Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar
Gantiah Wuryandani Patrick A. Kapugu
Sylvia Sazumi Pri Hartini
Tresna Kholilah
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Valuta Asing
Transaksi Valuta Asing
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Telp: 021-3817321 Fax.: 021-3501912 email: [email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
i
DAFTAR ISI
Paragraf Halaman
Daftar Isi Hal. i – iv
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Hal. v Rekam Jejak Regulasi Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Hal. vi
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank
Hal. vii
Rekam Jejak Regulasi Transaksi USD Repo Bank Terhadap Bank Indonesia
Hal. viii
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan Terhadap Surat Berharga Rupiah Kepada Bank Indonesia
Hal. ix
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Hal. x
Rekam Jejak Regulasi Sistem Monitoring Valuta Asing Terhadap Rupiah
Hal. xi
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Swap Lindung Nilai Hal. xii
Rekam Jejak Regulasi Posisi Devisa Neto Hal. xiii
Dasar Hukum Hal. xiv
Regulasi Terkait Hal. xiv – xv
Regulasi Bank Indonesia Hal. xv
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Ketentuan Umum Pg.1 Hal. 1
Pengaturan Transaksi Pg.2 – 10 Hal. 1 – 11
Sanksi Pg.11 – 12 Hal. 11 – 12
Ketentuan Peralihan Pg.13 – 14 Hal. 12 – 14
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Ketentuan Umum Pg. 15 Hal.14 – 16
Pelarangan, Pembatasan, dan Pengecualian Transaksi Bagi Bank Pg. 16 Hal. 16
Pelarangan Transaksi Pg. 17 – 19 Hal. 16
Pembatasan Transaksi Pg. 20 – 22 Hal. 17 – 19
Pengecualian terhadap Pelarangan dan Pembatasan Transaksi Pg. 23 – 27 Hal. 19 – 38
Dokumen Pendukung Pg. 28 –29 Hal. 38 – 39
Sanksi Pg. 30 Hal. 39 – 40
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank
Ketentuan Umum Pg. 31 Hal. 40 – 41
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank Pg. 32– 38 Hal. 41 – 54
Sanksi Pg. 39 Hal. 54
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
ii
Transaksi USD Repurchase Agreement Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum Pg. 40 Hal. 54 – 55
USD Repo Pg. 41 – 57 Hal. 55 – 59
Sanksi Pg. 58 Hal. 59 – 60
Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
Ketentuan Umum Pg. 59 Hal. 60
Prinsip Dasar Pg. 60 Hal. 61
Pengajuan Kebutuhan CNY Bank kepada Bank Indonesia Pg. 61– 62 Hal. 61 – 62
Transaksi CNY/IDR Bank kepada Bank Indonesia Pg. 63 – 70 Hal. 63 – 67
Penyelesaian Transaksi CNY/ IDR Repo Bank kepada Bank Indonesia Pg. 71 – 72 Hal. 67 – 69
Early Termination Pg. 73 Hal. 69 – 70
Penandaan Window Time Pg. 74 Hal. 70
Sanksi Pg. 75 – 76 Hal. 70 – 71
Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Ketentuan Umum Pg. 77 – 78 Hal. 71 – 72
Persyaratan Instrumen Pg. 79 – 84 Hal. 72 – 73
Persyaratan Transaksi Pg. 85 – 90 Hal. 73 – 75
Tata Cara Pelaksanaan Pembelian WEB Pg. 91 –100 Hal. 75 – 78
Pembatalan Transaksi Pg. 101 Hal. 78 – 79
Sanksi Pg. 102 Hal. 79
Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
Ketentuan Umum Pg. 103 Hal. 79
Mekanisme Transaksi Valuta Asing Pg. 104 –105 Hal. 80
Sanksi Pg. 106 -108 Hal. 80 – 81
Transaksi Swap Lindung Nilai
Ketentuan Umum Pg. 109 Hal. 81 – 82
Transaksi Swap Lindung Nilai Pg. 110 – 117 Hal. 82 – 83
Pelaksanaan Transaksi Pg. 118 – 119 Hal. 83 – 84
Dokumen Transaksi Pg. 120 Hal. 84
Penyelesaian Transaksi Pg. 121 Hal. 84 – 85
Sanksi Pg. 122 Hal. 85 – 86
Posisi Devisa Neto
Ketentuan Umum Pg. 123 – 124 Hal. 86
Perhitungan Posisi Devisa Neto Pg. 125 – 129 Hal. 86 – 90
Pengecualian Posisi Sturktural Pg. 130 Hal. 90 – 91
Pelaporan Pg. 131 – 133 Hal. 91 – 92
Jangka Waktu Penyelesaian Pelanggaran Pg. 134 – 135 Hal. 92 – 93
Sanksi Pg. 136 – 138 Hal. 93 – 94
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
iii
Lampiran
Hal. 95 – 182
Lampiran 1 : Format Laporan Mingguan Transaksi Forward Beli Bank dengan Pihak Asing
Hal. 95
Lampiran 2 : Format Laporan Mingguan Transaksi Swap Beli Bank dengan Pihak Asing
Hal. 96
Lampiran 3 : Format Laporan Mingguan Transaksi Option Beli Bank dengan Pihak Asing
Hal. 97
Lampiran 4 : Format Laporan Mingguan Rekapitulasi Transaksi Derivatif Bank dengan Pihak Asing per Jenis Transaksi dan Tujuan Transaksi
Hal. 98
Lampiran 5 : Contoh Surat Permohonan Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank oleh PVA Bank dan PVA Bukan Bank
Hal. 99 – 100
Lampiran 6 : Contoh Perhitungan Net Jual Berdasarkan Data Transaksi Harian Jual Beli UKA antara PVA “XYZ” dengan Nasabah PVA
Hal. 101
Lampiran 7 : List of Pilot Enterprises Participating in RMB Cross-border Trade Settlement
Hal. 102 – 111
Lampiran 8 : Surat Permohonan Pledge Hal. 112
Lampiran 9 : Surat Kuasa dan Khusus Hal. 113 – 114
Lampiran 10 : Hal. 115 – 119
Contoh Perhitungan Transaksi CNY/IDR Repo Hal. 115
Perhitungan Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan Hal. 116
Perhitungan Nilai Pembelian Kembali (second leg) Hal. 116
Contoh Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo Jika Bank Tidak Menyerahkan Dana CNY pada Second Leg
Hal. 116 – 119
Contoh Perhitungan Jumlah Hari dalam Pengenaan Sanksi Kewajiban Membayar
Hal. 119
Lampiran 11 : Surat Pernyataan terkait Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
Hal. 120
Lampiran 12 : Pedoman Umum dan Perhitungan Risiko Pasar terhadap Transaksi Option
Hal. 121 – 181
Pendahuluan
Hal. 121
Penggunaan Metode Standar Dalam Perhitungan KPMM Dengan Memperhitungkan RIsiko Pasar
Hal. 121 – 157
Perhitungan Aspek RIsiko Pasar Dengan Metode Standar
Hal. 157 – 179
1. Umum
Hal. 157 – 159
2. Perhitungan RIsiko Suku Bunga
Hal. 159 – 174
a. Ketentuan Umum
Hal. 159 – 160
b. Perhitungan Risiko Spesifik
Hal. 160 – 163
c. Perhitungan Risiko Umum
Hal. 163 – 170
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum
Hal. 170 – 171
e. Perlakuan terhadap Transaksi Repo
Hal. 171 – 172
f. Perlakuan terhadap transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan perdagangan
Hal. 172
g. Perlakuan terhadap Transaksi Reksadana
Hal. 172 – 174
3. Perhitungan Risiko NIlai Tukar
Hal. 174 – 175
4. Pedoman Umum dan Perhitungan Modal terhadap Transaksi Option
Hal. 175 – 179
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
iv
a. Ketentuan Umum
Hal. 175 – 176
b. Metode Sederhana
Hal. 176
c. Pendekatan Intermediate
Hal. 177 – 178
d. Option valuta asing
Hal. 178 – 179
Peralihan
Hal. 179 – 180
Pengenaan Sanksi
Hal. 180
Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
Hal. 180– 181
Lampiran 13 : Format Laporan Pelanggaran
Hal. 182
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
v
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Keterangan :
11/14/PBI/2009Perubahan atas10/37/PBI/2008
10/37/PBI/2008Transaksi Valuta Asing terhadap
Rupiah
SE 11/12/DPD 2009Perubahan atas
SE 10/48/DPD 2008
SE 10/48/DPD 2008
Penjelasan Pasal 12Ketentuan Pasal 13 dan 14
Ketentuan angka 13:Huruf b dihapus,Huruf h dihapus,Huruf I dihapus,Huruf c diubahHuruf e diubahHuruf f diubahHuruf g diubah
- 14/18/PBI/2012 Kewajiban penyediaan Modal Minimum Bank Umum- 13/8/PBI/2011 Laporan Harian Bank Umum- 11/26/PBI/2009 Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum- 7/31/PBI/2005 Transaksi Derivatif- 9/13/PBI/2007 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
DiubahTerkait
PBI Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
SE 15/19/DPM 2013Perubahan Kedua atas
SE 10/48/DPD 2008
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
vi
Rekam Jejak Regulasi Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Ketentuan angka 5 huruf bKetentuan angka 8 huruf d
7/14/PBI/2005Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta
Asing Oleh Bank
3/3/PBI/2001Pembatasan Transaksi Rupiah dan
Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
SE 7/23/DPD 2005
SE 3/5/DPD 2001
12/10/PBI/2010 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi
Devisa Neto Bank Umum
SE 7/44/DPD 2005Perubahan atas
SE 7/23/DPD 2005
SE 06/28/UPK 1973Pemberian Kredit kpd
Perorangan/Perusahaan yg tidak Berdomisili di Indonesia
(berlaku untuk BU Pemerintah)
SE 06/29/UPK 1973Pemberian Kredit kpd Perorangan/Perusahaan yg tidak Berdomisili di Indonesia (berlaku untuk BU
Swasta Nasional, Bank Pembangunan Swasta, Bank Pembangunan Daerah, Bank Tabungan Swasta)
SE 06/30/UPK 1973Pemberian Kredit kpd Perorangan/
Perusahaan yg tidak Berdomisili di Indonesia(berlaku untuk Bank Asing di Jakarta)
SE 11/03/UPK 1978Pemberian Kredit kepada Perusahaan
Asing dalam Bid. Perdagangan
SE 08/28/UPK 1975Pemberian Kredit kpd Perorangan ataupun para Pengusaha yg tidak
Berdomisili di Indonesia
SE 28/182/UPG 1996Penjelasan ttg Penggunaan Fasilitas
Transaksi PUAB sehubungan dg Perubahan Jadwal Kliring
14/10/PBI/2012Perubahan atas
7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing Oleh Bank
SE 14/22/DPM 2012Perubahan Kedua atas
SE 7/23/DPD 2005Ketentuan angka 6Ketentuan angka 7Ketentuan angka 8Ketentuan angka 9Ketentuan angka 10Ketentuan angka 12
Pasal 12 diubah, Pasal 13 dihapus, Pasal 14
diubah, Pasal 17 diubah
Diubah
Dicabut
PBI Masih Berlaku
PBI Tidak Berlaku
Keterangan :
SE Masih Berlaku
SE Tidak Berlaku
Terkait
Regulasi Terkait
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
vii
Rekam Jejak Regulasi Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank
10/28/PBI/2008Pembelian Valuta Asing Terhadap
Rupiah Kepada Bank
SE 14/11/DPM 2012Perubahan atas
SE 10/42/DPD 2008
SE 10/42/DPD 2008
11/26/PBI/2009 Prinsip Kehati-hatian Dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum
menyisipkan angka 2a di antara angka 2 dan 3butir 4.a.7) dihapusangka 6, 7, 8 dan 12
Diubah
PBI Masih Berlaku
Keterangan :
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
Terkait
SE 15/3/DPM 2013Perubahan kedua atas
SE 10/42/DPD 2008angka 4 angka 7
SE 15/33/DPM 2013Perubahan ketiga atas
SE 10/42/DPD 2008 angka 4.a 7),
butir 7.c.2)a), 7.c.2)d), 7.c.2)g)angka 9.b
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
viii
Rekam Jejak Regulasi Transaksi USD Repo Bank kepada Bank Indonesia
11/4/PBI/2009 Transaksi USD Repurchase
Agreement Bank kepada Bank Indonesia
12/10/PBI/2010 perubahan ketiga atas Peraturan Perbankan
Indonesia Nomor5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
Terkait
PBI Masih Berlaku
Keterangan :
Regulasi Terkait
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
ix
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
12/6/PBI/2010Transaksi Repurchase Agreement Chinese
Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
SE 12/22/DPS 2010Perubahan atas SE 12/12/DPS 2010
SE 12/12/DPS 2010
Ketentuan Romawi I angka 1 dan Romawi II angka 3
13/11/PBI/2011 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Diubah
Terkait
PBI Masih Berlaku
Keterangan :
SE Masih Berlaku
Regulasi Terkait
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
x
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka Rupiah kepada Bank Indonesia
12/15/PBI/2010 Perubahan 10/34/PBI/2008 tentang
Transaksi Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
10/34/PBI/2008Transaksi Wesel Ekspor Berjangka oleh
Bank Indonesia
- 9/17/PBI/2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank - 8/13/PBI/2006 Batas Maksimum Pemberian Kredit Umum
3/6/PBI/2001Pencabutan 30/138/KEP/DIR 1997, 30/
193/KEP/DIR 1998, 30/194/KEP/DIR 1998, dan 31/187/KEP/DIR 1999
30/193/KEP/DIR 1998Jual Beli Devisa Hasil Ekspor untuk Eksportir dan Eksportir Tertentu
31/187/KEP/DIR 1999Penjaminan Dan Atau Pembiayaan
Letter Of Credit Melalui Penempatan Dana Bank Indonesia pada Bank Asing
30/138/KEP/DIR 1997Jual beli tagihan atas dasar surat
berdokumen dalam Negeri kepada Bank Indonesia
30/194/KEP/DIR 1998Jual Beli Devisa Hasil Ekspor Yang Akan
Datang untuk Eksportir Tertentu
Pasal 19
Keterangan :
Diubah
Dicabut
PBI/ KEP DIR Masih Berlaku
PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku
Terkait
Regulasi Terkait
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
xi
Rekam Jejak Regulasi Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
12/16/PBI/2010 Sistem Monitoring Transaksi
Valuta Asing terhadap Rupiah
Keterangan :
PBI Masih Berlaku
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
xii
Rekam Jejak Regulasi Transaksi Swap Lindung Nilai
7/36/PBI/2005Transaksi Swap Lindung
Nilai
28/38/KEP/DIR 1995Transaksi Swap Bank
Indonesia dengan Bank
24/51/KEP/DIR 1991Swap Likuiditas dan Swap
Investasi
23/85/KEP/DIR 1991Swap dan Swap Ulang
21/49/KEP/DIR 1988Swap dan Swap Ulang
- 13/1/PBI/2011 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum- 9/17/PBI/2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah- 9/1/PBI/2007 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
Keterangan :
Dicabut
PBI/KEP DIR Masih Berlaku
PBI/KEP DIR Tidak Berlaku
Terkait
Regulasi Terkait
19/45/KEP/DIR 1986Ketentuan-Ketentuan
Tentang Swap dan Swap Ulang
SE 19/7/UD 1986
SE 19/55/ULN 1987Laporan Transaksi Swap dan Swap Ulang
SE 5/38/ULN 1972Laporan Penjualan dan Pembelian Devisa
Umum
SE 3/144/ULN/EXIM 1971Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Transaksi
Swap dan Transaksi Penjualan Forward
SE 15/15/UD 1983Ketentuan-ketentuan Mengenai Transaksi Swap
SE 11/215/UD 1979Penutupan Transaksi Swap
SE 21/5/UD 1988Kompensasi Bunga karena Keterlambatan
Penyerahan Valuta Asing SwapPembayaran Kompensasi
Bunga
SE 21/8/UD 1988Perubahan Bentuk Kontrak Transaksi Swap
Bentuk Kontrak
SE 21/16/UD 1988
SE 23/25/UD 1991
SE 22/3/UD 1989Swap Bank Devisa dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank serta Swap Pinjaman Subordinasi
SE 24/12/UD 1991
SE 28/5/UD 1995
Diubah
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
xiii
Rekam Jejak Regulasi Posisi Devisa Neto
12/10/PBI/2010Per. III 5/13/PBI/2003
7/37/PBI/2005Per.II 5/13/PBI/2003
6/20/PBI/2004Per. 5/13/PBI/2003
5/13/PBI/2003Posisi Devisa Neto
31/178/KEP/DIR/1998
Posisi Devisa Neto
24/50/KEP/DIR/1991Posisi Devisa Neto
Ps 1 angka 3 & 4; Ps 1A; Ps 2; Ps 3; Ps. 3A; Ps 7; Ps 7A; Ps 8
Ps 1 angka 1 dan 2; Ps 2; Ps 3; Ps 3A; Ps 7; Ps 7A; Ps 8; Ps 9A; Ps 10
SE 14/21/DPNP 2012Perubahan atas SE 9/33/DPNP 2007
SE 8/27/DPNP 2006Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka
Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan
Pengendalian terhadap Perusahaan Anak
SE 5/23/DPNP 2003Pedoman Perhitungan Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum Dengan Memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk) dan Pedoman Perhitungan Posisi Devisa Neto
Bank Umum
SE 9/33/DPbS 2007Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam
perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
- 14/9/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat- 14/6/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah- 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum- 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah
Diubah
Dicabut
Terkait
PBI Masih Berlaku
PBI/KEP DIR Tidak Berlaku
SE Tidak Berlaku
Keterangan :
Ps 1, Ps 2 (1) huruf b, Ps 2 (3); Ps 3; Ps 7A; Ps 10, Ps 10A, Ps 10B
Regulasi Terkait
Lampiran 1 Bab II butir 2.a.3) diubahLampiran 1 Bab II butir 2.b.4) diubahLampiran 1 Bab II butir 2.e.2) diubahLampiran 1 Bab II butir 2.f.1) diubahLampiran 1 Bab III dihapusFormulir 1.a dalam Lampiran 2 diubahDiantara Bab IV dan Bab V disisipkan 2 (dua) Bab yakni Bab IVA dan Bab IVB
