang ia lakukan. Maka orang yang ahli membaca Al-Qur’an
jiwanya bersih, dekat dengan Tuhan.
6. Kebaikan Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang membaca Al-Qur’an mendapat pahala yang berlipat
ganda, satu huruf diberi pahala sepuluh kebaikan. Tidak ada sistem
perekonomian di dunia ini yang semurah Tuhan. Jika seseorang khatam Al-
Qur’an yang sejumlah hurufnya 1.025.000 banyak kebaikan yang
diperolehnya, berarti mengalikan 10, yakni sebanyak 10.250.000 kebaikan.
7. Keberkahan Al-Qur’an
Orang yang membaca Al-Qur’an, baik dengan hafalan maupun dengan
melihat mushaf akan membawa kebaikan atau keberkahan dalam hidupnya
bagaikan sebuah rumah yang dihuni oleh pemiliknya dan tersedia segala
perabotan dan peralatan yang diperlukan. Sebaliknya, orang yang tidak
terdapat Al-Qur’an dalam hatinya bagaikan rumah kosong tidak berpenghuni
19
dan tanpa perabotan. Maka rumah akan menjadi kosong, kotor, dan berdebu,
bahkan dihuni setan atau makhluk halus yang akan menyesatkan manusia.15
E. Tujuan mengajar Al-Qur’an
Dalam mengajar al-Qur’an baik ayat-ayat bacaan maupun ayat-ayat tafsir dan
hafalan, bertujuan memberi pengetahuan Al-Qur’an kepada anak didik agar
tertanam didalam jiwa anak didik seperti:16
a. Kemampuan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan
dan menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka.
b. Kemampuan memahami makna al-Qur’an secara sempurna, memuaskan
akal serta mampu menenangkan jiwa.
c. Kesanggupan menerapkan ajaran islam dalam problematika kehidupan
sehari-hari.
d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran
yang tepat.
e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan ushlub al-Qur’an.
f. Penumbuh rasa cinta dan rasa keagungan al-Qur’an dalam jiwanya.
g. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama
dari al-Qur’an.
F. Pembelajaran Al-Qur’an
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan pe dan akhiran
an. Keduanya (pe-an) termasuk konflik nominal yang bertalian dengan perfiks
verbal “me” yang mempunyai arti proses.17
Belajar memiliki pengertian berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang
belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.18
15 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: AMZAH, 2013), cet. Ke-2, h.55-61 16 M .Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
tp,1984), h.79 17 DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,2000), h.
664. 18 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra
Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”, Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 11, Nomor 1, 2017, h.27
20
Menurut Arifin, belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima,
menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar
yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan
itu.19
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman ,
maka keberhasilan belajar terletak pada adanya perubahan. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan adanya ciri-ciri belajar, yaitu:
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar, baik aktual maupun potensial.
2. Perubahan tersebut pada pokoknya berupa perubahan kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama .
3. Perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.20
Pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang akan dipilih dan digunakan
oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami meteri pembelajaran, yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau
sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana
pengajaran yang telah diprogramkan. Hal ini dikarenakan pembelajaran bukanlah
suatu kegiatan yang biasa terjadi dengan sendirinya. Tetapi pembelajaran
mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh mereka yang melaksanakan proses
pembelajaran.21
1. Komponen-komponen Pembelajaran Al-Qur’an
Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang
mempunyai tujuan untuk mengajarkan suatu materi atau pembahasan
tertentu, yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh beberapa
19 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah Dengan di Rumah
Tangga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 172.
20 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak
Bangsa, 1996), h. 44. 21 Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2006), h. 5
21
komponen pembelajaran. Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an ini
komponen pembelajarannya sama dengan pembelajaran-pembelajaran pada
umumnya. Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar
mengandung sejumlah komponen yang meliputi pendidik, peserta didik,
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi.22 Adapun penjelasan dari setiap komponen adalah
sebagaai berikut:
a. Pendidik atau Guru
Dalam pendidikan Islam guru dapat disebut juga dengan istilah ustadz
atau ustadzah yang tugas utamanya adalah mengajar, mendidik,
membimbing, melatih, memfasilitasi, dan mengevaluasi peserta didik.23
Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru Pasal 10 menyebutkan
bahwa kompetensi guru sebagai pendidik meliputi empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.24
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (a) pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta
didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d) perancangan
pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis, (f) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) evaluasi proses dan
hasil belajar, (h) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencangkup (a)
berakhlak mulia, (b) arif dan bijaksana, (c) mantap, (d) berwibawa, (e)
stabil, (f) dewasa, (g) jujur, (h) mampu menjadi teladan bagi peserta didik
22 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)
cet. Ke-5, h.41-52 23 Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), cet.ke-7, h.4 24 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 3-4.
22
dan masyarakat, (i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, (j)
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (a) berkomunikasi lisan,
tulisan, atau isyarat, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional, (c) bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (d) bergaul secara santun
kepada masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma, serta sistem
nilai yag berlaku, dan (e) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan
semangat kebersamaan.
4) Kompetensi Profesioanl
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, atau seni yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan (a) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (b) konsep-konsep
dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang
secara konseptual menaungi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
atau kelompok mata pelajaran yang diampu.
b. Peserta Didik
Peseta didik atau sering disebut murid adalah salah satu komponen yang
ada dalam pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan
bahwa murid adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya.
Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar.
Tanpa adanya murid, maka tidak akan terjadi proses pengajaran.25 Sebagai
seorang murid segala perbuatan yang dilakukan memerlukan etika dan adab
untuk melakukannya, apalagi ketika hendak membaca Al-Qur’an Kalam
25 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), cet.ke-
16, h.99-100.
23
Allah yang memiliki nilai sakral dalam beribadah agar mendapatkan ridha
Allah. Untuk itu diperlukan adab yang baik dan sopan, diantaranya sebagai
berikut:
1) Berguru Secara Musyaafahah
Seorang murid sebelum membaca ayat-ayat Al-Qur’an terlebih
dahulu berguru dengan seorang guru yang ahli dalam bidang Al-Qur’an
secara langsung. Musyaafahah dari kata syafawiy = bibir, Musyaafahah
= saling bibir-bibiran. Artinya, kedua murid dan guru harus bertemu
langsung, saling melihat gerakan bibir masing-masing pada saat
membaca Al-Qur’an, karena murid tidak akan dapat membaca secara
fashih sesuai dengan makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat-sifat huruf
tanpa memperlihatkan bibirnya atau mulutnya pada saat membaca Al-
Qur’an.
2) Niat Membaca dengan Ikhlas
Seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaknya berniat yang baik,
yaitu niat beribadah ikhlas karena Allah untuk mencari ridha Allah,
bukan mencari ridha manusia atau agar mendapatkan pujian darinya
atau ingin popularitas atau juga ingin mendapatkan hadiah materi dan
lain-lainnya.
3) Dalam Keadaan Suci
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah bersuci dari hadas kecil,
hadas besar, dan dari segala najis, sebab yang dibaca adalah wahyu
Allah atau firman Allah dan bukan perkataan manusia. Firman Allah:
رون ۥ إلر ٱلمطهر ه ٱلعلمي تزنيل . لر يمس ن ررب .م
“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
Diturunkan dari Tuhan semesta alam.”26 (Q.S Al-Waqi’ah: 78-80)
4) Memilih Tempat yang Pantas dan Suci
26 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.537.
24
Tidak seluruh tempat sesuai untuk membaca Al-Qur’an. Ada
beberapa tempat yang tidak sesuai untuk membaca Al-Qur’an seperti
WC, kamar mandi, pada saat buang air, di jalanan, di tempat-tempat
kotor, dan lain-lain. Hendaknya pembaca Al-Qur’an memilih tempat
yang suci dan tenang seperti masjid, mushalla, rumah, dan lain-lain
yang dipandang pantas dan terhormat.
5) Menghadap Kiblat dan Berpakaian Sopan
Pembaca Al-Qur’an disunnahkan menghadap kiblat secara
Khusyu’, tenang, menundukkan kepala, dan berpakaian yang sopan.
Membaca Al-Qur’an adalah beribadah kepada Allah. Oleh karena itu,
jika memungkinkan dan tidak terhalang oleh sesuatu, alangkah baiknya
jika dilaksanakannya di tempat yang suci, menghadap kiblat, dan
berpakaian sopan seolah-olah pembaca berhadapan langsung dengan
Allah untuk bercakap-cakap dan berdialog dengan-Nya.
6) Bersiwak (Gosok Gigi)
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah bersiwak atau gosok
gigi terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an, agar harum bau
mulutnya dan bersih dari sisa-sisa makanan atau bau yang tidak
enak.membaca Al-Qur’anitu sama halnya dengan berdialog atau
berkomunikasi langsung dengan Tuhan, maka sangat layak jika ia
bermulut bersih dan segar bau mulutnya.
7) Membaca Ta’awwudz
Disunnahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum
membaca Al-Qur’an. Hanya ketika hendak membaca Al-Qur’an yang
diperintahkan membaca ta’awwudz terlebih dahulu sebelum
membacanya. Dengan demikian, membaca ta’awwudz hanya
dikhususkan untuk yang akan membaca Al-Qur’an saja.
8) Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Tartil artinya membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, tidak
terburu-buru, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan
25
makhraj dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu
tajwid.
9) Merenungkan Makna Al-Qur’an
Di antara adab membaca Al-Qur’an adalah merenungkan arti ayat-
ayat Al-Qur’an yang dibaca, yaitu dengan menggerakan hati untuk
memahami kata-kata Al-Qur’an yang dibaca semampunya atau yang
digerakkan lidah sehingga mudah untuk memahami dan kemudian
diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
10) Khusyu’ dan Khudhu’
Khusyu’ dan Khudhu’ artinya merendahkan hati dan seluruh
anggota tubuh kepada Allah sehingga Al-Qur’an yang dibaca
mempunyai pengaruh bagi pembacanya. Ayat-ayat yang dibacanya
mempunyai pengaruh rasa senang, gembira, dan banyak berharap
ketika mendapati ayat-ayat tentang rahmat ataupun kenikmatan.
Demikian juga ayat-ayat yang dibaca mempunyai pengaruh rasa takut,
sedih, dan menangis ketika ada ayat-ayat ancaman.
11) Memperindah Suara
Al-Qur’an adalah hiasan bagi suara, maka suara yang bagus akan
lebih menembus hati. Kemerduan suara disunnahkan dalam membaca
Al-Qur’an tentunya yang tidak berkelebihan sehingga tidak
memanjangkan bacaan pendek atau memendekkan bacaan panjang.
12) Menyaringkan Suara
Karena dengan suara yang nyaring dan kencang dapat menggugah
hati yang sedang tidur agar ikut merenungkan maknanya, akan tambah
semangat membacanya, dan bermanfaat bagi pendengar lain. Di
samping itu, seseorang yang memperdengarkan suara bacaan pada
telinga sendiri akan dapat mengoreksi bacaan tersebut dan lebih
berpengaruh pada renungannya.
13) Tidak Dipotong dengan Pembicaraan Lain
Sebagaimana keterangan di atas, bahwa membaca Al-Qur’an
adalah berdialog dengan Tuhan, karena Al-Qur’an adalah firman-Nya.
26
Maka di antara adabnya adalah dengan tidak memotong bacaannya
dengan pembicaraan lain atau ngobrol dengan orang lain, apalagi
sambil tertawa-tawa atau bermain-main.
14) Tidak Melupakan Ayat-ayat yang Sudah dihafal
Seseorang yang sudah hafal Al-Qur’an atau hafal sebagian surah
Al-Qur’an, hendaknya tidak sengaja melupakannya. Apa yang sudah
dihafal diluar kepala atau yang sudah disimpan di dalam hati jangan
dilupakan begitu saja. Akan tetapi hendaknya selalu diingat,
ditadaruskan, dan di-mudzakarah-kan, misalnya selalu dibaca, baik
dalam shalat sunnah maupun di luar shalat, tadarus, dan lain-lain.27
c. Tujuan
Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa
memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin
pintar, cerdas, menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita
yang diinginkannya. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa
tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian
dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Pendidikan merupakan suatu usaha agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal
31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasioanl yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-
Undang.28
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju
oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya
27 Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: AMZAH, 2013), cet. Ke-2, h.35-47. 28 UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UU RI No.20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), Cet.5, h.v.
27
mempunyai tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak
dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.
Dengan mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai
itu dapatlah diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk
mencapainya.29
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan
mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan
dalam membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang
nantinya diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-
nilai Al-Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang
kokoh.
Sebagai seorang Muslim, tentulah kita sudah seharusnya belajar al-
Qur’an, karena hal ini merupakan salah satu kewajiban bagi dirinya.
Negara Republik Indonesia tentu mengharuskan dan mendukung hal
tersebut, karena belajar al-Qur’an dapat meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta menjadikan akhlak mulia bagi seorang Muslim.
Ada beberapa tujuan dari pembelajaran menterjemahkan Al-
Qur’an, diantaranya adalah:
1) Aspek Pengetahuan
Dalam hal ini murid memiliki pengetahuan mengenai berbagai
hal yang berkenaan dengan tata cara mengartikan Al-Qur’an.
Murid juga dibekali pengetahuan mengenai pentingnya menguasai
keterampilan mengartikan Al-Qur’an. Dengan mampu
mengartikan Al-Qur’an dapat memperlancar proses penghayatan
dan pengamalan kandungan Al-Qur’an. Karena langkah awal
untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an adalah dengan cara
mengartikannya.
2) Aspek Pelaksanaan
29 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
Cet.1,h.36.
28
Dalam tujuan pembelajaran yang kedua yaitu pelaksanaan.
Yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam mengartikan
ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam juz ‘amma yang menjadi
materi pelajaran. Pembelajaran dilakukan secara bertahap. Diawali
dengan pembelajaran mengartikan yang paling sederhana, yakni
mengartikan tiap-tiap kosakata dari kosakata-kosakata (mufradat)
ayat-ayat Al-Qur’an.
3) Aspek Pembiasaan
Setelah siswa memiliki pengetahuan mengenai pentingnya
kemampuan mengartikan Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan siswa
benar-benar terampil dalam mengartikan Al-Qur’an. Kondisi
selanjutnya terampil dalam mengartikan Al-Qur’an ini tidak hanya
sekedar untuk diketahui tetapi juga menjadi miliknya dan menyatu
dengan kepribadiannya, proses peleburan pengetahuan dan
keterampilan ke dalam kepribadiannya ini yang dimaksud dengan
proses internalisasi, yang menjadi tujuan dari aspek pembiasaan. 30
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar. Bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa
terabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar
mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik. Tanpa bahan pelajaran
proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan
mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan
disampaikan pada anak didik.
e. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. segala
sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua
30 SlideShare,
https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/pembelajaran-mengartikan-
alquran, Rabu 21 Agustus 2019
29
komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
f. Metode
Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari kata
“meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode
berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat berarti cara
kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Metode
dalam bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh yang
berkaitan dengan penyajian materi secara teratur atau sistematis berdasarkan
pendekatan yang ditentukan31
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan
oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru
sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran
tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.32
g. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Sebagai salah sesuatu yang dapat digunakan dalam
mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai
perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan,
dan alat sebagai tujuan.
h. Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab belajar
pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
31 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada
anak Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August
2017 (109-120), h. 112 32 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)
cet. Ke-5, h.46
30
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana, seperti
di sekolah,di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya.
Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas
guru, waktu, biaya,serta kebijakan-kebijakan lainnya.
i. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses sistematis menetapkan nilai tentang
sesuatu hal, seperti objek, proses, unjuk kerja, kegiatan hasil, tujuan, atau
hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.33 Evaluasi
merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah
dapat dicapai.34
Evaluasi dalam pembelajaran menterjemahkan Al-Qur’an, ialah sebagai
berikut:
1) Penilaian Proses
Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan
proses pembelajaran materi mengartikan Al-Qur’an adalah dengan
teknik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai
instrumentnya untuk mengetahui seberapa lancar dan bagus kegiatan
mengartikan siswa terhadap Al-Qur’an.
2) Penilaian Hasil
Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
yang tepat untuk materi ini adalah tes objektif dan subjektif dengan
teknik lisan/tulisan. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan
siswa dalam mengartikan Al-Qur’an dan sikap mereka setelah
menguasai cara mengartikan Al-Qur’an. Oleh karena itu dibutuhkan
latihan-latihan yang bisa membantu siswa untuk menguasai materi
dengan lebih baik.
33 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), cet.ke-3, h.1 34 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), cet. Ke-3, h. 1
31
G. Pendekatan dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan metode yang tepat dalam
menyampaikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui dan
memahami segala sesuatu yang disampaikan guru, sehingga melalui tes hasil
belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan dengan yang lain secara komprehensif. Komponen
tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen
tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan
pendekatan, dan model-model pembelajaran apa saja yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.35
Menurut Ruseffendi, pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang
ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat
bagaimana materi itu disajikan. Misalnya, memahami suatu prinsip dengan
pendekatan induktif atau deduktif.36
Seorang guru harus bisa memilih pendekatan yang inovatif dalam strategi
pembelajaran. Hal ini agar siswa mampu terlibat secara aktif dan mandiri dalam
proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada
proses penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry).37 Dalam kegiatan
pembelajaran yang seperti inilah memiliki dampak positif pada hasil (output)
yang dihasilkan baik itu yang bersifat pemahaman, sikap, atau berbagai
keterampilan yang mesti dikuasai oleh seluruh siswa.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Pada Guru (Teacher Centered
Apporoaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar
35 Abdullah, “Pendekatan Dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa”, Jurnal
Edureligia, Vol. 01 No.01 Tahun 2017, h. 46. 36 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 128. 37 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017
32
bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang
yang serba tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar
2. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Pada Siswa (Student Centered
Apporoaches)
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa,
manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini
siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai
dengan minat dan keinginannya. Dengan menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif.38
H. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Jurnal dengan judul Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-
Qur’an pada anak Usia Dini. Karya atas nama Nur Tanfidiyah mahasiswi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan identitas jurnal: http://ejournal.uin-
suka.ac.id/tarbiyah/conference/index.php/aciece/aciece2, Online ISSN (e-
ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017 (109-120)
Dalam jurnal tersebut menjelaskan mengenai sebuah metode pembelajaran
yang cocok untuk karakteristik anak usia dini. Nama metode tersebut adalah
metode yanbu’a. dalam metode ini mengkoordinasikan 3 aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran dan saling melengkapi sehingga kemampuan anak
dapat berkembang dengan baik dan seimbang, yaitu visual, auditori, dan
kinestetik.39
2. Skripsi oleh Elis Tuti Winanengsih 054101118 mahasiswi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Impelemntasi Metode Qiraati Dalam
Pembelajaran Al-Qur’an di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi
38 Abdullah, “Pendekatan Dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa”, Jurnal
Edureligia, Vol. 01 No.01 Tahun 2017, h. 48. 39 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada
anak Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August
2017 (109-120), h. 115.
33
Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa metode qiraati
merupakan suatu metode yang mudah dan praktis. Metode ini mulai
dikenalkan pada tahun 1963 di Semarang, Jawa Tengah oleh Dahlan Salim
Zarkasyi.40 Prinsip yang digunakan dalam metode ini ialah bahwa guru tidak
boleh banyak menuntun, guru hanya menerangkan tiap pokok pelajarannya
saja.