Perhitungan KPMM secara konsolidasi dengan memperhitungkan risiko pasar
23/75/KEP/DIR/1990Penentuan Ketentuan Posisi
Devisa Neto Bank Devisa dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
xiv
Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
- Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia - Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 Regulasi Terkait : - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/9/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) Bank Perkreditan Rakyat - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/6/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 13/11/PBI/2011 tentang Tingkat Kesehatan Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/8/PBI/2011 tentang Laporan Harian Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper
Test) - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 11/26/PBI/2009 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan
Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar - Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/3/PBI/2005 Tentang Terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/37/PBI/2005 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang Transaksi Derivatif - Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/21/DPNP 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/33/DPNP 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/3/DPM 2011 perihal Laporan harian Bank Umum
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
xv
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/33/DPNP 2007 perihal Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/27/DPNP 2006 perihal Prinsip Kehati-hatian dan Laporan dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/45/DPD 2005 perihal Transaksi Derivatif - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank
Umum Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/10/PBI/2012 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit dalam Valuta Asing oleh Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/16/PBI/2010 tentang Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/15/PBI/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 10/34/PBI/2008 Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/6/PBI/2010 tentang Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan
terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 11/14/PBI/2009 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/39/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/4/PBI/2009 tentang Transaksi Repurchase Agreement Bank kepada
Bank Indonesia - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/34/PBI/2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka
oleh Bank Indonesia - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah Kepada
Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/36/PBI/2005 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai - Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 7/14/PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan
Pemberian Kredit dalam Valuta Asing oleh Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/33/DPM 2013 Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/42/DPD 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/19/DPM 2013 Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/22/DPM 2012 Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/11/DPM 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
10/42/DPD 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/22/DPD 2010 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
12/12/DPD 2010 perihal Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/12/DPD 2010 perihal Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/12/DPD 2009 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/48/DPD 2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/42/DPM 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah
kepada Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/44/DPD 2005 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD 2005 perihal Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian
Kredit Valuta Asing oleh Bank
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
1
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Moneter Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah BAB I Ketentuan Umum
1 Pasal 1 10/37/PBI/2008
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah adalah transaksi jual beli valuta asing terhadap rupiah dalam bentuk : a. transaksi spot, termasuk transaksi yang dilakukan dengan valuta today
dan/atau valuta tomorrow; b. transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang standar (plain
vanilla) dalam bentuk forward, swap, option, dan transaksi lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu;
3. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank. 4. Kegiatan Ekspor/Impor adalah:
a. mengirimkan barang dan/atau jasa ke luar wilayah Indonesia (ekspor); b. memasukan barang dan/atau jasa ke dalam wilayah Indonesia (impor);
dan/atau c. kegiatan perdagangan dalam negeri terkait dengan huruf a dan huruf b
tersebut di atas. 5. Cerukan adalah saldo negatif pada rekening giro Nasabah yang tidak dapat
dibayar lunas pada akhir hari.
BAB II Pengaturan Transaksi 2 Pasal 2
10/37/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/48/DPD 2008 No. 1a – 1d
(1) Bank dapat melakukan Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing lainnya untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah atas dasar suatu kontrak. Yang dimaksud dengan kontrak adalah konfirmasi tertulis yang menunjukan terjadinya transaksi yang antara lain berupa dealing conversation, SWIFT/Telex/tested fax confirmation, atau konfirmasi tertulis lainnya. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing lainnya untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah atas dasar suatu kontrak diatur sebagai berikut : a. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta
asing lainnya untuk kepentingan sendiri adalah apabila Bank berperan sebagai counterparty dalam bertransaksi dengan Nasabah, dimana kedudukan Bank dan Nasabah setara. Contoh : Bank A melakukan transaksi spot USD/IDR sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) dengan Nasabah X. Dalam hal ini, posisi Bank A sebagai counterparty dari Nasabah X.
b. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing lainnya untuk kepentingan Nasabah adalah apabila Bank
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
2
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/19/DPD 2013 No. 1.e – g
bertransaksi atas nama Nasabah, dimana Bank bertindak sebagai pihak yang mewakili kepentingan Nasabah.
Contoh : Nasabah A meminta kepada Bank B untuk mewakili Nasabah A tersebut untuk melakukan transaksi dengan Bank X, Ltd di luar negeri. Dalam hal ini, transaksi yang terjadi adalah antara Nasabah A dengan Bank X, Ltd, dimana posisi Bank B hanya merupakan perantara.
c. Kontrak yang terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dan/atau terhadap valuta asing lainnya yang dilakukan Bank untuk kepentingan sendiri paling kurang berisi : 1) nomor kontrak; 2) tanggal transaksi dan tanggal valuta; 3) nilai nominal transaksi; 4) nama counterparty; 5) mata uang (denominasi); dan 6) rekening Bank koresponden.
d. Kontrak yang terkait dengan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
dan/atau terhadap valuta asing lainnya yang dilakukan Bank untuk kepentingan Nasabah paling kurang berisi :
1) nomor kontrak; 2) hak dan kewajiban dari kedua belah pihak (Bank dan nasabah) dalam
hal Bank diberi kewenangan untuk mewakili Nasabah; 3) tanggal transaksi dan tanggal valuta; 4) nilai nominal transaksi; 5) pagu Transaksi Valuta Asing Terhadap rupiah; 6) jenis valuta asing yang diperjualbelikan; 7) jenis transaksi yang digunakan; 8) besarnya komisi, dan rekening Bank koresponden 9) rekening Bank Koresponden
e. Dalam hal kontrak yang dilakukan Bank atas Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah mencantumkan penggunaan acuan kurs dalam penyelesaian transaksi pada saat jatuh tempo, Bank harus mengacu pada kurs referensi yang diterbitkan Bank Indonesia.
f. Kurs referensi yang diterbitkan Bank Indonesia yang selanjutnya disebut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) merupakan representasi harga spot US Dollar terhadap Rupiah dari transaksi antar Bank di pasar domestik termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri, yang dilaporkan Bank melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR).
g. JISDOR yang diterbitkan Bank Indonesia diatur sebagai berikut: 1) Bank Indonesia menerbitkan JISDOR setiap hari kerja pada pukul
10.00 WIB melalui website Bank Indonesia dan/atau media lainnya. 2) Penggunaan JISDOR berlaku untuk transaksi US Dollar terhadap
Rupiah.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
3
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 2 10/37/PBI/2008 Ayat (2) SE 10/48/DPD 2008 No. 2
(2) Dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Bank wajib memiliki pedoman internal secara tertulis.
Pedoman internal dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah sedikitnya meliputi : a. penetapan wewenang dan tanggungjawab untuk pelaksanaan
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah; b. mekanisme penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
sesuai dengan PBI; c. penatausahaan dokumen terkait dengan Transaksi Valuta Asing
Terhadap Rupiah; d. kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait pelaksanaan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah; dan
e. hal-hal lain yang harus dicantumkan dalam pedoman internal yang terkait dengan pengaturan kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini.
3 Pasal 3 10/37/PBI/2008 SE 10/48/DPD 2008 No. 3
Dalam melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan Nasabah bukan Bank, Bank wajib menggunakan kuotasi harga (kurs) valuta asing terhadap rupiah yang ditetapkan oleh Bank. Yang dimaksud dengan ”kuotasi harga (kurs) valuta asing terhadap rupiah” adalah harga (kurs) beli dan/atau harga (kurs) jual valuta asing terhadap rupiah yang ditetapkan oleh Bank dan menjadi dasar kesepakatan untuk melakukan transaksi. Pengertian Nasabah bukan Bank tidak termasuk Bank Indonesia. Contoh kewajiban penggunaan kuotasi harga valuta asing terhadap rupiah yang ditetapkan oleh Bank sebagai berikut : Bank A melakukan transaksi spot USD/IDR dengan Nasabah B yang bukan Bank. Dalam hal ini, Bank A wajib menggunakan kuotasi harga USD/IDR yang ditetapkan oleh Bank A, dan bukan berasal dari Nasabah B.
4
Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/48/DPD 2008 No. 4
(1) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah wajib diselesaikan dengan pemindahan dana pokok secara penuh. Yang dimaksud dengan ”pemindahan dana pokok secara penuh” untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah adalah penyerahan dana secara riil untuk masing-masing transaksi jual dan/atau transaksi beli valuta asing terhadap Rupiah sebesar nilai penuh nominal transaksi atau ekuivalennya. Kewajiban penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan pemindahan dana pokok secara penuh diatur sebagai berikut : a. pemindahan dana pokok secara penuh dilakukan secara riil atas nilai
pokok masing-masing transaksi jual dan/atau transaksi beli yang disepakati pada awal transaksi tersebut.
b. pemindahan dana pokok tersebut wajib didukung oleh tersedianya sejumlah dana riil yang cukup untuk membiayai transaksi dimaksud (good fund), dan bukan didasarkan pada aspek pencatatan dalam
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
4
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pembukuan (akuntansi). c. dana pokok tersebut wajib digunakan untuk proses setelmen Transaksi
Valuta Asing Terhadap Rupiah pada tanggal valuta, dan tercatat pada sistem treasury Bank, yang dapat dibuktikan dari urutan waktu setelmen.
d. pemindahan dana riil yang dilakukan sebagian (partial delivery) tidak diperkenankan.
Contoh 1 : Nasabah A melakukan transaksi pembelian spot USD terhadap Rupiah dengan Bank B sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) pada kurs spot USD/IDR Rp11.000,00. Pada tanggal jatuh tempo, Nasabah A wajib melakukan penyerahan dana IDR melalui pergerakan dana pokok secara penuh sebesar Rp11.000.000.000,00 (sebelas milyar rupiah) secara riil pada saat proses setelmen transaksi tersebut dilakukan, dan tercatat pada sistem treasury bank yang dapat dibuktikan berdasarkan urutan waktu setelmen. Disamping itu, Bank B wajib melakukan penyerahan dana USD melalui pergerakan dana pokok secara penuh sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) secara riil pada saat proses setelmen transaksi tersebut dilakukan, dan tercatat pada sistem treasury bank, yang dapat dibuktikan berdasarkan urutan waktu setelmen. Contoh 2 : PT X melakukan pembelian option (put) 1 bulan USD terhadap Rupiah dengan Bank Y sebesar USD125.000 (seratus dua puluh lima ribu US Dollar) pada kurs (strike price) USD/IDR Rp9.500,00. Dengan asumsi kurs USD di pasar pada tanggal valuta mencapai level USD/IDR Rp9.300,00 sehingga kontrak option tersebut dieksekusi (exercised). Untuk itu, pada tanggal valuta tersebut PT X wajib melakukan penyerahan dana USD melalui pergerakan dana pokok secara penuh sebesar USD125.000 (seratus dua puluh lima ribu US Dollar) secara riil pada saat proses setelmen transaksi option tersebut dilakukan, dan tercatat pada sistem treasury bank yang dapat dibuktikan berdasarkan urutan waktu setelmen. Disisi lain, Bank Y wajib melakukan penyerahan dana IDR melalui pergerakan dana pokok secara penuh sebesar Rp1.187.500.000,00 (satu milyar seratus delapan puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) secara riil. Contoh 3 : Pada tanggal 19 Desember 2008, Nasabah V melakukan transaksi forward jual USD/IDR 1 bulan dengan Bank W sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar) dengan tanggal valuta 19 Januari 2009 pada kurs Rp11.000,00. Pada tanggal 12 Januari 2009, Nasabah V melakukan transaksi forward beli USD/IDR sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar) dengan tanggal valuta 19 Januari 2009 pada kurs USD/IDR Rp11.500,00 Pada tanggal valuta 19 Januari 2009, Bank W menyelesaikan masing-masing transaksi, yaitu : 1) Untuk transaksi forward jual tanggal 19 Desember 2008, Nasabah V
wajib menyerahkan dana valuta asing kepada Bank W sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar) secara riil, dan
2) Untuk transaksi forward beli tanggal 12 Januari 2009, Nasabah V wajib menyerahkan dana rupiah kepada Bank W sebesar Rp5.750.000.000,00
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
5
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) a SE 10/48/DPD 2008 No. 5a Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) b.1 SE 10/48/DPD 2008 No. 5b
(lima milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah) secara riil. Kedua transaksi diatas tidak diperkenankan untuk diselesaikan secara netting.