3. Jurnal dengan judul Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan
Metode Iqra Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal.
Karya atas nama Srijatun mahasiswa UIN Walisongo Semarang, dengan
identitas jurnal: ISSN 1979-1739 (P) ; ISSN 2502-8057 (E). © 2017 Nadwa |
IAIN Walisongo http://journal.walisongo.ac.id/index.php/nadwa. Dalam
jurnal tersebut menjelaskan bahwa metode iqra disusun oleh KH. As’ad
Humam dari Kota Gede Yogyakarta yang kemudian dikembangkan oleh
AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushola) Yogyakarta. Metode ini
menerapkan pembelajaran CBSA (Cara Belajar 3Santri Aktif) yaitu, guru
berperan hanya menyimak saja jangan sampai menuntun, kecuali ketika
memberikan contoh pelajaran.41
4. Jurnal dengan judul Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap
Keterampilan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik. Karya atas
nama Anis Farihah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dengan
identitas jurnal:
halaqa: Islamic Education Journal 1 (1), Juni 2017, 1-8 ISSN 2503 – 5045
(online) Journal Homepage:http://ojs.umsida.ac.id/index.php/halaqa, DOI
Link:http://doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, Article DOI:
10.21070/halaqa.v1i1.819
40 Elis Tuti Winanengsih, “Impelemntasi Metode Qiraati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an
di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta”, (Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga,
2008), h.14
41 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra
Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”, Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 11, Nomor 1, 2017, h.32
34
Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya metode barqy ini di
khususkan untuk para mahasiswa yang sama sekali belum bisa membaca al-
Qur’an. Metode barqy merupakan sebuah metode yang menawarkan kecepatan
penguasaan bacaan al-Qur’an dalam satu tahapan saja dengan kisaran waktu
minimal 200 menit saja seseorang yang belum bisa membaca al-Qur’an atau
bahkan belum pernah mengenal huruf hijaiyah bisa berubah menjadi mampu
membaca al-Qur’an.42 Metode ini ditemukan oleh dosen Fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya yang bernama Muhadjir Sulthon pada tahun 1965.
5. Skripsi yang dibuat oleh Een Hujaemah 1112011000088 mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan judul Implementasi Metode Tilawati Dalam
Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Dalam skripsi
tersebut membahas tentang Implementasi Metode Tilawati Dalam
Pembelajaran Al-Qur’an di Madrasah dengan metode tilawati dengan belajar
membaca al-Qur’an yang pelaksanaannya menyeimbangkan antara pendekatan
klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik
baca simak.43
Hasil relevan yang saya peroleh dari 3 jurnal dan 2 skripsi ialah dalam
penelitian ini sama-sama meneliti mengenai metode pembelajaran al-Qur’an,
dan bagaimana implementasi metode tersebut dalam meningkatkan membaca
al-Qur’an. Namun hal yang berbeda antara saya dengan para peneliti lainnya
ialah mengenai metode yang digunakannya. Saya menggunakan metode harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) merupakan sebuah metode baru yang diciptakan
dan dikembangkan oleh H. Ahmad Syaikhu Buchori, S.Ag dan H.Yusman El-
Makmur, MA pada tahun 2006, kemudian direstui oleh DR. KH. Ahmad
Musta’in Syafi’ie, M. Ag, Al Hafizh selaku Pengasuh Pondok Pesantren
Madrasatul Qur’an Tebuireng – Jombang. Metode ini bukan hanya sekedar
42 Anis Farihah, “Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan
Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik”, Jurnal Islamic Education,
doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819, h. 3 43 Een Hujaemah, Implementasi Metode Tilawati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an di
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, (Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h.23
35
untuk meningkatkan kemampuan membaca, namun juga untuk meningkatkan
kemampuan terjemah Al-Qur’an. Metode tersebut baru diterapkan mulai tahun
2010 di pondok pesantren Tebuireng dan Madrasatul Qur’an Jombang Jawa
Timur. Selain itu juga sudah mulai diterapkan pada tahun 2010 di sekolah MI
Sa’adatuddarain Jakarta Timur dan SDIT Lazuardi Madani Islamic Student
Village Gunung Sindur.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan di MI
Sa’adatuddarain – Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.1
Penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada
saat penelitian berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta fenomena yang diselidiki.
Adapun penulis memilih tempat penelitian di MI Sa’adatuddarain – Jakarta
Timur dikarenakan sekolah tersebut menerapkan metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane). Pembelajaran ini difokuskan pada membaca Al-Qur’an dengan
memahami makna kata perkata dari setiap bacaan yang dibaca dengan
menggunakan buku panduan khusus yang disediakan di sekolah.
B. Metode penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskripsi yaitu memaparkan dari apa
yang diperoleh melalui penelitian, yaitu berupa informasi yang berkaitan dengan
tema yang diteliti. Untuk memperoleh data penulis menggunakan metode yaitu:
1. Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan membaca buku-buku,
skripsi orang lain, serta literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan
dibahas. Hal ini penulis lakukan untuk memperoleh pendapat-pendapat dan
teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
2. Penelitian lapangan
Dalam penelitian lapangan ini penulis mengumpulkan data melalui
observasi dan wawancara mengenai implementasi metode Harfun dalam
kegiatan pembelajaran terjemah Al-Qur’an di sekolah MI Sa’adatuddarain.
1 Juliansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal.34
36
37
Penelitian ini ditujukan kepada pihak kepala sekolah, guru dan siswa agar hasil
yang diperoleh peneliti maksimal.
C. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang objektif dan benar dalam penelitian diperlukan
teknik dan cara tertentu yang tepat yang sesuai dengan bentuk dan jenis penelitian
yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana
peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat
tergantung pada observer.2
Dengan melakukan kunjungan langsung, peneliti menciptakan
kesempatan untuk observasi langsung. Dengan berasumsi bahwa fenomena
yang diminati tidak asli historis, beberapa pelaku atau kondisi lingkungan
sosial yang relevan akan tersedia untuk observasi.3
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan keadaan lokasi objek penelitian, yaitu keadaan sekolah dan kegiatan
mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di sekolah MI Sa’adatuddarain.
Peneliti melakukan observasi di MI Sa’adatuddarain sebanyak 7 kali.
Dengan metode ini peneliti dapat mengamati secara langsung atau
mengikuti pembelajaran terjemah Al-Qur’an. Hal ini penting dilakukan
untuk mendapatkan data dan selanjutnya ditranskripsi supaya
mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari pembelajaran
membaca Al-Qur’an.
2 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet. Ke-25, h.145. 3 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2005), h.112
38
Tabel 3.1
Kisi-kisi Observasi
No Aspek yang Diamati Indikator
1 Sekolah 1. Lokasi sekolah
2. Kondisi sekolah
3. Kelengkapan sarana dan prasarana
2 Guru 1. Kemampuan guru
3 Siswa 1. Kondisi Siswa
2. Interaksi antara sesama siswa
maupun dengan guru
3. Kegiatan siswa
4 Lingkungan 1. Kebersihan lingkungan sekolah
2. Kenyamanan sekolah
3. Keamanan sekolah
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah responden yang sedikit.4
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak dilakukan dalam penelitian deskriptif
kualitatif. Penggunaan teknik ini penulis lakukan dengan cara
mewawancarai Kepala Sekolah, Guru yang bersangkutan, serta Siswa kelas
VI. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang dapat
menyempurnakan observasi.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data langsung dari guru dan
siswa MI Sa’adatuddarain. Peneliti melakukan wawancara sebanyak 7 kali.
Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data langsung tentang
4 Ibid, h. 137
39
pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane). Adapun pihak yang diwawancarai dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru wali kelas, guru Al-Qur’an, siswa
kelas VI.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Wawancara dengan Kepala Sekolah
No. Variable Indikator
1 Pembangunan Sekolah 1. Latar belakang didirikannya
sekolah
2. Waktu didirikannya sekolah
3. Pendiri sekolah
4. Visi dan misi sekolah
5. Tujuan sekolah
2 Pendidikan 1. Cara mengajar guru
2. Cara belajar siswa
3. Kurikulum yang digunakan
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Wali Kelas dan Guru Al-
Qur’an
No. Variable Indikator
1 Siswa 1. Karakter siswa
2. Sikap siswa
3. Upaya guru
2 Pembelajaran Terjemah Al-
Qur’an
1. Pengenalan Al-Qur’an
2. Pedoman yang dipakai dalam
kegiatan belajar membaca Al-
Qur’an
3. Motif belajar membaca Al-
Qur'an
40
4. Pembelajaran arti dan makna
kosakata Al-Qur’an
5. Metode yang digunakan
6. Alasan menggunakan metode
tersebut
7. Kendala yang dihadapi dalam
proses pembelajara Al-Qur’an
Tabel 3.4
Kisi-kisi Wawancara dengan Siswa
No. Variable Indikator
1 Pembelajaran Terjemah Al-
Qur’an
1. Pemahaman mengenai Al-Qur’an
2. Pelafalan Al-Qur’an
3. Pemahaman arti dan makna
kosakata Al-Qur’an
4. Kendala yang dihadapi dalam
proses pembelajara Al-Qur’an
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dan pendukung
dari penggunaan teknik observasi pada saat proses pembelajaran membaca
Al-Qur’an berlangsung. Dokumentasi yang diperoleh adalah berupa data-
data dan gambaran pada saat proses pembelajaran membaca Al-Qur’an,
daftar peserta didik, daftar guru, serta catatan lain sebagainya. Dengan
metode ini diharapkan dapat mempermudah peneliti mendeskripsikan dan
menganalisis data yang diperoleh.
D. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data agar dapat menghasilkan
data yang akurat maka penulis menggunakan metode triangulasi data, yang
41
merupakan sebuah proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
menjadi bukti temuan.5
1. Triangulasi Sumber
Untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara mengecek
data yang didapatkan melalui beberapa sumber yang diantaranya dalam
penelitian ini menguji tentang implementasi metode Harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane) maka pengumpulan dan pengujian data yang didapatkan
melalui kepala sekolah, kepala bidang kurikulum, dan guru yang
bersangkutan. Jadi dalam menguji data yang didapatkan sudah valid atau
belum, maka peneliti membandingkan informasi yang didapatkan dari
beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Untuk menguji keabsahan data atau temuan penelitian. Triangulasi teknik
ini dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data
yang ada untuk mendapatkan data yang sama. yakni seperti melakukan
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Dalam penelitian waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih dalam kondisi segar, belum banyak pikiran dan masalah
akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Dalam hal
pengujian keabsahan data tersebut peneliti melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi, dan tes atau dengan teknik yang lainnya dalam waktu
yang berbeda. Bila hasilnya berbeda, maka dilakukan berkali-kali sampai ada
titik kepastian dan kejenuhan dalam pengujian data tersebut.6
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Pada saat
5 Emzir, Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h. 82 6 Ibid, h. 274-275
42
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan kegiatan data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data ialah:
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif
yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang
tinggi.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi maka selanjutnya ialah mendisplay data. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya. Dengan mendisplay data dapat
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan melanjutkan rencana
selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Kesimpulan yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.7
7 Ibid, h.247-253
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Fakta Temuan
Fakta temuan yang akan dipaparkan dalam bab ini adalah fakta-fakta yang
peneliti temukan dalam pelaksanaan peneliti temukan di MI Sa’adatuddarain –
Jakarta Timur, khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an
melalui metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane). Untuk lebih memahami
kondisi rill lokasi penelitian, maka peneliti akan memaparkan beberapa hal
penunjang di antaranya letak geografis, sejarah berdirinya MI Sa’adatuddarain –
Jakarta Timur, visi dan misi, keadaan guru, keadaan murid, serta sarana dan
prasarana yang ada di MI Sa’adatuddarain – Jakarta Timur. Adapun penjelasan
lebih rinci sebagai berikut:
1. Gambaran Umum MI Sa’adatuddarain
a. Profil dan Data Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain berada di bawah naungan
Yayasan Pendidikan Islam Al-Makmur, sebagai lembaga pendidikan yang
menjadi representasi dari sekian banyak madrasah/lembaga pendidikan
yang ada di Jakarta. Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain didirikan pada
tahun 1979 dan mendapatkan Surat izin Penyelenggaraan Pendidikan
dengan nomor : WJ/6/PP.00.4/2372/1990 berdasarkan surat Keputusan
Menteri Agama RI Nomor 5 tahun 1977 dan Nomor 15 tahun 1978 serta
Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta Nomor
WJ/086/KPTS/1988 dengan nomor statistik madrasah : 112317210064. Dan
berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Swasta
nomor : Kd.09.02/4/PP.00/2484/2009, dengan penggantian nomor statistik
madrasah menjadi : 111231750004.
Seiring perjalanan Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain dalam rangka
penertiban administrasi dan persekolahan, Madrasah Ibtidaiyah
Sa’adatuddarain mendapatkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN)
60706247 berdasarkan keputusan Kepala Badan Penelitan dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
43
44
3574/G4/KL/2009 Tahun 2009, dan pembaharuan Piagam Izin
Pendirian/Operasional Madrasah Nomor 877 Tahun 2017 yang diterbitkan
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta.12
b. Letak Geografis
MI Sa’adatuddarain merupakan sekolah swasta yang terletak di Jl.
Masjid Al Maghfiroh Rt. 002/09 kelurahan Pekayon, Pasar Rebo – Jakarta
Timur. Adapun batas-batas wilayah yang mengelilingi MI Sa’adatuddarain
adalah sebagai berikut:
Sebelah barat : Jalan Raya Bogor
Sebelah utara : Setu Pedongkelan (perbatasan Jakarta Timur-Depok)
Sebelah timur : Kantor Kelurahan Pekayon
Sebelah selatan : Kantor Kecamatan Pasar Rebo
Letak MI Sa’adatuddarain ini cukup strategis karena tidak terlalu jauh,
hanya 250 m masuk dari Jalan Raya Bogor. Wilayahnya dekat dengan
pemukiman warga, sehingga mudah ditempuh dengan sepedah, motor,
bahkan dengan jalan kaki. Meskipun berada ditengah-tengah pemukiman
warga, keadaannya tetap nyaman karena tidak begitu dekat dengan jalan
raya, sehingga proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada di MI
Sa’adatuddarain berjalan dengan lancar.13
c. Sejarah Berdirinya MI Sa’adatuddarain
Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain sebagai sekolah dasar yang
berupaya mempersiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa, mampu
bersaing secara sehat, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta
unggul dalam prestasi.
Melihat perkembangan kebutuhan akan pendidikan yang bermutu,
Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarainberusaha memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan perkembangan di berbagai bidang. Metode
pembelajaran yang interaktif, proses pembelajaran dengan kurikulum
nasional yang dikembangkan dengan penekanan pada pembentukan insan
12 Dokumentasi Sekolah, 2019 13 Observasi, 1 Agustus 2019
45
yang beriman dan bertaqwa yang kompetitif. Para tenaga pengajar
adalah professional dan kompeten di bidangnya yang selalu
mengedepankan keikhlasan sebagai wujud rasa Syukur kepada Allah
SWT. Komunikasi yang efektif dengan orang tua dalam pembinaan peserta
didik ditujukan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik.
Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain berada di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Islam Al-Makmur, sebagai lembaga pendidikan yang menjadi
representasi dari sekian banyak madrasah/lembaga pendidikan yang ada di
Jakarta. Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain didirikan pada tahun 1979
dan mendapatkan Surat izin Penyelenggaraan Pendidikan dengan nomor :
WJ/6/PP.00.4/2372/1990 berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI
Nomor 5 tahun 1977 dan Nomor 15 tahun 1978 serta Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Departemen Agama DKI Jakarta Nomor
WJ/086/KPTS/1988 dengan nomor statistik madrasah : 112317210064.
Seiring perjalanan Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain dalam rangka
penertiban administrasi dan persekolahan, Madrasah Ibtidaiyah
Sa’adatuddarain mendapatkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN) :
60706247 berdasarkan keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No.3574/G4/KL/2009. Dan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Nomor : 877 Tahun 2017
tentang Izin Pendirian/Operasional Madrasah Ibtidaiyah Sa'adatuddarain
dengan nomor statistik madrasah : 111231750004
d. Visi dan Misi MI Sa’adatuddarain
1) Visi
“Berakhlakul Karimah, Berprestasi dan Terampil.”
2) Misi
a) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan
budaya bangsa, sehingga terbangun siswa yang berakhlaqul
karimah.
46
b) Menumbuhkan dan mendorong semangat prestasi dalam penerapan
ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni baik akademis maupun non
akademis.
c) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.14
e. Tujuan Sekolah
Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan
dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai
berikut ini.
1) Meningkatkan prilaku budi pekerti luhur
2) Meningkatkan Imtak dan Iptek
3) Meningkatkan keterampilan siswa dengan bakat serta minat
4) Meningkatkan kepribadian seutuhnya
5) Mempersiapkan siswa untuk melannjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi.
6) Meningkatkan Profesionalisme personal15
f. Sturktur Organisasi MI Sa’adatuddarain
Setiap lembaga pendidikan memerlukan adanya struktur organisasi
yang mengatur suatu lembaga dalam melakukan tugas dan fungsi dari unsur
yang ada di dalam lembaga tersebut. Struktur organisasi memiliki peran
penting dalam mengatur dan mengawasi jalannya kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Adapun struktur organisasi MI
Sa’adatuddarain antara lain:
1) Kepala Sekolah
Dalam menjalankan tugasnya dibantu kepala-kepala urusan yang
terdiri dari empat bagian, yaitu:
a) Urusan Kurikulum
b) Urusan Kesiswaan
c) Urusan Humas
14 Dokumentasi Sekolah, 2019 15 Dokumentasi Sekolah, 2019
47
d) Urusan Sarana dan Prasarana
2) Bagian Tata Usaha dan Perkantoran, terdiri dari:
a) Kepala Tata Usaha
b) Bagian Arsip Data
c) Bagian Bendahara dan Administrasi
d) Bagian Lapangan dan Pesuruh
3) Majelis Guru
a) Wali Kelas
b) Seksi Olahraga
c) Seksi Kepramukaan
d) Seksi Kesenian
Sedangkan untuk bagan sturktur organisasi MI Sa’adatuddarain adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi MI Sa’adatuddarain
(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)
48
g. Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain
Dalam upaya untuk menunjang tujuan pendidikan pada MI
Sa’adatuddarain, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta
pemanfaatannya secara maksimal. Adapun sarana dan prasarana yang
dimiliki MI Sa’adatuddarain, antara lain:
Tabel 4.1
Keadaan Fisik MI Sa’adatuddarain
No Jenis
Prasarana
Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Jumlah
Ruang
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Rusak
Ringan
Rusak
Sedan
g
Rusak
Berat
1 Ruang
Kelas 7 7 0 0 - -
2 Perpustak
aan 1 1 - - - -
3 R. Lab.
IPA - - - - - -
4 R. Lab.
Komputer - - - - - -
5 R.
Pimpinan 1 1 - - - -
6 Ruang
Guru 1 1 - - - -
7 R. Tata
Usaha 1 1 - - - -
8 Tempat
Ibadah 1 1 - - - -
9 WC Guru 1 1 - - - -
10 WC Siswa 3 3 - - - -
11 Gudang 1 - 1 - 1 -
49
No Jenis
Prasarana
Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Jumlah
Ruang
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Rusak
Ringan
Rusak
Sedan
g
Rusak
Berat
12 Tempat
Olahraga 1 - 1 - 1 -
(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)
Sarana yang dimiliki MI Sa’adatuddarain selain ruangan sebagaimana
tersebut diatas, diatas ditambah sarana ibadah, peralatan olahraga, dan alat
administrasi lainnya. (Dokumentasi Sarana dan Prasarana dikutip pada 29
Agustus 2019)
h. Keadaan Guru MI Sa’adatuddarain
Tenaga Pendidik MI Sa’adatuddarain, merupakan guru – guru yang
telah dipersiapkan dengan baik untuk mampu membimbing siswa mencapai
tujuan pendidikan melalui kurikulum yang telah di rancang secara terpadu
di MI Sa’adatuddarain.