(2) Kewajiban penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan pemindahan dana pokok secara penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan untuk : a. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan oleh Bank
dan/atau Nasabah yang mengalami kejadian luar biasa (force majeure), berdasarkan penilaian Bank dan didukung dengan bukti dokumen yang memadai; Yang dimaksud dengan ”kejadian luar biasa (force majeure)” adalah suatu keadaan yang menyebabkan Bank dan/atau Nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak, yaitu: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, tanah longsor, kebakaran, kerusuhan masal, perang, aksi terorisme, pemogokan buruh, keterlambatan pengapalan/pengiriman barang, dan/atau kegagalan sistem yang digunakan dalam bertransaksi. Yang dimaksud dengan ”penilaian Bank” antara lain mencakup kewajaran atas akibat yang ditimbulkan dari force majeure yang dialami terhadap Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah. Bukti dokumen yang memadai antara lain berupa dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah, media massa atau media komunikasi lainnya. Dokumen Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan oleh Bank dan/atau Nasabah yang mengalami kejadian luar biasa (force majeure) paling kurang meliputi : 1) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang masih
outstanding; dan 2) dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, yang
menerangkan bahwa kejadian luar biasa tersebut dialami oleh Bank dan/atau Nasabah yang bertransaksi.
Dokumen tersebut juga berlaku apabila Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah diperpanjang.
b. Perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai atas:
1. Kegiatan Ekspor/Impor yang mengalami force majeure, apabila
jangka waktu Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah tersebut paling singkat 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi; Dokumen perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai (hedging) atas Kegiatan Ekspor/Impor yang mengalami force majeure paling kurang meliputi :
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
6
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 10/48/DPD 2008 No. 6 – 8
a) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang diperpanjang; dan
b) fotokopi letter of credit (L/C), invoice, Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Pemberitahuan Impor Barang (PIB), salinan dokumen bill of lading (B/L), atau dokumen sejenis.
Pengecualian kewajiban pemindahan dana pokok secara penuh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) termasuk untuk penyelesaian lebih awal transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor yang disebabkan karena penerimaan hasil ekspor yang datang lebih awal. Jangka waktu penyelesaian lebih awal paling lama 2 (dua) hari kerja sebelum transaksi lindung nilai jatuh waktu. Penyelesaian transaksi tersebut wajib didukung dengan dokumen transaksi lindung nilai dan bukti adanya hasil ekspor yang datangnya lebih awal.
Contoh : Pada tanggal 22 Desember 2008 PT A melakukan transaksi forward Jual USD/IDR 1 bulan dengan dengan tanggal valuta 22 Januari 2009 sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) dengan underlying. Kegiatan Ekspor/Impor yang hasilnya akan diterima pada tanggal 22 Januari 2009. Karena sesuatu hal, hasil ekspor diterima oleh PT A pada tanggal 20 Januari 2009, sehingga PT A mempercepat penyelesaian transaksi forward jual diatas dengan melakukan transaksi swap USD/IDR dengan nilai nominal paling banyak sebesar USD1.000.000 (satu juta US Dollar) dan jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sebelum transaksi lindung nilai jatuh waktu (swap tod/spot atau swap tom/next), dan transaksi forward jual awal tersebut dapat diselesaikan tanpa pergerakan dana pokok secara penuh.
Nilai nominal perpanjangan (rollover) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b paling banyak sebesar nilai nominal underlying dari transaksi dimaksud.
Frekuensi dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b sesuai dengan jangka waktu underlying yang tercantum dalam bukti dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Contoh : Pada tanggal 5 Januari 2009, PT A melakukan ekspor barang ke luar negeri menggunakan L/C dengan nilai ekspor sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar). Untuk melakukan lindung nilai atas hasil ekspor tersebut, PT A melakukan transaksi derivatif dengan Bank B melalui forward jual USD/IDR 1 bulan dengan nilai nominal sebesar hasil ekspor yang tertera di L/C (USD500.000) dan jatuh tempo pada tanggal 5 Februari 2009. Pada tanggal valuta, PT A tidak dapat menyerahkan dana valuta asing yang diperjanjikan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
7
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) b.2 SE 10/48/DPD 2008 No. 5c Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) b.3 SE 10/48/DPD 2008 No. 5d
akibat adanya keterlambatan pengapalan (force majeure). Transaksi lindung nilai yang dilakukan antara PT A dan Bank B tersebut dapat diperpanjang dengan nilai nominal yang sesuai dengan dokumen L/C yaitu paling banyak sebesar USD500.000 (lima ratus ribu US Dollar), dan frekuensi serta jangka waktu perpanjangan yang sesuai dengan kebutuhan pemenuhan kontrak transaksinya.
2. dana usaha, modal disetor, laba ditahan, dan pinjaman sub-
ordinasi Bank yang diperhitungkan dalam kewajiban pemenuhan modal minimum Bank, apabila jangka waktu Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi; Yang dimaksud dengan “dana usaha, modal disetor, laba ditahan, dan pinjaman sub-ordinasi Bank yang diperhitungkan dalam kewajiban pemenuhan modal minimum Bank” adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar. Dokumen perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai atas dana usaha, modal disetor, laba ditahan, dan pinjaman sub-ordinasi Bank yang diperhitungkan dalam kewajiban pemenuhan modal minimum Bank, paling kurang meliputi : a) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
diperpanjang dan dokumen bukti setoran modal dari kantor pusat;
b) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang diperpanjang dan laporan keuangan Bank; atau
c) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang diperpanjang dan perjanjian pinjaman sub-ordinasi Bank;
3. kegiatan penyertaan langsung di sektor riil dengan jangka waktu
paling singkat 1 (satu) tahun yang sumber dananya dalam valuta asing, apabila jangka waktu Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi; Yang dimaksud dengan “penyertaan langsung” adalah penanaman dana dalam bentuk saham pada perusahaan yang tidak melalui pasar modal.
Dokumen perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai atas kegiatan penyertaan langsung di sektor riil paling kurang meliputi :
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
8
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) b.4 SE 10/48/DPD 2008 No. 5e Pasal 4 10/37/PBI/2008 Ayat (2) b.5 SE 10/48/DPD 2008 No. 5f
a) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang diperpanjang; dan
b) fotokopi bukti penyertaan langsung yang dilakukan oleh kantor pusat atau penanam modal (investor).
4. pinjaman luar negeri dalam valuta asing dengan jangka waktu
paling singkat 1 (satu) tahun, apabila jangka waktu Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi; Dokumen perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai atas pinjaman luar negeri dalam valuta asing paling kurang meliputi : a) kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
diperpanjang; dan b) fotokopi surat perjanjian kredit (loan agreement) dan/atau
dokumen utang terkait lainnya.
5. Surat Utang Negara, saham dan obligasi korporasi yang telah dimiliki paling singkat 3 (tiga) bulan, apabila jangka waktu Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah tersebut paling singkat 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang dengan frekuensi perpanjangan dan jangka waktu yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi; Jangka waktu kepemilikan surat utang negara, saham dan obligasi korporasi paling singkat 3 (tiga) bulan didasarkan kepada perhitungan secara gabungan portofolio surat-surat berharga (basket of securities). Nilai nominal Surat Utang Negara, saham, dan/atau obligasi korporasi yang digunakan sebagai dasar (underlying) transaksi valuta asing terhadap rupiah dihitung berdasarkan harga perolehan. Surat Utang Negara terdiri dari obligasi negara dan surat perbendaharaan negara. Dokumen perpanjangan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah untuk keperluan lindung nilai atas Surat Utang Negara (SUN), saham dan obligasi korporasi paling kurang meliputi : a) Kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan SUN; b) Kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan saham; atau; c) Kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang
diperpanjang dan fotokopi dokumen kepemilikan obligasi korporasi.
serta wajib didukung dengan bukti dokumen yang memadai.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
9
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
5
Pasal 5 10/37/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/48/DPD 2008 No. 9 Pasal 5 10/37/PBI/2008 Ayat (2)
(1) Bank dilarang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah apabila transaksi atau potensi transaksi tersebut terkait dengan structured product. Yang dimaksud dengan “structured product” adalah produk yang merupakan kombinasi berbagai instrumen dengan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah, untuk tujuan mendapatkan tambahan income (return enhancement), yang dapat mendorong transaksi pembelian dan/atau penjualan valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif dan dapat menimbulkan ketidakstabilan nilai rupiah. Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan terkait dengan structured product diatur sebagai berikut : Bank dilarang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang terkait dengan structured product apabila hasil transaksi tersebut diinvestasikan dalam structured product, atau sebaliknya structured product tersebut mengakibatkan adanya Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi Bank sebagai
penerbit structured product maupun Bank sebagai agen penjual structured product (selling agent). Termasuk Bank sebagai agen penjual dalam hal ini adalah penjualan structured product luar negeri (offshore product) yang terkait dengan valuta asing terhadap rupiah.
6 Pasal 6 10/37/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/48/DPD 2008 No. 10a SE 10/48/DPD 2008 No. 10b
(1) Bank dilarang memberikan kredit dalam valuta asing dan/atau dalam rupiah kepada Nasabah untuk kepentingan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah. Yang dimaksud dengan ”kredit” adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang dan pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. Larangan pemberian kredit dalam valuta asing dan/atau rupiah kepada Nasabah tidak hanya untuk kredit yang diberikan Bank secara khusus untuk membiayai kegiatan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah Nasabah, namun juga kredit yang ditujukan untuk membiayai kegiatan lain yang telah disetujui oleh Bank yang kemudian kredit dimaksud digunakan oleh Nasabah untuk membiayai transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah.
(2) Pelarangan pemberian kredit valuta asing dan/atau rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
10
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 10/48/DPD 2008 No. 10c Pasal 6 10/37/PBI/2008 Ayat (2)
digunakan untuk melakukan transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah dengan tujuan lindung nilai atas Kegiatan Ekspor/Impor dimaksud.
(3) Pemberian kredit valuta asing dan/atau rupiah untuk transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib didukung dengan bukti dokumen yang memadai. Dokumen pengecualian pelarangan pemberian kredit paling kurang meliputi: a. fotokopi dokumen surat perjanjian kredit (loan agreement); dan b. fotokopi dokumen L/C, invoice, PEB, PIB, salinan dokumen bill of lading
(B/L), dan/atau dokumen sejenis lainnya. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk pihak
asing. Yang dimaksud dengan “pihak asing” adalah pihak asing sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit dalam valuta asing oleh Bank.
7 Pasal 7 10/37/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/48/DPD 2008 No. 11
(1) Bank dilarang memberikan Cerukan kepada Nasabah dalam rangka Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
Yaitu ketika Bank memberikan fasilitas pendanaan untuk penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dengan Nasabah yang memiliki rekening maupun yang tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, namun pada akhir hari tanggal valuta, dana valuta asing atau dana rupiah yang diperjanjikan tidak dapat dilunasi oleh Nasabah. Contoh 1 : PT A memiliki rekening valuta asing dan rekening rupiah di Bank C. Pada tanggal 19 Desember 2008, PT A melakukan transaksi forward beli USD/IDR 1 bulan dengan Bank C sebesar USD200.000 (dua ratus ribu US Dollar) pada kurs USD/IDR Rp11.500,00 . Pada saat jatuh tempo (tanggal 19 Januari 2009), saldo IDR pada rekening PT A di Bank C tidak cukup untuk membiayai secara penuh transaksi pembelian USD dimaksud, yaitu sebesar Rp2.300.000.000,00 (dua milyar tiga ratus juta rupiah). Setelah melakukan konfirmasi kepada PT A bahwa dana IDR akan diserahkan kepada Bank C sebelum akhir hari, Bank C melakukan penyerahan dana USD melalui pengkreditan rekening valuta asing PT A senilai USD200.000 (dua ratus ribu US Dollar). Namun dana IDR yang diperkirakan masuk sebelum akhir hari 19 Januari 2009 dalam rekening rupiah PT A tidak terjadi. Dengan demikian, Bank C telah memberikan Cerukan kepada PT A dalam rangka Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah. Contoh 2 : PT X tidak memiliki rekening valuta asing maupun rekening rupiah di Bank Y. Pada tanggal 23 Desember 2008, PT X melakukan transaksi forward jual USD/IDR 1 bulan dengan Bank Y sebesar USD2.000.000 (dua juta US Dollar) pada kurs USD/IDR Rp10.000,00 yang jatuh tempo pada tanggal 23 Januari 2009. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari PT X, PT X akan menerima dana hasil ekspor pada tanggal 23 Januari 2009 sebesar
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
11
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 7 10/37/PBI/2008 Ayat (2)
USD2.000.000 (dua juta US Dollar). Untuk itu Bank Y melakukan penyerahan dana IDR terlebih dahulu kepada PT X sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah), dengan harapan pada akhir hari tanggal valuta PT X akan menyerahkan dana sebesar USD2.000.000 (dua juta US Dollar). Namun demikian, sampai dengan akhir hari tanggal 23 Januari 2009, PT X tidak dapat memenuhi janjinya menyerahkan dana sebesar USD2.000.000 (dua juta US Dollar). Dengan demikian, Bank Y telah memberikan Cerukan kepada PT X dalam rangka Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
(2) Bank dilarang memberikan fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan Cerukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
8 Pasal 8 10/37/PBI/2008 SE 10/48/DPD 2008 No. 12
Bank wajib melengkapi dan menatausahakan dokumen pendukung atas pelaksanaan transaksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4 ayat (2), dan Paragraf 6. Jangka waktu penatausahaan dokumen disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai dokumen perusahaan.
9 Pasal 9 10/37/PBI/2008
Dalam rangka pelaporan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, Bank berpedoman kepada ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan “ketentuan yang berlaku” adalah yang mengatur mengenai laporan harian bank umum.
10 Pasal 10 10/37/PBI/2008
Selain wajib memenuhi ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, Bank yang melakukan Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah wajib tunduk pada ketentuan yang berlaku lainnya yang terkait. Yang dimaksud dengan ”ketentuan yang berlaku” antara lain ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank dan ketentuan yang mengatur mengenai pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank.
BAB III Sanksi 11 Pasal 11
10/37/PBI/2008 Bank yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 2 ayat (2), Paragraf 3 dan/atau Paragraf 8 dikenakan sanksi administratif berupa: (1) teguran tertulis; (2) penurunan tingkat kesehatan Bank; (3) pembekuan kegiatan usaha tertentu; (4) pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam
daftar orang-orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau
(5) pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota koperasi mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
12
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
12 Pasal 12 11/14/PBI/2009
(1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Paragraf 4, Paragraf 5, Paragraf 6 dan/atau Paragraf 7, dikenakan sanksi kewajiban membayar masing-masing sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari nilai nominal masing-masing transaksi yang dilanggar.
(2) Perhitungan nilai nominal transaksi yang dilanggar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut: a. Pelanggaran terhadap kewajiban pemindahan dana pokok secara
penuh sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 4, dihitung dari nilai nominal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dimaksud;
b. Pelanggaran terhadap Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 5, dihitung dari nilai nominal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah dimaksud;
c. Pelanggaran terhadap larangan pemberian kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 6, dihitung dari nilai persetujuan kredit yang digunakan untuk transaksi erivative valuta asing terhadap rupiah;
d. Pelanggaran terhadap larangan pemberian Cerukan dan/atau fasilitas yang lain yang dapat dipersamakan dengan Cerukan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 7, dihitung dari nilai Cerukan dan/atau fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan Cerukan yang diberikan Bank kepada Nasabah;
(3) Total sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak sebesar Rp 27.000.000.000 (dua puluh tujuh milyar rupiah) dalam 1 (satu) tahun kalender.
(4) Penghitungan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 menggunakan kurs tengah dari kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal terjadinya pelanggaran.
Kurs tengah Bank Indonesia dihitung dengan cara kurs jual transaksi ditambah kurs beli transaksi, dibagi 2 (dua).
BAB IV Ketentuan Peralihan 13
Pasal 13 11/14/PBI/2009 Ayat(1) dan (2) Pasal 13 11/14/PBI/2009 Ayat (2) a SE 11/12/DPD 2009 No. 13.e
(1) Setiap Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan sebelum berlakunya ketentuan ini dapat diteruskan sampai dengan jatuh waktu kontrak.
(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang masih outstanding dalam suatu kontrak yang jatuh waktu setelah berlakunya ketentuan ini dapat diselesaikan tanpa pergerakan dana pokok antara lain melalui: a. percepatan penyelesaian (early termination) atau penghentian
(unwind) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah; Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok melalui percepatan penyelesaian (early termination) atau penghentian (unwind) Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, dapat dilakukan sepanjang: 1. penyelesaiannya tidak dilakukan dengan transaksi structured
product; dan 2. wajib didukung dengan dokumen paling kurang berupa kontrak
percepatan penyelesaian atau penghentian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
13
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 13 11/14/PBI/2009 Ayat (2) b SE 11/12/DPD 2009 No. 13.f Pasal 13 11/14/PBI/2009 Ayat (2).c SE 11/12/DPD 2009 No. 13.g SE 11/12/DPD 2009 No. 13.a, c, d Pasal 13 11/14/PBI/2009 Ayat (3) dan (4)
b. penyelesaian transaksi melalui restrukturisasi kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah; dan/atau Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok melalui restrukturisasi kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah diatur sebagai berikut: 1) restrukturisasi antara lain meliputi restrukturisasi yang terkait
dengan nilai nominal, jangka waktu, dan syarat-syarat lainnya. 2) nilai nominal restrukturisasi paling banyak sebesar nilai nominal
transaksi sebelumnya yang direstrukturisasi. 3) restrukturisasi tidak dilakukan dengan menggunakan transaksi
structured product. 4) restrukturisasi hanya dapat dilakukan apabila didukung dengan
dokumen paling kurang berupa kontrak restrukturisasi Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
c. penyelesaian transaksi dengan menggunakan dana pinjaman dari Bank.
Penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok dengan menggunakan dana pinjaman dari Bank, diatur sebagai berikut: a. pemberian dana pinjaman untuk penyelesaian transaksi
merupakan penyediaan dana yang wajib dinilai kualitasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum dan diperhitungkan dalam batas maksimum pemberian kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai batas maksimum pemberian kredit bank umum.
b. pemberian dana pinjaman untuk penyelesaian transaksi dapat dilakukan apabila didukung dengan dokumen paling kurang berupa surat perjanjian pinjaman atau tagihan lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat perjanjian pinjaman yang memuat tujuan penggunaan pinjaman untuk penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang bersangkutan.
c. pelaporan pemberian pinjaman tersebut dilaporkan melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pos ”tagihan lainnya”.
Penyelesaian transaksi berlaku untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan oleh Bank dengan Nasabah maupun Bank dengan Bank. Penyelesaian transaksi juga berlaku untuk Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah terkait dengan structured product baik yang dilakukan dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor maupun yang dilakukan tidak dalam rangka Kegiatan Ekspor/Impor. Penyelesaian transaksi dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara Paragraf 4 ayat (2) huruf a, huruf b, dan/atau huruf c.
(3) Penyelesaian transaksi dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan tertulis antara pihak yang melakukan Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
14
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(4) Penyelesaian transaksi dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sedapat mungkin menggunakan rupiah.
14 Pasal 14 11/14/PBI/2009
Ketentuan yang mengatur mengenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 11 berlaku pula terhadap Bank yang melakukan penyelesaian Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang tidak didukung dengan dokumen kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 13 ayat (3).
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
BAB I Ketentuan Umum 15 Pasal 1
7/14/PBI/2005 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia namun tidak termasuk kantor Bank berbadan hukum Indonesia yang beroperasi di luar negeri.
2. Pihak Asing adalah: a. warga negara asing; b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya; c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
(permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia; d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di
Indonesia; e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia. 3. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain
Indonesia, termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di Indonesia.
4. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau lembaga asing yang didirikan di luar negeri, namun tidak termasuk : a. Kantor cabang bank asing di Indonesia; b. Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA); c. Badan hukum asing atau lembaga asing yang memiliki kegiatan yang
bersifat nirlaba. 5. Transaksi Rupiah adalah transaksi yang dilakukan Bank dengan
menggunakan mata uang Rupiah, termasuk transaksi antara mata uang Rupiah terhadap mata uang asing.
6. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau imbalan jasa, termasuk : a. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah
yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
7. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
15
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
8. Penempatan adalah penanaman dana Bank pada bank lain dalam bentuk giro, interbank call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah, dan penanaman dana lainnya yang sejenis.
9. Transfer Rupiah adalah pemindahan sejumlah dana rupiah yang ditujukan kepada penerima dana untuk kepentingan Bank maupun nasabah, baik melalui setoran tunai maupun pemindahbukuan antar rekening pada Bank yang sama atau Bank yang berbeda, yang menyebabkan bertambahnya saldo rekening rupiah penerima dana.
10. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang, termasuk obligasi yang diterbitkan oleh lembaga multilateral atau supranasional yang seluruh dana hasil penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk kepentingan pembiayaan kegiatan ekonomi di Indonesia.
11. Tagihan Antar Kantor adalah semua tagihan yang dimiliki Bank terhadap kantor pusat atau kantor cabang di luar negeri baik untuk kepentingan Bank maupun nasabah, yaitu : a. bagi kantor cabang bank asing di Indonesia, tagihan adalah dari kantor
cabang bank asing di Indonesia terhadap kantor pusat dan atau kantor cabang lain di luar negeri;
b. bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia, tagihan adalah dari kantor pusat dan atau kantor cabang di Indonesia terhadap kantor cabang di luar negeri.
12. Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham
pada bank dan perusahaan di bidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya.
13. Penyertaan Langsung adalah penanaman dana dalam bentuk saham pada perusahaan yang tidak melalui pasar modal.
14. Transaksi Derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai tukar dalam bentuk transaksi outright forward, swap, option valuta asing terhadap rupiah dan transaksi lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
15. Prime Bank adalah bank yang memiliki peringkat investasi tertentu dari lembaga pemeringkat dan total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus)
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
16
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
besar dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.
BAB II Pelarangan, Pembatasan, dan Pengecualian Transaksi Bagi Bank 16 Pasal 2
7/14/PBI/2005 Bank dilarang dan atau dibatasi dan atau dikecualikan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan Pihak Asing.
BAB III Pelarangan Transaksi 17 Pasal 3
7/14/PBI/2005 SE 7/23/DPD 2005 No. 1
Transaksi-transaksi tertentu yang dilarang dilakukan Bank dengan Pihak Asing meliputi : a. Pemberian Kredit dalam rupiah dan atau valuta asing;
Pelarangan pemberian Kredit dalam rupiah dan atau valuta asing kepada Pihak Asing tidak termasuk Kredit non tunai atau garansi yang terkait dengan kegiatan investasi di Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) memperoleh counter guaranty (kontra garansi) dari bank di luar negeri
yang bonafide. Dalam pengertian bank tersebut tidak termasuk cabang bank yang bersangkutan di luar negeri; atau
2) adanya jaminan setoran sebesar 100% (seratus persen) dari nilai garansi yang diberikan.
b. Penempatan dalam rupiah; c. Pembelian Surat Berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh Pihak Asing; d. Tagihan Antar Kantor dalam rupiah; e. Tagihan Antar Kantor dalam valuta asing dalam rangka pemberian Kredit di
luar negeri; f. Penyertaan Modal dalam rupiah; g. Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing dan atau yang
dimiliki secara gabungan (joint account) antara Pihak Asing dengan bukan Pihak Asing pada Bank di dalam negeri; Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak termasuk Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 15 angka 2.
h. Transfer Rupiah ke rekening yang dimiliki Pihak Asing dan atau yang dimiliki secara gabungan (joint account) antara Pihak Asing dengan bukan Pihak Asing pada Bank di luar negeri. Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak termasuk Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 15 angka 2.
18 Pasal 4 7/14/PBI/2005
Bank dilarang melaksanakan Transfer Rupiah kepada bukan Pihak Asing di luar negeri. Yang dimaksud dengan bukan Pihak Asing adalah pihak yang tidak termasuk Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 1 angka 2.
19 Pasal 5 7/14/PBI/2005
Larangan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 dan Paragraf 18 berlaku pula terhadap transaksi sejenis berdasarkan Prinsip Syariah.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
17
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB IV Pembatasan Transaksi 20 Pasal 6
7/14/PBI/2005 SE 7/23/DPD 2005 No. 13
Transaksi-transaksi tertentu yang dibatasi untuk dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi : (1) Transaksi Derivatif jual valuta asing terhadap rupiah; (2) Transaksi Derivatif beli valuta asing terhadap rupiah. Bank yang pada saat berlakunya ketentuan ini masih memiliki posisi (outstanding) Transaksi Derivatif, dan belum jatuh tempo maka posisi dari Transaksi Derivatif tersebut tetap dapat dilakukan sampai dengan jatuh tempo Transaksi Derivatif tersebut namun Transaksi Derivatif tersebut dilarang diperpanjang (roll over).
21 Pasal 7 7/14/PBI/2005 Ayat (1)
(1) Transaksi Derivatif jual valuta asing terhadap rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 20 huruf a yang dibatasi untuk dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi : a. Transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah adalah penjualan valuta asing terhadap rupiah yang penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Termasuk dalam transaksi ini adalah transaksi valuta tod, tom atau spot yang disintetiskan sebagai outright forward jual valuta asing terhadap rupiah.
b. Transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan counterparty yang sama dan pada tingkat harga yang disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Termasuk dalam transaksi ini adalah berbagai kombinasi dari transaksi valuta tod, tom, dan spot yang disintetiskan sebagai swap jual valuta asing terhadap rupiah;
c. Transaksi jual call option valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi jual call option valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak kepada Bank untuk menjual hak beli atas suatu transaksi valuta asing terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
d. Transaksi beli put option valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi beli put option valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak kepada Bank untuk membeli hak jual atas suatu transaksi valuta asing terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
18
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 7/23/DPD 2005 No. 2 Pasal 7 7/14/PBI/2005 Ayat (2)
perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
e. Transaksi Derivatif lainnya yang dapat dipersamakan dengan transaksi-transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d. Termasuk untuk transaksi Non-Deliverable Forward (NDF).
(2) Transaksi Derivatif beli valuta asing terhadap rupiah sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 20 huruf b yang dibatasi untuk dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing meliputi : a. Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah;
Yang dimaksud dengan transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah adalah pembelian valuta asing terhadap rupiah yang penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Termasuk dalam transaksi ini adalah transaksi valuta tod, tom atau spot yang disintetiskan sebagai outright forward beli valuta asing terhadap rupiah.
b. Transaksi swap beli valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi swap beli valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan counterparty yang sama dan pada tingkat harga yang disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Termasuk dalam transaksi ini adalah berbagai kombinasi dari transaksi valuta tod, tom, dan spot yang disintetiskan sebagai swap beli valuta asing terhadap rupiah.
c. Transaksi beli call option valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi beli call option valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak kepada Bank untuk membeli hak beli atas suatu transaksi valuta asing terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
d. Transaksi jual put option valuta asing terhadap rupiah; Yang dimaksud dengan transaksi jual put option valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi atas dasar perjanjian yang memberikan hak kepada Bank untuk menjual hak jual atas suatu transaksi valuta asing terhadap rupiah dengan harga tertentu pada tanggal berakhirnya perjanjian atau tanggal tertentu dalam periode perjanjian transaksi.
e. Transaksi Derivatif lainnya yang dapat dipersamakan dengan transaksi-
transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf, b, huruf c, dan huruf d.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
19
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 7/23/DPD 2005 No. 2 7/14/PBI/2005 Ayat (3)
Termasuk untuk transaksi Non-Deliverable Forward (NDF). (3) Bank hanya dapat melakukan Transaksi Derivatif valuta asing terhadap
rupiah dengan Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sampai batas maksimum nominal yaitu USD 1.000.000 (satu juta US Dollar) atau ekuivalen dari nilai dimaksud, baik untuk setiap transaksi individual maupun posisi (outstanding) masing-masing Transaksi Derivatif jual dan Transaksi Derivatif beli per Bank.
22 Pasal 8 7/14/PBI/2005
Pembatasan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 21 berlaku pula terhadap transaksi sejenis berdasarkan Prinsip Syariah.
BAB V Pengecualian terhadap Pelarangan dan Pembatasan Transaksi 23
Pasal 9 7/14/PBI/2005 Ayat (1).a SE 7/23/DPD 2005 No. 3
(1) Larangan terhadap pemberian Kredit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf a tidak berlaku terhadap : a. Kredit dalam bentuk sindikasi yang memenuhi persyaratan berikut :
1) mengikutsertakan Prime Bank sebagai lead bank; Yang dimaksud dengan lead bank adalah bank yang berperan sebagai koordinator bagi anggota sindikasi.
2) diberikan untuk pembiayaan proyek di sektor riil untuk usaha produktif yang berada di wilayah Indonesia; dan Yang dimaksud dengan sektor riil adalah sektor produksi dan perdagangan barang dan jasa, namun tidak termasuk sektor jasa keuangan seperti kegiatan jual beli Surat Berharga.