Tenaga Pendidik MI Sa’adatuddarain merupakan tenaga pengajar yang
berpengalaman di bidangnya yang berlatar belakang Pendidikan Perguruan
Tinggi Negeri maupun Swasta yang memiliki kemampuan dan
berpengalaman di bidangnya.
Tabel 4.2
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No. Keterangan Jumlah
Pendidik/Guru
1 Guru PNS diperbantukan tetap 7
2 Guru Tetap Yayasan 6
Tenaga Kependidikan
1 Tata Usaha 1
2 Pesuruh 1
50
Jumlah 15
(Sumber: Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)
i. Keadaan Siswa MI Sa’adatuddarain
Keadaan siswa MI Sa’adatuddarain tahun pelajaran 2019/2020 secara
keseluruhan berjumlah 44 siswa, sedangkan untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Daftar jumlah siswa masing-masing kelas
Kelas
Tahun Pelajaran
2017/2018 2018/2019 2019/2020
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Jumlah
Siswa
Jumlah
Rombel
Kelas 1 30 1 32 1 28 1
Kelas 2 29 1 30 1 31 1
Kelas 3 32 1 29 1 27 1
Kelas 4 47 2 32 1 26 1
Kelas 5 30 1 45 2 31 1
Kelas 6 27 1 30 1 44 2
Jumlah 195 7 198 7 187 7
(Sumber : Dokumentasi Sarana dan Prasarana, 2019)
2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Melalui
Metode harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Dalam penelitian ini membahas tentang pembelajaran membaca Al-
Qur’an melalui metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI
Sa’adatuddarain. Metode Harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan
bagaimana siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar serta mampu
memahami makna perkata dari setiap bacaan yang dibacanya. Output yang
51
dihasilkan metode ini membuat orang bisa menterjemahkan Al-Qur’an secara
perkata (bukan tafsir) pada saat membaca Al-Qur’an dengan tanpa melihat
terjemahannya.16
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode tersebut sudah
dimulai sejak tahun 2010. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
merupakan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan 3x cara
penggunaannya. Yang pertama, dengan cara siswa diminta membaca Al-
Qur’an dengan cara keseluruhan sampai batas ayat yang ditentukan.
Kemudian yang kedua, siswa membaca potongan ayat perkata sambil
diartikan perkata juga. Dan yang ketiga, siswa membaca 1 ayat Al-Qur’an dan
mengartikan secara sempurna dari 1 ayat tersebut.
Tujuan kepala sekolah menerapkan metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) di MI Sa’adatuddarain ialah:
a. menjadikan ciri khas untuk sekolah agar berbeda dengan sekolah
lainnya.
b. Menjadi sekolah kedua setelah SDIT Lazuardi Madani Alhasyimi –
Gunug Sindur yang menggunakan, karena metode tersebut
dikembangkan oleh yayasan Lauardi Madani Alhasyimi kemudian
MI Sa’adatuddarain ikut menerapkannya juga.
c. Untuk mempersiapkan anak didik ketika tahfidz mereka sudah
paham dengan makna ayat yang mereka hafalkan.
d. Untuk mempermudah memahami isi kandungan.17
Langkah-langkah pembelajaran metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) di MI Sa’adatuddarain ialah sebagai berikut:
a. Dimulai dengan membuka kitab
b. Kemudian bertawasul/ berdoa untuk pengarang kitab
c. Mereview pelajaran sebelumnya
16 Wawancara dengan Guru Al-Qur’an, Selasa 2 Agustus 2019 17 Wawancara,dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019
52
d. Belajar pelajaran selanjutnya dengan menggunakan 3x cara
penggunaan (baca ayat, lepas perkata, memahami ayat dengan arti)
e. Guru memimpin membaca Al-Qur’an sampai batas ayat yang
disepakati bersama diawal jam pembelajaran. Kemudian murid
membaca juga ayat tersebut
f. Guru mengenalkan bacaan dengan arti perkata. Dan murid
mengikuti
g. Kemudian guru membaca secara keseluruh ayat. Kemudian
diterjemahkan dengan sempurna. Dan murid mengikuti
h. Setelah itu, guru melakukan tes kepada masing-masing siswa untuk
mengetahui potensi pada siswa dalam pembelajaran ini.18
C. Pembahasan
I. Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
a. Pengertian Metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang terdiri dari
kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi
metode berarti jalan yang dilalui. Secara lebih sederhana, metode dapat
berarti cara kerja atau cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.
Metode dalam bahasa Arab disebut thariqah, yaitu rencana menyeluruh
yang berkaitan dengan penyajian materi secara teratur atau sistematis
berdasarkan pendekatan yang ditentukan.19
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode,
18 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019 19 Nur Tanfidiyah, “Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada anak
Usia Dini”, Jurnal Islamic Education, Online ISSN (e-ISSN): 2548-4516 Volume 2, August 2017
(109-120), h. 112
53
tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik.20
Metode pembelajaran merupakan seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan.21
Banyak sekali di antara macam-macam metode pembelajaran Al-
Qur’an yang dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an.
Salah satunya ialah metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) yang
cocok digunakan untuk pembelajaran terjemah Al-Qur’an.
Metode harfun adalah sebuah metode yang mengajarkan bagaimana
siswa mampu membaca al-Qur’an dengan lancar serta mampu memahami
makna perkata dari setiap bacaan yang dibacanya.22
20 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013)
cet. Ke-5, h.46 21 Suryono, Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. Ke-4, h.19 22 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019
54
Gambar 4.2
Hasil reset penelitian di dalam juz 1
(Sumber : Buku Panduan Metode Harfun)
Metode ini diberi nama Harfun dikarenakan dengan dua alasan:
1. surat Al-Fatihah sebagai permulaan Al-Qur’an, memulai ayatnya
dengan kosa kata jenis Harfun, yakni lafadz Bi pada
Bismillahirrahmanirrahim.
2. Dalam riset yang dilakukan, untuk juz 1 saja ditemukan jumlah kata
jenis Harfun sebanyak 45 yang diulang-ulang hingga mencapai 1.241
55
kali. Padahal seluruh kata di juz 1 mencapai 3.603 kata. Sehingga jika
diprosentase maka untuk kosa kata Harfun berjumlah 34% dari seluruh
kata yang ada.4
b. Tujuan Pembelajaran Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Sasaran akhir suatu perbuatan adalah tujuan. Seorang siswa memasuki
suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. Ia ingin pintar,
cerdas, menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan cita-cita yang
diinginkannya. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan,
karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam
menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh
proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai
tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau
sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan. Dengan
mempunyai gambaran jelas tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah
diupayakan berbagai kegiatan ataupun perangkat untuk mencapainya.4
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan dan
mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini mulai kecakapan dalam
membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur’an yang nantinya
diharapkan nilai-nilai Al-Qur’an nantinya diharapkan nilai-nilai Al-
Qur’an akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh.
Sebagai suatu metode pembelajaran yang baik, tentulah Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane) ini mempunyai tujuan yang harus tercapai. Tujuan
tersebut ialah memberikan kemudahan bagi siswa untuk membaca al-
Qur’an dengan bukan sekedar membaca melainkan siswa mampu
mengartikan kata perkata dari bacaan yang dibacanya.23
4 Buku Panduan Moco Qur’an Sak Maknane, h.2 4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
Cet.1,h.36 23 Wawancara dengan Kepala Sekolah, Selasa 20 Agustus 2019
56
c. Metode Penerapan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane)
Sebelum metode ini diterapkan ke siswa, guru diharuskan mengikuti
training mengenai pelaksnanaan metode harfun tersebut. Cara
pembelajaran dan pelaksanaannya dengan mengikuti Training Of Trainer
(TOT) selama minimal 1 hari dan maksimal 6 kali pertemuan dengan 1
kali pertemuan memerlukan durasi 1,5 jam. 1,5 jam selama 6 kali
pertemuan ini dapat menyelesaikan 1 surat dari al-Baqarah sebanyak 2,5
juz.
Setelah diadakannya Training Of Trainer (TOT) maka peserta TOT
dapat menerapkan metode harfun tersebut kepada siswa. Adapun faktor
pendukung pengajaran al-Qur’an dengan metode harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane) ialah:
d. Adanya Training Of Trainer bagi guru
e. Antusias dari para siswa dalam mengkuti pembeajaran tersebut.
f. Adanya kemauan dari guru maupun siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode harfun.24
J. Interpretasi Hasil Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran terjemah Al-Qur’an melalui metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ini melibatkan beberapa komponen
pembelajarannya diantaranya tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, bahan
pembelajaran, metode, sumber pembelajaran dan evaluasi.
Pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang akan dipilih dan digunakan
oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami meteri pembelajaran, yang
pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan SDM, untuk
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak dengan baik dan benar
sekaligus dapat memahami makna dari setiap ayat yang dibacanya, untuk melatih
24 Wawancara dengan Guru Al-Qur’an, Selasa 20 Agustus 2019
57
kedisiplinan dan mencetak siswa Rabbani yang berbudi luhur dan berakhlakul
karimah.