3) kontribusi bank asing sebagai anggota sindikasi lebih besar dibandingkan dengan kontribusi bank dalam negeri;
Kredit dalam bentuk sindikasi merupakan Kredit yang diberikan oleh lebih dari satu bank. Apabila pemberian Kredit sindikasi beranggotakan Bank dan bank di luar negeri, maka kontribusi bank di luar negeri secara total harus lebih besar dari kontribusi Bank. Contoh : Kredit sindikasi oleh beberapa bank yang diberikan kepada PT. X sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) berasal dari 3 (tiga) bank di luar negeri dan 2 (dua) Bank. Ketiga bank di luar negeri tersebut harus memberikan kontribusi paling sedikit sebesar Rp 510.000.000,- (lima ratus sepuluh juta rupiah) dan kedua Bank tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 490.000.000,- (empat ratus sembilan puluh juta rupiah ). Dengan demikian, prosentase kontribusi 3 (tiga) bank di luar negeri harus paling sedikit sebesar 51% dan prosentase kontribusi 2 (dua) Bank dalam kredit sindikasi tersebut sebesar 49%.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
20
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 9 7/14/PBI/2005 Ayat (1) b – d SE 7/23/DPD 2005 No. 4
b. kartu kredit; Termasuk jenis kartu kredit untuk pembelian barang produksi (procurement card).
c. kredit konsumsi yang digunakan di dalam negeri; Kredit konsumsi yaitu pemberian Kredit untuk keperluan konsumsi di dalam negeri dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain, termasuk di dalamnya Kredit Pemilikan Rumah, Apartemen, Ruko, dan Rukan serta kredit pembelian kendaraan.
d. cerukan intra hari rupiah dan valuta asing yang didukung oleh dokumen-dokumen yang bersifat authenticated yang menunjukkan konfirmasi akan adanya dana masuk ke rekening bersangkutan pada hari yang sama dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan ini; Yang dimaksud dengan dokumen yang bersifat authenticated adalah dokumen yang identitas pihak pengirim, isi pesan atau perintah, serta kode rahasia dokumen dimaksud telah disepakati para pihak sehingga hanya dapat dikonfirmasi atau diverifikasi oleh pihak penerima pesan atau perintah, secara individual.
Yang dimaksud Cerukan intra hari rupiah dan valuta asing, diatur sebagai berikut : 1) Ketentuan pemberian cerukan intra hari
Pemberian cerukan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : a) cerukan intra hari diberikan kepada penerima dana yang
tercantum dalam dokumen konfirmasi, dan dilaksanakan pada tanggal valuta pembayaran yang tercantum dalam konfirmasi dimaksud;
b) nilai dana yang akan diterima yang tercantum pada dokumen konfirmasi dimaksud, ditambah dengan saldo rekening penerima dana sekurang-kurangnya sama atau lebih besar dari nilai transaksi pembayaran yang dilaksanakan;
c) transaksi pembayaran dilakukan setelah dokumen konfirmasi sebagaimana dimaksud pada huruf b) diterima terlebih dahulu; dan
d) penerimaan dana sebagaimana tercantum dalam dokumen konfirmasi harus terealisasi pada tanggal pembayaran dilaksanakan.
2) Dokumen pendukung pemberian cerukan intra hari Dokumen konfirmasi yang bersifat authenticated yang menunjukkan akan adanya dana rupiah masuk ke rekening bersangkutan pada hari yang sama, meliputi : a) Society for Worldwide Interbank Financial Telecomunication
(SWIFT) yang berfungsi sebagai notice to receive, customer transfer, delivery versus payment (untuk Surat Berharga), atau dokumen SWIFT lainnya yang sejenis; atau
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
21
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
b) tested telex.
Contoh : 1) Pada tanggal 1 Maret 2005, saldo awal rekening Pihak Asing
adalah Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). 2) Pada tanggal yang sama, yang bersangkutan akan melakukan
pembayaran yang mengakibatkan pendebetan rekeningnya sebesar Rp Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), sehingga terjadi cerukan intra hari sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Cerukan intra hari ini diperkenankan apabila Bank telah menerima dokumen bukti akan adanya dana masuk dalam rekening Pihak Asing pada tanggal 1 Maret 2005. Dokumen tersebut dapat berupa SWIFT message yang berfungsi sebagai notice to receive, customer transfer, delivery versus payment, atau tested telex dengan jumlah nominal paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
e. cerukan dalam rupiah dan valuta asing karena pembebanan biaya administrasi;
f. pengambilalihan tagihan dari badan yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola aset-aset bank dalam rangka restrukturisasi perbankan Indonesia oleh Pihak Asing yang pembayarannya dijamin oleh Prime Bank. Ketentuan ini tunduk kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang prinsip kehati-hatian dalam rangka pembelian kredit oleh bank dari badan yang menangani penyehatan perbankan nasional.
(2) Prime Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat
paling kurang : 1) BBB- dari lembaga pemeringkat Standard & Poors; 2) Baa3 dari lembaga pemeringkat Moody's; 3) BBB- dari lembaga pemeringkat Fitch; atau 4) Setara dengan angka 1), angka 2), dan atau angka 3), berdasarkan
penilaian lembaga pemeringkat terkemuka lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
berdasarkan penilaian terhadap prospek usaha jangka panjang (long term outlook) bank tersebut; dan
b. Memiliki total aset yang termasuk dalam 200 (dua ratus) besar dunia berdasarkan informasi yang tercantum dalam banker’s almanac.
24 Pasal 10 7/14/PBI/2005
Larangan pembelian Surat Berharga dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf c tidak berlaku untuk : (1) pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan kegiatan ekspor barang
dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia serta perdagangan dalam negeri;
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
22
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan kegiatan ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia adalah pembelian Wesel Ekspor dan Banker’s Acceptance atas dasar transaksi L/C maupun non-L/C. Yang dimaksud dengan pembelian Surat Berharga yang berkaitan dengan perdagangan dalam negeri adalah pembelian wesel atau Banker’s Acceptance atas dasar transaksi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
(2) pembelian bank draft dalam rupiah yang diterbitkan oleh bank di luar negeri untuk kepentingan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan dana rupiah tersebut diterima di dalam negeri oleh bukan Pihak Asing.
25
Pasal 11 7/14/PBI/2005 Ayat (1) dan (2) SE 7/23/DPD 2005 No. 5 SE 7/44/DPD 2005 No. 1.b
(1) Larangan Transfer Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 17 huruf g tidak berlaku apabila dilakukan : a. dalam rangka kegiatan ekonomi di Indonesia; atau
Termasuk dalam kegiatan ekonomi di Indonesia antara lain transaksi Penyertaan Langsung di Indonesia, transaksi Surat Berharga, dan transaksi pembelian barang dan jasa di Indonesia.
b. antar rekening yang dimiliki oleh Pihak Asing yang sama.
(2) Cakupan kegiatan ekonomi di Indonesia diatur lebih lanjut dalam ketentuan ini. Pengecualian atas pelarangan Transfer Rupiah ke rekening rupiah Pihak Asing, diatur sebagai berikut: a. Transfer Rupiah dalam rangka pembayaran kepada Pihak Asing dapat
dilakukan apabila terdapat kegiatan ekonomi berupa : 1) divestasi Penyertaan Langsung Pihak Asing di Indonesia, dan atau
pembagian dividen; 2) penjualan Surat Berharga dalam rupiah oleh Pihak Asing, termasuk
penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penjualan saham, pembagian dividen, dan atau pembayaran kupon;
3) penerimaan pembayaran piutang Pihak Asing dalam rupiah, termasuk dalam rangka restrukturisasi utang;
4) penjualan wesel ekspor Pihak Asing melalui transaksi Letter of Credit (L/C) dalam rupiah;
5) penjualan wesel atas dasar Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN); dan atau
6) penjualan barang dan jasa di Indonesia termasuk penerimaan penghasilan/gaji.
b. Penerimaan Transfer Rupiah oleh Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan nilai lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), baik satu transaksi maupun beberapa transaksi untuk Pihak Asing yang sama dalam satu hari, Bank wajib memiliki jenis kegiatan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
23
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 7/23/DPD 2005 No. 5 Pasal 11 7/14/PBI/2005 Ayat (3)
ekonomi yang mendasari (underlying transaction) Transfer Rupiah tersebut dan dilengkapi dengan dokumen pendukung dari Pihak Asing, yang ditetapkan paling kurang sebagai berikut : 1) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka divestasi Penyertaan
Langsung di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir.a.1) adalah berupa bukti penjualan saham.
2) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan Surat Berharga dalam rupiah oleh Pihak Asing termasuk penjualan SBI dan penjualan saham sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) adalah berupa bukti konfirmasi penjualan Surat Berharga, antara lain berupa SWIFT message, Tested Telex, Tested Fax, Reuters Monitor Dealing System (RMDS).
3) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan pembagian dividen berupa bukti kepemilikan saham dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tentang pembagian dividen. Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan pembayaran kupon dilengkapi dengan bukti kepemilikan Surat Berharga.
4) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan penerimaan pembayaran piutang Pihak Asing dalam rupiah, termasuk dalam rangka restrukturisasi utang sebagaimana dimaksud dalam butir a.3) adalah bukti perjanjian kredit.
5) Untuk Transfer Rupiah yang terkait dengan penjualan wesel ekspor Pihak Asing melalui transaksi L/C dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam butir 5.a.4) antara lain berupa wesel, invoice, atau Bill of Lading (B/L);
6) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan wesel atas dasar SKBDN sebagaimana dimaksud dalam butir a.5) antara lain berupa wesel, invoice, atau B/L antar pulau;
7) Untuk Transfer Rupiah dalam rangka penjualan barang dan jasa di Indonesia termasuk penerimaan penghasilan/gaji sebagaimana dimaksud dalam butir a.6) adalah bukti antara lain berupa faktur transaksi jual beli barang dan jasa atau perjanjian kontrak kerja
c. Transfer Rupiah dalam rangka rencana pembelian Surat Berharga dapat dilakukan dengan pengaturan sebagai berikut : 1) terdapat dokumen yang menyatakan adanya pembelian Surat
Berharga antara lain berupa SWIFT message, tested telex, tested fax, atau RMDS.
2) jangka waktu kepemilikan rupiah sebelum digunakan untuk pembelian Surat Berharga paling lama 2 (dua) hari kerja.
7) pada saat realisasi pembelian Surat Berharga, Bank wajib memiliki bukti pembelian Surat Berharga berupa bukti realisasi pembelian saham (receive versus payment).
(3) Bank penerima dari suatu Transfer Rupiah yang ditujukan kepada Pihak
Asing wajib melakukan verifikasi terhadap status pihak penerima dana dan kelengkapan dokumen kegiatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
24
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan status penerima dana adalah status penerima dana sebagai Pihak Asing atau bukan Pihak Asing.
26
Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (1) Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (2) SE 14/22/DPM 2012 No. 2.7
(1) Pembatasan Transaksi Derivatif valuta asing terhadap rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 21 ayat (3) tidak berlaku dalam hal Transaksi Derivatif dilakukan untuk keperluan lindung nilai (hedging) dalam rangka kegiatan berikut: a. investasi di Indonesia yang berjangka waktu paling singkat 1 (satu)
minggu, yang dihitung sejak tanggal setelmen pembelian investasi sampai dengan tanggal setelmen penjualan investasi;
b. ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia; dan/atau Ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia menggunakan cara pembayaran berdasarkan Letter of Credit (L/C) dan Non L/C.
c. perdagangan dalam negeri yang menggunakan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai surat kredit berdokumen dalam negeri. Kegiatan investasi di Indonesia meliputi Penyertaan Langsung, pemberian Kredit, dan pembelian Surat Berharga, namun tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia.
(2) Investasi di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi Penyertaan Langsung, pemberian Kredit, dan pembelian Surat Berharga, namun tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia
Underlying transaction dalam pengecualian pembatasan Transaksi Derivatif valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan untuk keperluan lindung nilai (hedging) diatur sebagai berikut: 1. Dalam hal investasi berupa pembelian Surat Berharga diatur sebagai
berikut: a) underlying transaction untuk pembelian Surat Berharga dihitung
berdasarkan total portofolio (basket of securities) atas dasar harga pasar (market value), sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai Surat Berharga yang bersangkutan;
b) total nilai portofolio paling sedikit sama dengan nilai hedging pada saat awal transaksi hedging dilakukan; Apabila dalam jangka waktu hedging terdapat penurunan market value Surat Berharga yang digunakan sebagai underlying, maka tidak terdapat kewajiban top-up atas nilai Surat Berharga dimaksud.
c) apabila dalam jangka waktu hedging terdapat penambahan Surat Berharga dalam portofolio yang sama, dan Pihak Asing bermaksud untuk melakukan hedging atas penambahan Surat Berharga tersebut, maka Pihak Asing yang bersangkutan wajib membuka kontrak hedging baru dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu dengan nilai hedging paling banyak sebesar penambahan Surat Berharga dimaksud;
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
25
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Contoh: Pihak Asing memiliki portofolio saham sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 1 Agustus 2012, dan pada tanggal yang sama dilakukan hedging dengan membuka Transaksi Derivatif sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dan berjangka waktu 1 (satu) minggu. Pada tanggal 6 Agustus 2012, Pihak Asing tersebut melakukan pembelian obligasi SUN sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah), sehingga total nilai portofolio Pihak Asing menjadi sebesar Rp90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah). Apabila Pihak Asing tersebut bermaksud untuk melakukan hedging atas tambahan obligasi SUN tersebut, maka Pihak Asing dimaksud harus membuka kontrak hedging baru di luar transaksi hedging sebelumnya dengan nilai hedging paling banyak sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu.
d) dalam hal Pihak Asing telah menerima kupon dan/atau penghasilan lainnya atas Surat Berharga yang dimiliki, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying kupon dan/atau penghasilan lainnya yang telah diterima dari investasi Surat Berharga dimaksud;
e) dalam hal Pihak Asing akan menerima kupon dan/atau penghasilan lainnya atas Surat Berharga yang dimiliki yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying kupon dan/atau penghasilan lainnya yang akan diterima dari investasi Surat Berharga dimaksud;
f) transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar nilai kupon dan/atau penghasilan lainnya dari investasi Surat Berharga yang telah atau yang akan diterima.
2. Dalam hal investasi berupa pemberian Kredit diatur sebagai berikut: a) underlying transaction untuk pemberian Kredit dihitung
berdasarkan nominal Kredit yang telah direalisasikan; b) underlying untuk pemberian Kredit dalam bentuk Kredit sindikasi,
dihitung berdasarkan kontribusi Pihak Asing tersebut dalam Kredit sindikasi; Dalam hal terdapat Kredit sindikasi dengan Pihak Asing lebih dari 1 (satu), maka masing-masing Pihak Asing yang tergabung dalam Kredit sindikasi dapat melakukan hedging dengan nilai hedging paling banyak sebesar nilai kontribusi Pihak Asing yang bersangkutan dalam Kredit sindikasi tersebut. Contoh: Kredit sindikasi oleh 5 (lima) bank di luar negeri yang diberikan kepada PT. PQR adalah sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Masing-masing bank di luar negeri tersebut memberikan kontribusinya sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), maka nilai hedging yang dapat dilakukan oleh masing-masing bank di luar negeri tersebut paling banyak adalah sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
26
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
c) dalam hal Pihak Asing telah menerima bunga atas pemberian Kredit oleh Pihak Asing yang bersangkutan, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying pendapatan bunga dimaksud;
d) dalam hal Pihak Asing telah menerima pengembalian Kredit oleh debitur, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying dana yang berasal dari pengembalian Kredit dimaksud;
e) dalam hal Pihak Asing akan menerima bunga atas pemberian Kredit oleh Pihak Asing yang bersangkutan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying bunga yang akan diterima dimaksud;
f) dalam hal Pihak Asing akan menerima pengembalian Kredit oleh debitur yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying pengembalian Kredit yang akan diterima dimaksud;
g) transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar nilai pendapatan bunga dan/atau nilai pengembalian Kredit yang telah atau yang akan diterima; Contoh 1: Pihak Asing memberikan Kredit kepada PT. STU pada tanggal 3 Desember 2012 sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun. Pelunasan Kredit tersebut akan dilakukan pada akhir tahun ketiga yang jatuh waktu pada tanggal 3 Desember 2015. Pihak Asing berencana untuk melakukan hedging dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun atas pemberian Kredit yang telah dilakukan tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan hedging melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) pada tanggal transaksi 3 Desember 2012 dengan tanggal valuta 3 Desember 2015. Dalam hal Pihak Asing yang bersangkutan telah menerima pengembalian Kredit sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) pada tanggal 3 Desember 2015, atas dana rupiah tersebut Pihak Asing yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi hedging lagi. Contoh 2: Pihak Asing memberikan Kredit kepada PT. VWX sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dengan jangka waktu 5 (lima) tahun. Pembayaran Kredit tersebut dilakukan secara bertahap setiap tahunnya dengan angsuran pokok Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan bunga 10% (sepuluh per seratus) per tahun. Pembayaran angsuran I jatuh waktu pada 1 Oktober 2012 sebesar Rp55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah) dan Pihak Asing berencana untuk melakukan transaksi hedging atas pendapatan bunga dan pengembalian Kredit yang telah diterima tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan hedging melalui transaksi outright forward
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
27
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012 dengan tanggal valuta paling singkat 8 Oktober 2012.
3. Dalam hal investasi berupa Penyertaan Langsung diatur sebagai berikut: a) underlying transaction untuk Penyertaan Langsung adalah berupa
setoran modal dan laba ditahan, namun tidak termasuk laba tahun berjalan;
b) hedging atas Penyertaan Langsung paling banyak sebesar nilai underlying Penyertaan Langsung yang tercantum dalam dokumen pendukung;
c) dalam hal Pihak Asing telah menerima dividen atas Penyertaan Langsung, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying dividen yang telah diterima dimaksud;
d) dalam hal Pihak Asing telah melakukan pencairan aset dalam rupiah yang dimiliki oleh Pihak Asing yang bersangkutan, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying dana hasil pencairan aset rupiah dimaksud;
e) dalam hal Pihak Asing akan menerima dividen atas Penyertaan Langsung yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying dividen yang akan diterima dimaksud;
f) dalam hal Pihak Asing akan melakukan pencairan aset dalam rupiah yang dimiliki oleh Pihak Asing yang bersangkutan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung mengenai kepastian waktu dan jumlah yang akan diterima, Pihak Asing dapat melakukan transaksi hedging dengan underlying dana pencairan aset rupiah yang akan diterima dimaksud;
g) transaksi hedging yang dilakukan Pihak Asing paling banyak sebesar nilai pendapatan dividen dan/atau dana hasil pencairan aset rupiah yang telah atau yang akan diterima; Contoh: Pihak Asing melakukan Penyertaan Langsung kepada PT. XYZ yang merupakan perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang alat-alat pertambangan sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) selama 3 (tiga) tahun ke depan. Pihak Asing berencana untuk melakukan hedging dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun atas Penyertaan Langsung tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan hedging dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun. Dalam hal Pihak Asing yang bersangkutan melakukan pencairan aset atas Penyertaan Langsung di PT. XYZ sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pada akhir tahun ketiga, atas dana hasil pencairan aset rupiah tersebut Pihak Asing yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi hedging lagi.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
28
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (3) a SE 14/22/DPM 2012 Angka 1.6. Huruf a 1), 2), 5) – 9)a
4. Dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian diatur sebagai berikut: a) underlying transaction untuk kegiatan investasi yang masih dalam
proses penyelesaian dihitung berdasarkan rencana investasi yang meliputi Penyertaan Langsung di Indonesia, pemberian Kredit, dan pembelian Surat Berharga yang dibuktikan dengan dokumen pendukung;
b) dan nilai hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses penyelesaian paling banyak sebesar nilai rencana investasi pada saat awal transaksi hedging dilakukan yang dibuktikan dengan dokumen pendukung.
(3) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas suatu kegiatan investasi
di Indonesia hanya dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan berikut: a. terdapat realisasi investasi;
Yang dimaksud dengan realisasi investasi adalah terjadinya aliran dana dari Pihak Asing untuk penyelesaian kegiatan investasi, termasuk investasi yang dalam proses penyelesaian. Hedging atas realisasi investasi diatur sebagai berikut: 1) telah terjadi aliran dana dari Pihak Asing untuk setelmen kegiatan
investasi dimaksud; 2) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian
namun telah terjadi aliran dana dari Pihak Asing atas rencana investasi dimaksud, hedging dapat dilakukan atas aliran dana tersebut apabila Pihak Asing yang bersangkutan telah tercatat sebagai investor atas investasi dimaksud;
3) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian, nilai hedging paling banyak sebesar nilai rencana investasi yang tercantum dalam dokumen pendukung;
4) dalam hal kegiatan investasi masih dalam proses penyelesaian, jangka waktu hedging paling singkat 1 (satu) minggu dan paling lama sama dengan jangka waktu proses penyelesaian investasi dimaksud;
5) contoh hedging atas kegiatan investasi yang telah direalisasikan: Pihak Asing melakukan pembelian saham sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) pada tanggal transaksi 10 September 2012 dengan tanggal valuta 13 September 2012 dan berencana untuk melakukan hedging atas saham tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas pembelian saham yang telah terealisasi tersebut dengan transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu, sepanjang saham dimiliki Pihak Asing paling singkat sampai dengan tanggal 20 September 2012. Dalam hal ini transaksi hedging dilakukan pada tanggal 13 September 2012 dengan tanggal valuta paling singkat 20 September 2012.
6) contoh hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses penyelesaian dimana Pihak Asing telah memiliki dana rupiah yang
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
29
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
cukup untuk penyelesaian transaksi kegiatan investasi dimaksud: Contoh 1: Pihak Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyelenggarakan Initial Public Offering (IPO) Saham PT. JKL dengan persyaratan sebagai berikut: Tanggal efektif : 1 Oktober 2012 Tanggal penawaran : 8 s.d. 12 Oktober 2012 Tanggal penjatahan : 15 Oktober 2012 Tanggal pengembalian dana : 16 Oktober 2012 Tanggal distribusi : 16 Oktober 2012 Tanggal listing di bursa : 17 Oktober 2012 Pada tanggal penawaran, para investor dipersyaratkan untuk menyetor dana rupiah sebesar nilai penawaran yang diajukan. Berdasarkan informasi IPO tersebut, Pihak Asing melakukan penawaran saham PT. JKL sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Pada tanggal 9 Oktober 2012, Pihak Asing menyetor dana sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dalam rangka memenuhi persyaratan IPO dan berencana untuk melakukan hedging atas setoran dana tersebut. Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas setoran dana dimaksud dengan transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi hedging dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2012 dengan tanggal valuta 16 Oktober 2012, dimana tanggal valuta tersebut merupakan tanggal penyelesaian transaksi pembelian saham tersebut. Contoh 2: Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada contoh 1, Pihak Asing dimaksud memperoleh saham sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah), maka Pihak Asing yang bersangkutan harus menyediakan dana rupiah yang cukup untuk melakukan penyelesaian transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya. Contoh 3: Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada contoh 1, Pihak Asing dimaksud tidak memperoleh saham seluruhnya, dan kemudian Pihak Asing yang bersangkutan mendapatkan dana rupiahnya kembali pada tanggal 16 Oktober 2012. Dana rupiah tersebut dapat dipergunakan untuk menyelesaikan transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya. Contoh 4: Apabila dalam penawaran Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada contoh 1, Pihak Asing dimaksud memperoleh saham hanya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), dan kemudian Pihak Asing yang bersangkutan mendapatkan dana rupiahnya kembali sebesar
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
30
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (3) b – e Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (4)
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) pada tanggal 16 Oktober 2012. Pihak Asing yang bersangkutan harus menyediakan tambahan dana rupiah sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk melakukan penyelesaian transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang telah dilakukan sebelumnya.
7) contoh hedging atas kegiatan investasi yang masih dalam proses penyelesaian dimana hedging dilakukan untuk pendanaan kegiatan investasi yang bersangkutan: Pihak Asing melakukan pembelian Obligasi Negara tenor 5 (lima) tahun sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) pada tanggal transaksi 3 September 2012 dengan tanggal valuta 6 September 2012, dan akan dimiliki sampai dengan tanggal 8 Oktober 2012. Atas kepemilikan Obligasi Negara tersebut, Pihak Asing berencana untuk melakukan hedging. Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas pembelian Obligasi Negara tersebut melalui transaksi swap jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing (beli USD/IDR pada first leg dan jual USD/IDR pada second leg) sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Dalam hal ini, transaksi dapat dilakukan pada tanggal 4 September 2012 dengan tanggal valuta (first leg) 6 September 2012 dan tanggal jatuh waktu (second leg) 8 Oktober 2012. Dana rupiah yang diperoleh pada tanggal 6 September 2012 dipergunakan untuk melakukan setelmen Obligasi Negara tersebut.
b. nilai hedging untuk investasi paling banyak sebesar nilai realisasi investasi yang tercantum dalam dokumen pendukung;
c. nilai investasi yang dapat dilakukan hedging tidak termasuk future income yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaan dari investasi dimaksud; Future income antara lain capital gain, dividen, kupon dan bunga.
d. jangka waktu hedging paling singkat 1 (satu) minggu yang dihitung berdasarkan tanggal dimulainya transaksi hedging sampai dengan tanggal valuta hedging, dan paling lama sama dengan jangka waktu investasi; dan
e. transaksi hedging dilengkapi dengan dokumen hedging dan dokumen investasi yang bersangkutan.
(4) Dalam hal terdapat penghasilan dari investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang jumlah dan waktu penerimaannya dapat dipastikan, dapat dilakukan hedging dengan ketentuan sebagai berikut: a. hedging hanya dapat dilakukan melalui transaksi outright forward jual
valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing; b. penghasilan dari investasi meliputi penghasilan yang telah diterima
maupun yang akan diterima;
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
31
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/22/DPM 2012 Angka 1.6.b
Penghasilan dari investasi yang telah diterima maupun yang akan diterima antara lain dividen, kupon dan bunga.
c. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang telah diterima oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan sebanyak 1 (satu) kali transaksi dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu;
d. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang akan diterima oleh Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu dan jangka waktu paling lama sama dengan jangka waktu penerimaan penghasilan;
e. nilai transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi sebagaimana dimaksud pada huruf b paling banyak sebesar nilai penghasilan dari investasi yang tercantum dalam dokumen pendukung; dan
f. transaksi outright forward jual valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Hedging atas penghasilan dari investasi, diatur sebagai berikut: 1. dana rupiah yang telah diterima oleh Pihak Asing;
Contoh: Pihak Asing menerima dana rupiah yang berasal dari kupon Obligasi Pemerintah pada tanggal 25 September 2012 sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan repatriasi atas dana rupiah tersebut melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi dilakukan pada tanggal 26 September 2012 dengan tanggal valuta paling singkat 3 Oktober 2012.
2. dalam hal dana rupiah belum diterima oleh Pihak Asing, harus terdapat kepastian atas jumlah dana rupiah yang akan diterima dan waktu penerimaan oleh Pihak Asing yang dibuktikan dengan dokumen pendukung; Contoh: Pihak Asing melakukan Penyertaan Langsung dalam PT. MNO yang bergerak pada usaha pertambangan di Indonesia. Sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 2 Agustus 2012, dividen akan dibagikan kepada Pihak Asing yang bersangkutan pada tanggal 10 Agustus 2012 sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Berdasarkan dokumen hasil RUPS tersebut, Pihak Asing dapat melakukan repatriasi atas dana rupiah dari dividen yang akan diterima. Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing untuk melakukan repatriasi melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu. Dalam hal ini, transaksi dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan tanggal valuta 10 Agustus 2012.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
32
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (5) SE 14/22/DPM 2012 No. 4.9
(5) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional dan/atau perdagangan dalam negeri diatur sebagai berikut: Contoh: Eksportir akan menerima pembayaran dalam waktu 2 (dua) bulan ke depan. Dalam hal ini, eksportir dapat melakukan hedging dengan jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan atau eksportir melakukan hedging dengan jangka waktu kurang dari 2 (dua) bulan, namun dengan tanggal jatuh waktu yang sama dengan tanggal jatuh waktu penerimaan pembayaran. a. jangka waktu hedging paling lama sesuai dengan jangka waktu
kebutuhan pembayaran importir dan/atau penerimaan pembayaran eksportir;
b. jatuh waktu hedging paling lama sama dengan jatuh waktu pembayaran importir dan/atau penerimaan pembayaran eksportir;
c. nilai hedging paling banyak sebesar nilai ekspor/impor perdagangan internasional dan/atau perdagangan dalam negeri yang tercantum dalam dokumen pendukung; dan
d. dilengkapi dengan dokumen hedging dan dokumen ekspor/impor perdagangan internasional dan/atau perdagangan dalam negeri yang bersangkutan. Dokumen pendukung atas hedging untuk kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional, diatur sebagai berikut: a. Dokumen bersifat final. b. Dokumen yang memuat informasi paling kurang mengenai nilai
ekspor/impor perdagangan internasional, identitas eksportir/importir, dan term of payment.
c. Dokumen pendukung antara lain berupa wesel, invoice, Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Pemberitahuan Impor Barang (PIB), Bill of Lading (B/L), dokumen Letter of Credit (L/C), dokumen Non L/C dan/atau surat kesanggupan membayar yang dibuat oleh importir.
d. Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut: 1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik
nasabah yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional sebagaimana diatur pada huruf a sampai dengan huruf c;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak Asing (bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat pernyataan dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying untuk transaksi cover hedging tersebut telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Paragraf 26 ayat (6).
e. Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing yang bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup:
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
33
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/22/DPM 2012 No. 5.10
1) nama dan identitas Pihak Asing; 2) nama Bank; 3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing
dengan Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan 4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas
underlying tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi Derivatif lainnya baik dengan Bank yang sama maupun dengan Bank lain.
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender.