Buku yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah buku
pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) cara cepat belajar terjemah
Al-Qur’an yang terdiri dari 2 jilid yang disusun secara praktis dan sistematis
sehingga memudahkan bagi setiap orang yang belajar dan mengajarkan terjemah
Al-Qur’an. Buku tersebut merupakan alat bantu dari sebuah proses berlatih untuk
bisa menterjemahkan Al-Qur’an. Sehingga keberadaan buku ini harus disertai
dengan guru yang terlatih dengan baik dan profesional.
Di MI Sa’adatuddarain, metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ini
merupakan pembelajaran lanjutan dari metode Iqra’, dalam hal meningkatkan
kemampuan membaca siswa, sekolah ini menggunakan metode Iqra’. Ketika siswa
menginjak kelas 6 dengan kemampuan membaca yang sudah cukup baik dan sesuai
dengan tuntunan, maka siswa mulai mendapatkan pelajaran metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane). karena salah satu syarat sebelum memulai pembelajaran
metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ialah sudah bisa membaca Al-Qur’an.
Meskipun metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) merupakan sebuah
metode pembelajaran untuk terjemah Al-Qur’an, namun tidak memberatkan siswa
yang ingin belajar terjemah Al-Qur’an harus mahir terlebih dahulu mengenai
pelajaran nahwu/shorof. Pembelajaran metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) ini cukup diawali dengan siswa belajar terjemah perkata sesuai dengan
terjemah yang ada di buku panduan, dan untuk selanjutnya perlahan siswa akan
dikenalkan dengan materi dasar nahwu/shorof menggunakan blok warna yang ada
dibuku panduan.
Dalam hal ini, penulis meneliti kelas VI untuk mengetahui bagaimana
penerapan metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) diterapkan. Pada kelas VI
terdapat 44 siswa, dengan rombongan belajar yang terbagi dalam 2 kelas, yakni
kelas VI A dan VI B. Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an kelas VI A
pada hari senin dan kamis yang dimulai pada pukul 10.30-11.30. Dan pada pukul
13.30 (ba’da ISHOMA) sampai pukul 14.30 WIB untuk kelas VI B.
58
Setiap siswa belajar terjemah Al-Qur’an diawali dengan cara membaca ayat
Al-Qur’an secara bersama-sama sampai batas ayat yang sudah disepakati bersama
di awal jam pembelajaran, kemudian mereka membaca potongan ayat dengan
maknanya, setelah itu barulah mereka membaca satu ayat kemudian dengan
maknanya juga secara sempurna.
Pembelajaran terjemah Al-Qur’an tersebut dilaksanakan secara klasikal dalam
satu kelas. Menurut Mulyasa, “model pembelajaran klasikal adalah pola
pembelajaran yang dilakukan waktu sama, seluruh anak didik melakukan suatu
kegiatan yang sama dalam satu kelas.”5
Adapun bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran tersebut ialah
bahasa Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an melalui metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain ada beberapa tahapan
yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Hal tersebut sebagai mana yang
diungkapkan oleh Ustadzah Laeli Solihati M selaku Guru Al-Qur’an, yang
mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran itu meliputi tiga tahap yaitu
pendahuluan, inti dan penutup.
Dalam tahap awal dalam pembelajaran yaitu kegiatan yang pertama dilakukan
oleh guru wali kelas adalah menyiapkan kelas dan kondisi siswa. Dimana siswa
dalam keadaan tenang dan siap untuk menerima pembelajaran dari guru. Setelah itu
guru mengucap salam dan untuk mewujudkan kekompakan dan keaktifan sebelum
pembelajaran, guru mengajak siswa bersama-sama membaca materi tambahan
seperti doa sehari-hari, asmaul husna dan hafalan surat-surat pendek.
Tahap kedua yaitu kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran yaitu, ketika selesai
melafalkan hafalan doa sehari-hari, asmaul husna dan hafalan surat-surat pendek,
Guru bersama para siswa menyiapkan buku pedoman yang akan digunakan untuk
pembelajaran Harfun. Tahap ketiga yaitu penutup. Kegiatan penutup yaitu, setelah
selesai memberikan materi penunjang guru menutup pembelajaran dengan doa
kedua orang tua, doa dunia akhirat dan kafaratul majelis. Kemudian guru
mengakhiri pembelajaran dengan salam dan bersalaman dengan para siswa.
5 Lina, “Pelaksanaan Model Pembelajaran Klasikal”, (Universitas Jambi, 2017), h.12.
59
Di kelas VI MI Sa’adatuddarain dalam pembelajaran guru sesuai dengan buku
pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane). Pada jilid 1 diawali dengan
pelajaran kosa kata dasar yang ada di dalam Al-Qur’an.
Tabel 4.4
Kosa kata dasar dalam Al-Qur’an
Terjemah Kosa kata
Dengan ب
Bagi/ untuk ل
Atas على
Dan و
Tidak ل
Di dalam ف ى
Apakah أ
Dari ن م
Atau أم
Ke/ kepada إ لى
Tidak لم
Sesungguhnya ا ن
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
Selain itu kosa kata yang ada di dalam Al-Qur’an hanya berupa pengulangan
kata yang mencapai angka 79%, jadi hanya 21% saja kosa kata baru yang tersebar
di dalam juz 30. Diantara kosa kata yang diulang tersebut ialah:
Tabel 4.5
Kosa kata yang diulang
Kosa kata Jumlah pengulangan
يـن 810 الذ
ـك 205 اولئـ
ــم ه 3.000
2.698 هللا
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
60
Buku pedoman metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) ini dibuat dengan
semenarik mungkin. Pemakaian warna dalam tulisan ayat Al-Qur’an dengan
menggunakan warna biru, hijau, orange, pink, dan hitam.
Di dalam Al-Qur’an pada umumnya, warna-warna tersebut digunakan sebagai
tanda hukum bacaan Al-Qur’an. Namun untuk buku pedoman metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) digunakan sebagai tanda untuk isim, fi’il dan huruf
agar memudahkan para pembaca untuk menterjemahkan dan memaknai ayat Al-
Qur’an yang dibacanya.
: Kalimat Harfun : kalimat pengulangan
: Kalimat Fi’lun : dhomir
: Kalimat Isim Baru
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
Gambar 4.3
Contoh penerapan warna dalam surat Al-Fatihah
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
61
Gambar 4.4
Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah
Gambar 4.3
Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
Gambar 4.5
Contoh penerapan warna dalam surat Al-Baqarah
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
64
Untuk mengetahui ketercapaian dari suatu tujuan pembelajaran perlu diadakan
evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu
hal, seperti objek, proses, unjuk kerja, kegiatan hasil, tujuan, atau hal lain
berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.33 Evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai.34
Evaluasi dalam pembelajaran menterjemahkan Al-Qur’an, ialah sebagai berikut:
1) Penilaian Proses
Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses
pembelajaran materi mengartikan Al-Qur’an adalah dengan teknik unjuk
kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai instrumentnya untuk
mengetahui seberapa lancar dan bagus kegiatan mengartikan siswa terhadap
Al-Qur’an.
2) Penilaian Hasil
Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang
tepat untuk materi ini adalah tes objektif dan subjektif dengan teknik
lisan/tulisan. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam
mengartikan Al-Qur’an dan sikap mereka setelah menguasai cara
mengartikan Al-Qur’an. Oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan yang
bisa membantu siswa untuk menguasai materi dengan lebih baik.
Adapun bentuk evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran melalui metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) ialah dengan cara siswa membaca Al-Qur’an
bersama, kemudian maju menghadap guru satu persatu sambil dilihat dari segi
bacaan Al-Qur’an, terjemah, serta pemahaman anak mengenai ayat yang dibacanya.
Dari hasil evaluasi yang didapatkan yakni beraneka ragam pemahaman anak
mengenai ayat Al-Qur’an yang mereka baca. Namun itu semua masih dalam
batasan atau konteks yang sesuai dengan panduan yang ada.
33 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), cet.ke-3, h.1 34 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), cet. Ke-3, h. 1
65
Sedangkan output dari pelaksanaan pembelajaran melalui metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) ialah siswa sudah bisa membaca Al-Qur’an
menggunakan Al-Qur’an biasa sekaligus dengan artinya. Karena di dalam buku
panduan Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) semakin jauh halaman yang dibaca,
semakin berkurang bantuan terjemah Al-Qur’annya.
Gambar 4.8
Penampilan jilid 1 halaman 20 yang semakin berkurang panduan
terjemahnya
(Sumber: Buku Pedoman Metode Harfun)
66
Tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua
tujuan dan semua keadaan. Untuk itu sudah pasti ada kelebihan dan kekurangan
dari metode Harfun, yakni:
1. Kelebihan
a. Menumbuhkan minat membaca Al-Qur’an dan lebih giat lagi dalam
memperdalami makna ayat Al-Qur’an yang dibacanya,
b. Memudahkan kita untuk mengetahui makna dari ayat Al-Qur’an yang kita
baca tanpa harus menghafal terjemah dari keseluruhan ayat, tetapi hanya
dengan perkata saja kita sudah mampu menterjemahkannya.
c. Metode ini tidak hanya digunakan dalam proses pembelajaran terjemah
Al-Qur’an saja, namun juga bisa digunakan dalam pembelajaran terjemah
doa-doa, asmaul husna, dan lain sebagainya.
2. Kekurangan
a. Kurang tepat diberikan kepada siswa yang belum bisa membaca Al-
Qur’an.
b. Belajar materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
c. Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang
sudah dibacanya saja.
67
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukannya penelitian tentang pembelajaran Al-Qur’an
melalui metode Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane) di MI
Sa’adatuddarain, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, bahwa:
1. Implementasi pembelajaran terjemah Al-Qur’an di MI
Sa’adatuddarain menggunakan metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane), untuk kelas VI dilaksanakan pada hari senin dan kamis yang
dimulai pada pukul 13.30 (ba’da sholat dzuhur sampai pukul 14.30
WIB.