Dokumen pendukung atas hedging untuk kegiatan perdagangan dalam negeri diatur sebagai berikut: a. Dokumen bersifat final b. Dokumen yang memuat informasi paling kurang mengenai nilai
perdagangan dalam negeri, identitas buyer/seller dan term of payment
(1) Dokumen pendukung antara lain berupa wesel, invoice, B/L antar pulau, dokumen Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) dan/atau surat kesanggupan membayar yang dibuat oleh buyer.
(2) Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut: 1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik
nasabah yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti kegiatan perdagangan dalam negeri sebagaimana diatur pada huruf a sampai dengan huruf c;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak Asing (bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat pernyataan dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying untuk transaksi cover hedging tersebut telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Paragraf 26 ayat (6).
(3) Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing yang bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup: 1) nama dan identitas Pihak Asing; 2) nama Bank; 3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing
dengan Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan 4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas
underlying tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi Derivatif lainnya baik dengan Bank yang sama maupun dengan Bank lain.
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender.
Hedging atas kegiatan ekspor/impor perdagangan internasional harus memiliki jangka waktu paling lama sesuai dengan jangka waktu kebutuhan pembayaran importir dan/atau penerimaan pembayaran eksportir.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
34
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/22/DPM 2012 No. 1.6.c – 1.6.d Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (6) SE 14/22/DPM 2012 No. 1.6.e
Contoh: Pihak Asing yang merupakan importir di Indonesia mempunyai kewajiban pembayaran impor sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta US Dollar) yang jatuh waktu pada tanggal 14 September 2012 dan berencana melakukan hedging atas kewajiban pembayaran impor. Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas kewajiban pembayaran tersebut melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta US Dollar) pada tanggal transaksi 11 September 2012 dengan tanggal valuta 14 September 2012. Hedging atas kegiatan perdagangan dalam negeri harus memiliki jangka waktu paling lama sesuai dengan jangka waktu kebutuhan pembayaran kewajiban dan/atau penerimaan tagihan. Contoh: Pihak Asing mempunyai kewajiban pembayaran invoice dalam rangka kegiatan perdagangan antar pulau di Indonesia sebesar USD15,000,000.00 (lima belas juta US Dollar) yang jatuh waktu pada tanggal 7 September 2012 dan berencana melakukan hedging atas kewajiban pembayaran invoice. Bank dapat memenuhi kebutuhan hedging Pihak Asing atas kewajiban pembayaran tersebut melalui transaksi outright forward jual USD/IDR Bank kepada Pihak Asing sebesar USD15,000,000.00 (lima belas juta US Dollar) pada tanggal transaksi 3 September 2012 dengan tanggal valuta 7 September 2012.
(6) Hedging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank. Yang dimaksud dengan cover hedging adalah apabila Bank melakukan hedging kepada Pihak Asing (bank di luar negeri) atas hedging yang telah dilakukan nasabah Bank kepada Bank yang bersangkutan dengan underlying yang dimiliki oleh nasabah Bank dimaksud. Hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank, diatur sebagai berikut: 1. Bank dapat melakukan hedging kepada Pihak Asing (bank di luar
negeri) atas hedging yang telah dilakukan nasabah Bank kepada Bank yang bersangkutan dengan underlying yang dimiliki oleh nasabah Bank dimaksud;
2. Contoh cover hedging Bank kepada Pihak Asing atas hedging nasabah: PT. ABC memiliki kewajiban valuta asing terkait dengan transaksi impor perdagangan internasional yang akan jatuh waktu 1 (satu) minggu ke depan. Perusahaan tersebut melakukan hedging melalui transaksi outright forward beli USD/IDR kepada Bank X dengan jangka waktu 1 (satu) minggu. Bank X dapat melakukan cover hedging dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu kepada Pihak Asing (bank di luar negeri) berdasarkan hedging yang dilakukan PT. ABC sepanjang underlying kewajiban valuta asing tersebut masih memiliki sisa jangka waktu 1 (satu) minggu.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
35
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 12 14/10/PBI/2012 Ayat (7) dan (8) SE 14/22/DPM 2012 No. 1.6.f
3. Contoh cover hedging Bank kepada Pihak Asing atas cover hedging Bank lain: PT. DEF memiliki kewajiban valuta asing terkait dengan transaksi impor perdagangan internasional yang akan jatuh waktu 1 (satu) bulan ke depan pada tanggal 28 September 2012. Perusahaan tersebut melakukan hedging melalui transaksi outright forward beli USD/IDR kepada Bank Y di dalam negeri dengan tanggal transaksi 3 September 2012 dan tanggal valuta 28 September 2012. Selanjutnya Bank Y melakukan cover hedging kepada Bank Z di dalam negeri dengan tanggal transaksi 10 September 2012 dan tanggal valuta 28 September 2012. Karena keterbatasan credit limit di dalam negeri maka Bank Z di dalam negeri melakukan cover hedging kepada Pihak Asing (bank di luar negeri) dengan tanggal transaksi 1 September 2012 dan tanggal valuta 28 September 2012 berdasarkan hedging yang dilakukan PT. DEF dengan Bank Y.
(7) Persyaratan hedging dengan jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi.
(8) Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan “transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing” adalah transaksi forward yang bukan berasal dari transaksi swap atau transaksi derivative lainnya. a. jangka waktu outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank
dengan Pihak Asing sama dengan jangka waktu setelmen kegiatan investasi;
b. tanggal dimulainya transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing maupun berakhirnya transaksi outright forward beli dimaksud sama dengan tanggal dimulainya dan berakhirnya setelmen kegiatan investasi; dan
c. dilengkapi dengan dokumen pendukung setelmen kegiatan investasi yang bersangkutan.
Transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi diatur sebagai berikut: 1) Tanggal transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah
Bank dengan Pihak Asing sama dengan tanggal transaksi pembelian investasi oleh Pihak Asing;
2) Tanggal valuta outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing sama dengan tanggal setelmen pembelian investasi oleh Pihak Asing; 3) contoh transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen pembelian saham:
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
36
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/22/DPM 2012 No. 3.8
3) Pihak Asing (global broker, atau global custody, atau pemodal asing) melakukan transaksi pembelian saham pada tanggal 27 Agustus 2012 untuk setelmen saham pada tanggal 30 Agustus 2012. Pihak Asing membutuhkan dana rupiah dalam rangka setelmen transaksi pembelian saham tersebut. Dalam hal ini, Bank dapat memenuhi kebutuhan Pihak Asing dengan melakukan transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank kepada Pihak Asing pada tanggal transaksi 27 Agustus 2012 untuk jatuh waktu pada tanggal 30 Agustus 2012.
(9) Dokumen pendukung dalam pengecualian pembatasan Transaksi Derivatif
valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan untuk keperluan lindung nilai (hedging), diatur sebagai berikut: a. Dokumen kegiatan investasi bersifat final. b. Dokumen kegiatan investasi memuat informasi paling sedikit nilai
investasi, identitas investor, dan term of payment. c. Dalam hal hedging untuk investasi berupa Penyertaan Langsung,
dokumen pendukung antara lain berupa: 1) bukti Penyertaan Langsung yang didalamnya tercantum nilai
nominal, identitas penyetor, identitas pihak penerima Penyertaan Langsung;
2) bukti pencairan aset; dan/atau 3) bukti setoran.
d. Dalam hal hedging untuk investasi berupa pemberian Kredit, dokumen pendukung antara lain berupa: 1) bukti perjanjian Kredit; 2) bukti outstanding Kredit; 3) bukti realisasi pembayaran/penarikan Kredit; dan/atau 4) bukti pengembalian Kredit.
e. Dalam hal hedging untuk investasi berupa pembelian Surat Berharga diatur sebagai berikut: 1) Dokumen pendukung berupa bukti pembelian Surat Berharga oleh
Pihak Asing berupa SWIFT message yang berfungsi sebagai receive versus payment dan statement of holdings; dan/atau
2) Bagi nasabah yang tidak berlangganan SWIFT dapat menggunakan dokumen pengganti berupa laporan rekapitulasi kepemilikan Surat Berharga yang diterbitkan bank kustodian yang bersangkutan, untuk bukti kepemilikan Surat Berharga dimaksud.
3) Di dalam laporan rekapitulasi tersebut harus tercantum tanggal yang membuktikan bahwa pada saat dilakukan hedging sampai dengan jatuh waktu hedging, yang bersangkutan masih memiliki jumlah outstanding Surat Berharga yang nilainya paling sedikit sama dengan nilai hedging.
f. Dalam hal hedging untuk investasi yang masih dalam proses penyelesaian, dokumen pendukung berupa: 1) Bukti bahwa Pihak Asing yang bersangkutan tercatat sebagai
investor dari kegiatan investasi yang akan direalisasikan yang antara lain dapat berupa bukti masuk dalam short list;
2) Bukti pembayaran/setoran dana dalam rangka pemenuhan persyaratan kegiatan investasi dimaksud yang antara lain dapat berupa SWIFT message, invoice; dan/atau
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
37
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
3) Dokumen rencana investasi yang antara lain dapat berupa invoice, sale and purchase agreement.
g. Dalam hal hedging yang dilakukan oleh Bank dengan Pihak Asing dalam rangka cover hedging Bank diatur sebagai berikut: 1) untuk cover hedging nasabah Bank dengan underlying milik
nasabah yang bersangkutan, dokumen pendukung berupa bukti kegiatan investasi sebagaimana diatur pada huruf a sampai dengan huruf f;
2) untuk cover hedging Bank lain di dalam negeri kepada Pihak Asing (bank di luar negeri), dokumen pendukung berupa surat pernyataan dari Bank yang bersangkutan bahwa underlying untuk transaksi cover hedging tersebut telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Paragraf 26 ayat (6).
h. Dalam hal hedging dengan transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen kegiatan investasi oleh Pihak Asing, diatur sebagai berikut: 1) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah
Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen pembelian Surat Berharga, dokumen pendukung berupa: a) konfirmasi pembelian saham dan/atau Surat Berharga yang
disepakati oleh pembeli dan penjual, antara lain melalui sarana SWIFT message, pada saat tanggal transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing; dan
b) bukti pembelian saham dan/atau Surat Berharga berupa authenticated SWIFT message yang berfungsi sebagai bukti realisasi pembelian (receive versus payment), pada saat tanggal valuta transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing.
2) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka setelmen Penyertaan Langsung, dokumen pendukung antara lain berupa bukti Penyertaan Langsung, sale and purchase agreement, dan/atau invoice;
3) untuk transaksi outright forward beli valuta asing terhadap rupiah Bank dengan Pihak Asing dalam rangka pemberian Kredit, dokumen pendukung antara lain berupa bukti perjanjian Kredit, bukti outstanding Kredit, dan/atau bukti realisasi pembayaran/penarikan Kredit.
i. Dalam hal hedging yang dilakukan Pihak Asing atas penghasilan dari investasi yang jumlah dan waktu penerimaannya dapat dipastikan, diatur sebagai berikut: 1) untuk dana rupiah yang telah diterima oleh Pihak Asing, dokumen
pendukung antara lain berupa bukti penerimaan penghasilan dari investasi, seperti kupon, bunga dan dividen;
2) untuk dana rupiah yang akan diterima oleh Pihak Asing, dokumen pendukung antara lain berupa notarial risalah RUPS yang mempunyai kekuatan hukum, bukti perjanjian Kredit, bukti kesanggupan pembayaran atas penghasilan investasi yang akan diterima Pihak Asing dari debitur.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
38
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
j. Transaksi Derivatif dalam rangka hedging yang dilakukan oleh Pihak Asing, disertai dengan dokumen pendukung berupa surat pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing yang bersangkutan, yang isinya paling kurang mencakup: 1) nama dan identitas Pihak Asing; 2) nama Bank; 3) nilai nominal Transaksi Derivatif yang dilakukan Pihak Asing dengan
Bank dalam rangka hedging atas suatu underlying; dan 4) pernyataan tertulis dari Pihak Asing bahwa hedging atas underlying
tidak digunakan sebagai underlying bagi Transaksi Derivatif lainnya baik dengan Bank yang sama maupun dengan Bank lain.
Surat Pernyataan dimaksud disampaikan oleh Pihak Asing pada saat dilakukan hedging dan berlaku untuk 1 (satu) tahun kalender. Contoh: Apabila Pihak Asing melakukan transaksi hedging pada tanggal 6 Agustus 2012 maka Pihak Asing yang bersangkutan wajib menyampaikan surat pernyataan yang bersifat authenticated yang dibuat oleh Pihak Asing yang bersangkutan pada tanggal 6 Agustus 2012 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2012. Apabila pada tanggal 7 Januari 2013 Pihak Asing tersebut akan melakukan transaksi hedging maka Pihak Asing dimaksud harus membuat surat pernyataan baru dan berlaku sampai tanggal 31 Desember 2013.
27 Pasal 14 7/14/PBI/2005
Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 23 sampai dengan Paragraf 26 berlaku pula terhadap transaksi sejenis berdasarkan Prinsip Syariah.
BAB VI Dokumen Pendukung
28 Pasal 15 7/14/PBI/2005 Ayat (1) SE 7/23/DPD 2005 No. 9 – 10 Pasal 15 7/14/PBI/2005 Ayat (2)
(1) Dokumen pendukung yang diperlukan dalam ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam ketentuan ini.
Dokumen pendukung untuk kegiatan ekspor barang dari Indonesia dan impor barang ke Indonesia yang menggunakan L/C antara lain berupa wesel, invoice, dan B/L. Dokumen pendukung untuk kegiatan perdagangan dalam negeri yang menggunakan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) antara lain berupa wesel, invoice, dan B/L antar pulau.
(2) Bank wajib menatausahakan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kepentingan pemeriksaan Bank Indonesia.
29 Pasal 16 7/14/PBI/2005
Bank wajib menyampaikan laporan Transaksi Derivatif sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 20 kepada Bank Indonesia secara akurat, benar, dan lengkap sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai pelaporan transaksi devisa. Laporan Transaksi Derivatif dimaksud wajib disampaikan oleh kantor pusat Bank atau kantor cabang bank asing di Indonesia yang merupakan laporan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
39
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 7/23/DPD 2005 No. 11
konsolidasi dari seluruh kantor operasionalnya di Indonesia. Bank wajib menyampaikan seluruh laporan Transaksi Derivatif kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang pelaporan transaksi devisa secara akurat, benar, dan lengkap. Dalam hal belum tersedia sistem pelaporan yang dapat mengakomodasi pelaporan posisi Transaksi Derivatif beli Bank dengan Pihak Asing, Bank wajib menyampaikan laporan secara tertulis dengan menggunakan format sebagimana lampiran 1 sampai dengan lampiran 4 dalam bentuk hardcopy.
BAB VII Sanksi 30 Pasal 17
14/10/PBI/2012 Ayat (1) dan (2) SE 14/22/DPM 2012 No. 6 Huruf b, d, dan e
(1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Paragraf 17 sampai dengan Paragraf 26 dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nominal transaksi yang dilanggar.