Pada kelas VI terdapat 44 siswa, dengan rombongan belajar yang
dibagi kedalam 2 kelas VI A dan VI B. setiap siswa belajar terjemah
Al-Qur’an dengan cara membaca ayat Al-Qur’an secara bersama-sama
sampai batas ayat yang sudah disepakati bersama di awal jam
pembelajaran, kemudian mereka membaca potongan ayat dengan
maknanya, setelah itu barulah mereka membaca satu ayat kemudian
dengan maknanya juga secara sempurna.
2. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran terjemah Al-Qur’an
metode Harun (Moco Qur’an Sak Maknane) adalah klasikal dalam satu
kelas.
3. Diantara kekurangan dan kelebihan dari metode Harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane) ialah:
a. Kelebihan
1) Menumbuhkan minat membaca Al-Qur’an dan lebih giat lagi
dalam memperdalami makna ayat Al-Qur’an yang dibacanya,
2) Memudahkan kita untuk mengetahui makna dari ayat Al-Qur’an
yang kita baca tanpa harus menghafal terjemah dari keseluruhan
ayat, tetapi hanya dengan perkata saja kita sudah mampu
menterjemahkannya.
67
68
3) Metode ini tidak hanya digunakan dalam proses pembelajaran
terjemah Al-Qur’an saja, namun juga bisa digunakan dalam
pembelajaran terjemah doa-doa, asmaul husna, dan lain
sebagainya.
b. Kekurangan
1) Kurang tepat diberikan kepada siswa yang belum bisa membaca
Al-Qur’an.
2) Belajar materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
3) Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa
yang sudah dibacanya saja.
B. SARAN
Berdasarkan pengamatan setelah melakukan penelitian di MI
Sa’adatuddarain, peneliti memberikan beberapa saran diantaranya:
1. Bagi Guru
a. Agar meningkatkan upaya terjemah Al-Qur’an siswa
b. Diharapkan bisa lebih mengkondisikan siswa ketika pembelajaran
sedang berlangsung
2. Bagi Siswa
a. Diharapkan lebih dapat meningkatkan lagi kemampuan konsentrasi
dalam terjemah Al-Qur’an dan istiqomah dalam mengikuti
pembelajaran terjemah Al-Qur’an.
69
DAFTAR PUSTAKA
AF, Hasanuddin. Anatomi Al-Qur’an Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya
Terhadap Istinbath Hukum Dalam al-Qur’an. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. Cet. Ke-1.1995.
Ahmad, M .Abdul Qadir. metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: TP. 1984.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta:
Bulan Bintang. 1980.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Jakarta: Gema Insani. Cet. Ke-8. 2005.
Chirzin, Muhammad. “Dinamika Terjemah Al-Qur’an. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-
Qur’an dan Hadis. Vol.17. No.1 Januari 2016
DEPDIKBUD RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet.
Ke-5.2013.
Emzir. Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rajawali Pers.
2010.
Farihah, Anis. Efektifitas Metode Jal-Pin Al-Barqy Terhadap Keterampilan
Membaca Al-Qur’an Mahasiswa Fakultas Teknik. Jurnal Islamic Education.
doi:http://dx.doi.org/10.21070/halaqa.v1i1.819
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Cet.1. 2009.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet.ke-16.
2014.
Hamdayama, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.
Harun, Maidir. Dasrizal. Kemampuan Membaca dan menulis Huruf Al-Qur’an
Pada Siswa SMA. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan. Cet. Ke-1.2008.
69
70
Hujaemah, Een. Implementasi Metode Tilawati Dalam Pembelajaran Al-Qur’an di
Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Jakarta UIN Syarif Hidayatullah2017.
Kantor Berita RMOL JABAR. Ini Sebab Turunnya Minat Baca Al-Qur’an Pada
Anak-anak. www.rmoljabar.com. Minggu 21 April 2019
Khon, Abdul Majid. Praktikum Qira’at. Jakarta: AMZAH, 2013. Cet. Ke-2. 2013.
Lestari, Weni. Rendahnya Minat Baca Al-Qur’an. www.rakyatpos.com.
Lina. Pelaksanaan Model Pembelajaran Klasikal. (Universitas Jambi. 2017.
M. Arifin. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah Dengan di
Rumah Tangga. Jakarta: Bulan Bintang. 1976.
M. Yusuf, Kadar. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. cet.ke-1. 2009
Manna’ Khalil Al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Literea Antar
Nusa. 2015.
Muhaimin dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media Karya Anak
Bangsa. 1996.
Muhyiddin. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/10/11/pgfc9e366-50-persen-umat-islam-indonesia-belum-
bisa-baca-alquran. Jum’at. 20 September 2019.
Nawawi, M. Ali Hasan, Rif’at Syauki. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan
Bintang. 1998.
Noor, Juliansyah. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Noor, Juliansyah. Metode Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group. 2011.
Rabbani, Abu. Metode Tartila. Bandung: LTQ Jendela Hati. 2016. Cet.ke- xxii.
Ramayulis. Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia. Cet.ke-7.2013.
Sayuti, Wahdi. Zurinal Z. Ilmu Pendidikan. UIN Jakarta Press. 2006.
SlideShare.https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/
pembelajaran-mengartikan-alquran.
71
SlideShare.https://www.slideshare.net/ALBAAITSQOLBUMOTIVATORHATI/
pembelajaran-mengartikan-alquran.
Srijatun. Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqra
Pada Anak Usia Dini di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 11. Nomor 1. 2017.
Sudarsana, Undang. Pembinaan Minat Baca. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka. Cet. Ke-4. 2017
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2017.
Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
cet. Ke-3. 2009.
Suparta dan Herry Noer Aly. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Amisco-Jakarta. 2008.
Suryono, Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Cet. Ke-4.2013.
Tanfidiyah, Nur . Metode Yanbu’a dalam meningkatkan baca tulis Al-Qur’an pada
anak Usia Dini. Jurnal Islamic Education. Online ISSN (e-ISSN): 2548-
4516 Volume 2. August 2017.
Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
cet.ke-3.1996.
UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL . UU RI No.20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar
Grafika. 2013.
Winanengsih, Elis Tuti. Impelemntasi Metode Qiraati Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an di Sekolah Dasar Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta.
Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga. 2008.
Yamin, Anwar Nurul. Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Z. Zurinal dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan. UIN Jakarta Press. 2006.
72
Lampiran 1
BUKTI WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fathurrohman. M.Pd.I
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Tempat : Kantor Kepala Sekolah
Waktu : 09.00-10.25
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa tujuan didirikannya MI
Sa’adatuddarain?
Tujuan didirikannya MI
Sa’adatuddarain ialah:
1. Meningkatkan prilaku budi
pekerti luhur
2. Meningkatkan Imtak dan Iptek
3. Meningkatkan keterampilan
siswa dengan bakat serta minat
4. Meningkatkan kepribadian
seutuhnya
5. Mempersiapkan siswa untuk
melannjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi.
6. Meningkatkan Profesionalisme
personal
2. Kapan MI Sa’adatuddarain
didirikan?
Pada tahun 1976 MI
Sa’adatuddarain didirikan.
3. Siapa pendiri MI Sa’adatuddarain? Pendiri MI Sa’adatuddarain adalah
di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Islam Al-Makmur.
73
4. Apa visi dan misi MI
Sa’adatuddarain?
Misi dari MI Sa’adatuddarain
adalah: “Berakhlakul Karimah,
Berprestasi dan Terampil.”
Sedangkan visi nya adalah:
a) Menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama Islam
dan budaya bangsa, sehingga
terbangun siswa yang
berakhlakul karimah.
b) Menumbuhkan dan mendorong
semangat prestasi dalam
penerapan ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni baik
akademis maupun non
akademis.
c) Mendorong dan membantu
setiap siswa untuk mengenali
potensi dirinya, sehingga dapat
berkembang secara optimal.
5. Kurikulum apa yang digunakan di
MI Sa’adatuddarain?
Di MI Sa’adatuddarain sudah
menggunakan kurikulum 2013.
6. Bagaimana standar kinerja
profesional guru di MI
Sa’adatuddarain?
Standarnya sesuai dengan SOP
yayasan dan aturan sekolah yang
sudah dibuat. Serta para guru
mempunyai pendidikan yang linear
dalam hal mengajar. Dan dibekali
wawasan dalam perkembangan
pendidikan, diikut sertakan dalam
pelatihan dan seminar-seminar
74
tentang kajian kependidikan
administrasi sekolah maupun
persoalan anak didik.
Jakarta, 22 Agustus 2019
Narasumber
Fathurrohman. M.Pd.I
75
Lampiran II
BUKTI WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Laeli Solihati M
Jabatan : Guru Al-Qur’an
Hari/Tanggal : Jum’at, 23 Agustus 2019
Tempat : Ruang Guru
Waktu : 09.10-10.25
No Pertanyaan Jawaban
i. Apa yang dimaksud dengan
metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane)?
Metode Harfun adalah sebuah
metode yang mengajarkan
bagaimana siswa mampu membaca
al-Qur’an dengan lancar serta
mampu memahami makna perkata
dari setiap bacaan yang dibacanya.
Output yang dihasilkan metode ini
membuat orang bisa
menterjemahkan Al-Qur’an secara
perkata (bukan tafsir) pada saat
membaca Al-Qur’an dengan tanpa
melihat terjemahannya.
1. Apa tujuan dilaksanakannya
pembelajaran menterjemahkan Al-
Qur’an di MI Sa’adatuddarain?
Sebagai bentuk ciri khas sekolah MI
Sa’adatuddarain agar berbeda
dengan sekolah yang lainnya karena
metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) ini dikembangkan oleh
yayasan Lazuardi Madani
Alhasyimi, kemudia ikut diterapkan
juga oleh MI Sa’adatuddarain dan
juga untuk mempersiapkan anak
76
didik ketika mereka sudah tahfidz
Al-Qur’an, mereka juga sudah bisa
paham dengan maknanya.
2. Sejak kapan pembelajaran
membaca Al-Qur’an ini dimulai?
Sejak anak didik menginjak kelas
VI di semester I.
3. Apa alasan digunakannya buku
atau metode Harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane) dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an
di MI Sa’adatuddarain ?
Alasannya:
1. Untuk mempermudah dalam hal
pembelajaran terjemah Al-
Qur’an
2. Agar para siswa lebih aktif
dalam mempelajari Moco
Qur’an Sak Maknane
3. Sebagai pegangan guru dalam
pembelajaran terjemah Al-
Qur’an.
4. Kapan pelaksanaan pembelajaran
Al-Qur’an khususnya untuk kelas
VI di MI Sa’adatuddarain?
Untuk kelas VI A pada hari senin
dan kamis yang dimulai pada pukul
10.30-11.30. Dan pada pukul 13.30
(ba’da ISHOMA) sampai pukul
14.30 WIB untuk kelas VI B.
5. Bagaimana tanggapan orang tua
siswa dengan adanya metode
metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane) di MI Sa’adatuddarain ?
Alhamdulillah mereka menerima
dan mendukung adanya metode
Harfun (Moco Qur’an Sak Maknane
dengan sangat baik, meskipun anak-
anak mereka masih sangat belia
untuk mempelajari terjemah Al-
Qur’an. Dengan hal ini juga menjadi
nilai plus untuk sekolah kami.
6. Apa saja kelebihan dan
kekurangan yang ada dari metode
Kelebihan:
77
Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane)?
1. Membantu kita untuk
memperdalam lagi dalam hal
pemahaman dan kemampuan
para siswa akan lanjut ke Al-
Qur’an tanpa makna.
2. Memudahkan kita untuk
mengetahui makna dari ayat Al-
Qur’an yang kita baca tanpa
harus menghafal terjemah dari
keseluruhan ayat, tetapi hanya
dengan perkata saja kita sudah
mampu menterjemahkannya.
3. Metode ini tidak hanya
digunakan dalam proses
pembelajaran terjemah Al-
Qur’an saja, namun juga bisa
digunakan dalam pembelajaran
terjemah doa-doa, asmaul husna,
dan lain sebagainya.
Kekurangan:
1. Metode ini membutuhkan
konsentrasi yang banyak,
sehingga fokus siswa dituntut
lebih ketika pembelajaran
sedang berlangsung. Namun
pada kenyataannya, masih
banyak siswa yang kurang fokus
ketika sedang pembelajaran.
2. Membutuhkan pembimbing yang
sangat telaten. Untuk itu sebelum
menjadi pembimbing diharuskan
78
mengikuti Training Of Trainer
(TOT).
3. Rasa malas yang menghinggapi
para pelajar. Karena dalam
pembelajaran dengan metode ini
membutuhkan niat dan tekad
yang sungguh-sungguh agar
tujuan dalam pembelajaran
terjemah Al-Qur’an ini tercapai.
Jakarta, 22 Agustus 2019
Narasumber
Laeli Solihati M
79
Lampiran III
BUKTI WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Amelia
Jabatan : Wali Kelas VI
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Tempat : Ruang kelas VI
Waktu : 12.00-13.15
No Pertanyaan Jawaban
1. Menurut ibu sebagai wali kelas VI,
apa tujuan dilaksanakannya
pembelajaran menterjemahkan Al-
Qur’an di MI Sa’adatuddarain?
Sebagai bentuk pengembangan
dalam hal beragama. Yakni
mengajarkan anak agama sejak dini,
agar mereka sebagai generasi
Rabbani tidak salah dan keliru
dalam meneggakkan ajaran agama
Islam atas dasar Al-Qur’an maupun
Hadist.
2. Kapan waktu kegiatan pembelajaran
membaca Al-Qur’an khususnya
kelas VI di MI Sa’adatuddarain?
Di kelas VI setiap hari kamis jam
13.30-14.30 dan jum’at jam 10.00-
11.00
3. Bagaimana gambaran umum atau
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
membaca Al-Qur’an di MI
Sa’adatuddarain?
Langkah-langkahnya ialah:
B. Dimulai dengan membuka kitab
C. Kemudian bertawasul untuk
pengarang kitab
D. Mereview pelajaran sebelumnya
E. Belajar pelajaran selanjutnya
dengan menggunakan 3x cara
penggunaan (baca ayat, lepas
perkata, memahami ayat dengan
arti)
80
F. Guru memimpin membaca Al-
Qur’an sampai batas ayat yang
G. disepakati bersama diawal jam
pembelajaran. Kemudian siswa
membaca juga ayat tersebut
H. Guru mengenalkan bacaan
dengan arti perkata. Dan murid
mengikuti
I. Kemudian guru membaca secara
keseluruh ayat. Kemudian
diterjemahkan dengan
sempurna. Dan siswa mengikuti
J. Setelah itu, guru melakukan tes
kepada masing-masing siswa
untuk mengetahui potensi pada
siswa dalam pembelajaran ini
4. Apakah materi yang disampaikan
sesuai dengan materi yang ada
dalam buku pedoman metode
Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane)?
Ya, sudah sesuai dengan buku
pedoman metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane)
5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran
membaca Al-Qur’an di MI
Sa’adatuddarain?
Evaluasi kami lakukan setiap hari
jum’at secara klasikal. Yakni siswa
membaca Al-Qur’an bersama,
kemudian maju menghadap guru
satu persatu sambil dilihat dari segi
bacaan Al-Qur’an, terjemah, serta
pemahaman anak mengenai ayat
yang dibacanya
81
6. Apa saja yang menjadi kendala
dalam proses pembelajaran
membaca Al-Qur’an di MI
Sa’adatuddarain?
Kendalanya:
1. Fokus/ konsentrasi siswa yang
berbeda-beda
2. Kegigihan siswa untuk
mengikuti pelajaran terjemah
Al-Qur’an
3. Jam pelajaran terjemah Al-
Qur’an yang ada di siang hari
Jakarta, 22 Agustus 2019
Narasumber
Siti Amelia
82
Lampiran IV
BUKTI WAWANCARA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Salman Alfarisi
Jabatan : Siswa kelas VI
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019
Tempat : Ruang Kelas
Waktu : 10.00-10-25
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah adik mengetahui tujuan
diadakannya kegiatan
pembelajaran membaca Al-Qur’an
di MI Sa’adatuddarain?
Iya, supaya saya dan teman-teman
bisa membaca Al-Qur’an sambil
mengetahui makna ayat yang kami
baca, agar bisa kami jadikan
pelajaran dan kami terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Kapan pelaksanaan pembelajaran
membaca Al-Qur’an di kelas VI
MI Sa’adatuddarain?
Di kelas VI setiap hari kamis jam
13.30-14.30.
3. Bagaimana cara guru mengajar
metode Harfun (Moco Qur’an Sak
Maknane)?
Cara mengajarnya yaitu:
1. Masuk kelas jam 13.30-14.40
2. Menyiapkan buku pedoman
metode Harfun (Moco Qur’an
Sak Maknane)
3. Membaca doa bersama
4. Guru mengulang kembali
pelajaran sebelumnya
5. Guru memimpin membaca Al-
Qur’an sampai batas ayat yang
disepakati bersama diawal jam
pembelajaran. Kemudian siswa
83
6. membaca juga ayat tersebut
7. Guru mengenalkan bacaan
dengan arti perkata. Dan siswa
mengikuti
8. Kemudian guru membaca secara
keseluruh ayat. Kemudian
diterjemahkan dengan
sempurna. Dan siswa mengikuti
9. Setelah itu, guru melakukan tes
kepada masing-masing siswa
untuk mengetahui potensi pada
siswa dalam pembelajaran ini.
4. Apa saja materi yang diajarkan
dalam kegiatan pembelajaran
membaca Al-Qur’an di MI
Sa’adatuddarain?
Materi tentang kosakata bahasa
Arab agar kita secara perlahan
mudah untukmenterjemahkan Al-
Qur’an. Kemudian juga diselingin
dengan materi tahsin agar bacaan
kita semakin fasih.
5. Apakah dalam proses
pembelajaran membaca Al-Qur’an
tersebut mudah adik pahami?
Ya, mudah untuk saya pahami.
Karena dibantu dengan buku
pedoman pedoman metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) yang
asik untuk dipelajari.
6. Apakah adik-adik aktif dalam
mengikuti pembelajaran membaca
Al-Qur’an ini?
Ya, aktif bersama dengan teman-
teman lainnya.
7. Apakah pembelajaran membaca
Al-Qur’an menggunakan buku
pedoman metode Harfun (Moco
Qur’an Sak Maknane) dapat
Iya. Dapat memudahkan saya dan
teman-teman untuk membaca Al-
Qur’an sambil memahami makna
dari ayat yang kami baca.
84
mempermudah adik dalam belajar
membaca Al-Qur’an?
Jakarta, 29 Agustus 2019
Narasumber
Salman Alfarisi
85
Lampiran V
Format Penilaian Pembelejaran Terjemah Al-Qur’an dengan metode Harfun
(Moco Qur’an Sak Maknane) di MI Sa’adatuddarain
No Nama Makhorijul
Huruf/
Tajwid
Kelancaran
Membaca
Al-Qur’an
Mengartikan
perkata
Mengartikan
perayat
Keterangan:
60-70: Cukup
70-80: Baik
80-90: Sangat Baik
Jakarta, 2019
Mengetahui,
Guru Al-Qur’an Wali Kelas Kepala Sekolah
Laeli Solihati M Siti Amelia Fathurrahman, M.Pd.I