(2) Total kewajiban membayar untuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak sebesar Rp27.000.000.000,00 (dua puluh tujuh miliar rupiah) dalam 1 (satu) tahun kalender.
Perhitungan tahun kalender adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan.
(3) Sanksi diatur sebagai berikut : a. Besarnya sanksi kewajiban membayar dihitung per hari pelanggaran
selama jangka waktu transaksi yang dilanggar. b. Pengenaan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran dilakukan
dengan pendebetan rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
c. Contoh: 1) Jika Pihak Asing melakukan Transaksi Derivatif berjangka waktu 1
(satu) minggu dengan tanggal transaksi 12 Oktober 2012 dan tanggal valuta 19 Oktober 2012 sebesar USD10,000,000.00 (sepuluh juta US Dollar). Namun nilai underlying transaction hanya sebesar USD9,000,000.00 (sembilan juta US Dollar). Atas pelanggaran tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari USD1,000,000.00 (satu juta US Dollar), dikalikan 7 (tujuh) hari kalender.
2) Jika Pihak Asing melakukan Transaksi Derivatif berjangka waktu 1 (satu) minggu dengan tanggal transaksi 3 September 2012 dan tanggal valuta 10 September 2012 sebesar USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar). Namun Pihak Asing yang bersangkutan tidak memiliki underlying transaction. Atas pelanggaran tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar), dikalikan 7 (tujuh) hari kalender.
3) Bank melakukan pemberian cerukan intra-hari kepada Pihak Asing A sebanyak 3 (tiga) kali dengan nominal masing-masing sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) pada tanggal 4 September 2012, Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) pada tanggal 6 September 2012 dan Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
40
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pada tanggal 10 September 2012. Nilai pelanggaran yang diperhitungkan dari pelanggaran cerukan intra-hari ini adalah sebesar Rp65.000.000,00 (enam puluh lima juta rupiah), yaitu nilai kumulatif pelanggaran cerukan yang terjadi.
Selain itu, Bank juga melakukan transaksi outright forward jual
USD/IDR kepada Pihak Asing B sebesar USD5,000,000.00 (lima juta US Dollar) pada tanggal transaksi 17 September 2012 dengan tanggal valuta 24 September 2012. Namun Pihak Asing B yang bersangkutan tidak memiliki underlying transaction. Nilai pelanggaran Transaksi Derivatif tersebut adalah sebesar USD5,000,000.00 (lima juta US Dollar), dikalikan 7 (tujuh) hari kalender yaitu sebesar USD35,000,000.00 (tiga puluh lima juta US Dollar). Dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Transaksi Derivatif dilakukan adalah sebesar Rp9.400,00 (sembilan ribu empat ratus rupiah) per USD maka nilai pelanggaran Transaksi Derivatif dimaksud adalah sebesar Rp329.000.000.000,00 (tiga ratus dua puluh sembilan miliar rupiah).
Atas pelanggaran tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari Rp65.000.000,00 (enam puluh lima juta rupiah) ditambah 10% (sepuluh per seratus) dari Rp329.000.000.000,00 (tiga ratus dua puluh sembilan miliar rupiah) sehingga total sanksi kewajiban membayar adalah sebesar Rp32.906.500.000,00 (tiga puluh dua miliar sembilan ratus enam juta lima ratus ribu rupiah).
4) Jika ditemukan adanya pelanggaran hedging yang dilakukan Pihak
Asing sebesar USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) berjangka waktu 4 (empat) hari dimana transaksi dilakukan pada tanggal 10 September 2012 dengan tanggal valuta 14 September 2012. Di samping itu, pada transaksi hedging yang sama ditemukan bahwa yang memiliki underlying transaction hanya sebesar USD1,800,000.00 (satu juta delapan ratus ribu US Dollar).
Total nilai pelanggaran yang dilakukan Bank adalah sebesar USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) ditambah USD1,200,000.00 (satu juta dua ratus ribu US Dollar). Atas pelanggaran tersebut Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari USD3,000,000.00 (tiga juta US Dollar) dikalikan 4 (empat) hari kalender, ditambah 10% (sepuluh per seratus) dari USD1,200,000.00 (satu juta dua ratus ribu US Dollar) dikalikan 4 (empat) hari kalender
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah Kepada Bank Ketentuan Umum
31 Pasal 1 10/28/PBI/2008
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
41
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
2. Nasabah adalah : a. perorangan yang memiliki kewarganegaraan Indonesia; atau b. badan usaha selain Bank yang berbadan hukum Indonesia, berdomisili
di Indonesia, dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 3. Pihak Asing adalah :
a. warga negara asing; b. badan hukum asing atau lembaga asing lainnya c. warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
(permanent resident) negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia d. kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di
Indonesia; atau e. kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia. 4. Warga Negara Asing adalah orang yang memiliki kewarganegaraan selain
Indonesia, termasuk yang memiliki izin menetap atau izin tinggal di Indonesia.
5. Badan Hukum Asing atau lembaga asing lainnya adalah badan hukum atau lembaga asing yang didirikan di luar negeri .
6. Underlying transaksi adalah kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah.
Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank 32 Pasal 2
10/28/PBI/2008 Ayat (1) SE 10/42/DPD 2008 No. 1 – 2 SE 10/42/DPD 2008 No. 5
(1) Nasabah atau Pihak Asing dapat melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang tidak bersifat spekulatif. Pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank oleh Nasabah atau Pihak Asing sebagaimana dimaksud dalam angka 1, meliputi transaksi pembelian dalam denominasi seluruh valuta asing terhadap rupiah. Kegiatan spekulatif antara lain dapat berupa structured product yang diatur sebagai berikut: a. Yang dimaksud dengan structured product adalah produk yang
dikeluarkan oleh Bank yang merupakan kombinasi suatu asset dengan derivatif dari mata uang valuta asing terhadap mata uang rupiah, untuk tujuan mendapatkan tambahan income (return enhancement), yang dapat mendorong transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif, dan dapat menimbulkan ketidakstabilan nilai rupiah.
b. Pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak diperkenankan dilakukan dalam jumlah berapapun apabila pembelian tersebut atau potensi pembelian terkait dengan structured product. Contoh 1: Dual currency deposit. Dual Currency Deposit (DCD) merupakan deposito jangka pendek yang di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi konversi antara valuta asing dengan mata uang rupiah, yang bunganya dihubungkan dengan pergerakan kurs dari dua mata uang tersebut. Pada saat jatuh tempo, nasabah akan menerima pokok dan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
42
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
bunga dalam mata uang penempatan deposito atau dalam mata uang pasangannya, tergantung mana yang lebih lemah dibandingkan dengan kurs konversi yang disetujui.
Jumlah deposito: IDR 1 milyar
Mata uang deposito: IDR
Mata uang pasangan: USD
Tenor: 1 bulan
Bunga: 15% pa
Strike level: 11.000 Pada saat jatuh tempo, Nasabah akan menerima pokok dan bunga dalam mata uang yang lebih lemah.
Skenario 1: Jika Kurs spot < Skenario 2: jika Kurs spot ≥ strike: 11.000 strike: 11.000
Kurs Spot 10.000 12.000
Mata uang yang diterima
USD IDR
Jumlah yang diterima
IDR 1milyar + (IDR 1Milyar*15%*30/360) = IDR 1.0125milyar/12000 = USD101,250
IDR 1 milyar + (IDR 1Milyar *15%*30/360) = IDR 1.0125 milyar
Contoh 2: Callable forward. Callable forward adalah instrumen investasi yang dilakukan nasabah dengan melakukan kombinasi transaksi forward dan option, misalnya nasabah long forward and short call option, dengan harapan untuk memperoleh harga yang lebih baik dari harga pasar.
Nasabah melakukan kontrak forward dan option selama 3 bulan dengan Bank, dengan total 12 (dua belas) kontrak option, sejak 1 Desember 2008 sampai dengan 16 Februari 2009, dengan rincian sebagai berikut: o Volume: USD5.000.000 (lima juta US Dollar) o Kurs Spot Rate:
12.000 o Nasabah melakukan kontrak forward 3 bulan dengan cara
melakukan: buy call option : strike price = 12.300 Weekly exercise sell put option: strike price = 12.300
(1) Akibat dari pembelian valuta asing yang dilakukan melalui transaksi callable forward ini, Nasabah memperoleh keuntungan transaksi sebesar Rp19.500.000.000,00 ( sembilan belas miliar lima ratus juta rupiah) atau sekitar USD1.500.000 (satu juta lima ratus US Dollar), dari yang seharusnya hanya Rp3.500.000.000,00 (tiga miliar lima ratus juta rupiah) atau ekuivalen USD270.000 (dua ratus tujuh puluh ribu US Dollar), dengan rincian: o Rupiah terus mengalami pelemahan, dimana spot price
pada tgl 16 Februari 2009 mencapai Rp13.000 (tiga belas ribu rupiah) per USD
o Pada saat kurs melemah, yang terjadi adalah: a. Nasabah akan meng-exercise call option-nya sehingga
Nasabah dapat membeli diharga Rp12.300, namun
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
43
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
membiarkan put option-nya worthless, sehingga Nasabah menjual pada harga pasar.
b. Kurs konversi yang digunakan juga dapat berbeda-beda tergantung kesepakatan Nasabah dengan Bank.
Fixing #
Expiry Date
Spot Onshore
Strike*) Volume
Nasabah Buy to Bank (Rp
Juta)
Nasabah Sell to
Market (Rp
Juta)
Profit/ Loss (Rp
Juta)
1 1-Dec 12,000 12,300 USD 5 juta
61,500 60,000 (1,500)
2 8-Dec 12,100 12,300 USD 5 juta
61,500 60,500 (1,000)
3 15-Dec
12,500 12,300 USD 5 juta
61,500 62,500 1,000
4 22-Dec
12,550 12,300 USD 5 juta
61,500 62,750 1,250
… … … … … … … …
12 16-Feb
13000 12300 USD 5 juta
61,500 65,000 3,500
TOTAL 19,500
*) konversi dapat menggunakan strike price atau harga lain, tergantung kesepakatan.
Contoh 3: Callable forward.
Nasabah PT X akan menerima export proceed dalam US Dollar, dan bermaksud untuk menjual US Dollar tersebut secara mingguan dalam 1 tahun ke depan (Total kontrak sebanyak 52 kontrak), melalui transaksi callable forward dengan harapan memperoleh rate yang lebih baik dari market rate, dengan rincian sebagai berikut: Deal date : 1 Desember 2008 Tenor : 1 tahun – jatuh tempo tanggal 1 Desember 2009 Spot rate : 12.000 Callable forward rate 1 year: 13.000 = strike price
Dalam transaksi callable forward, PT X melakukan ”Sell call” dengan nominal USD1.000.000 (satu juta US Dollar), dan melakukan ”Buy put” dengan nominal USD1.000.000 (satu juta US Dollar).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
44
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 2 10/28/PBI/2008 Ayat (2) SE 14/11/DPM 2012 No. 1.2 a
SE 10/42/DPD 2008 No. 3
Pasal 2 10/28/PBI/2008 Ayat (3)
SE 15/3/DPM 2013 No. 1.4.a
Fixing #
Expiry Date
Spot Onshore
Strike*) Nominal Transaksi
PT X Buy to Market
(Rp Juta)
PT X Sell to Bank (Rp
Juta)
Profit/ Loss (Rp
Juta)
1 1-Dec 12,000 13,000 USD 1 Juta
12,000 13,000 1,000
2 8-Dec 12,100 13,000 USD 1 Juta
12,100 13,000 900
3 15-Dec
12,500 13,000 USD 1 Juta
12,500 13,000 500
4 22-Dec
12,550 13,000 USD 1 Juta
12,550 13,000 450
5 29-Dec
12,600 13,000 USD 1 Juta
12,600 13,000 400
… dst
… dst
… dst
… dst
… dst
… dst
… dst
… dst
(2) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat dilakukan untuk jenis valuta asing yang sama dengan yang tercantum dalam dokumen underlying, kecuali untuk valuta asing yang likuiditasnya tidak tersedia di pasar keuangan domestik.
Untuk pembelian valuta asing selain US Dollar terhadap rupiah menggunakan perhitungan kurs pasar sebagaimana yang lazim dilakukan di pasar valuta asing (misalnya: kurs Reuters atau Bloomberg) pada saat transaksi dilakukan, yaitu menggunakan kurs tengah ([kurs beli + kurs jual] / 2).
(3) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing
kepada Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan paling banyak sebesar nominal underlying transaksinya. a. Untuk Nasabah perorangan, jenis underlying transaksi antara lain dapat
berupa: 1) Kegiatan impor barang dan jasa; 2) Pembayaran jasa, seperti:
a. Biaya sekolah di luar negeri; b. Biaya berobat ke luar negeri; c. Biaya perjalanan luar negeri untuk keperluan haji, perjalanan
ibadah/wisata rohani, atau wisata lainnya; d. Pembayaran atas penggunaan jasa konsultan luar negeri; e. Pembayaran yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja
asing di Indonesia
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
45
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/33/DPM 2013 No. 1.4.a.7) SE 15/3/DPM 2013 No. 1.4.b – c
3) Pembayaran utang dalam valuta asing; 4) Pembayaran atas pembelian aset di luar negeri; 5) Kegiatan usaha jual beli uang kertas asing (UKA) oleh pedagang
valuta asing (PVA) Bank dan PVA bukan Bank yang memiliki ijin dari Bank Indonesia yang masih berlaku untuk memenuhi kebutuhan nasabah PVA, dengan ketentuan : a) Bank dapat memenuhi kebutuhan pembelian valuta asing
terhadap rupiah yang dilakukan PVA hanya dalam bentuk UKA; b) Penyerahan UKA dalam penyelesaian transaksi pembelian
valuta asing terhadap rupiah dari Bank kepadan PVA harus dilakukan secara fisik;
c) Penyerahan dana rupiah dalam penyelesaian transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah dapat dilakukan melalui pemindahbukuan rekening.
6) Kegiatan usaha travel agent; 7) Kegiatan ekspor barang dan jasa.
b. Nasabah yang merupakan penyelenggara transfer dana tunduk pada pengaturan pembelian valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan oleh Nasabah yang bukan merupakan PVA.
c. Untuk Pihak Asing, underlying transaksi antara lain dapat berupa pencaraian asset atau investasi dalam rupiah yang dimiliki, termasuk repatriasi modal; pengembalian kredit oleh debitur; dan penghasilan dari investasinya, seperti capital gain, kupon, bunga dan dividen.
33 Pasal 3 10/28/PBI/2008 Ayat (1) SE 14/11/DPM 2012 No. 3.6 Pasal 3 10/28/PBI/2008 Ayat (2) SE 15/3/DPM 2013
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah meliputi transaksi spot, transaksi forward, dan transaksi derivatif lainnya. Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi today dan tomorrow. Pengertian transaksi derivatif lainnya termasuk namun tidak terbatas pada transaksi options.
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah yang meliputi transaksi spot, transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya diatur sebagai berikut: a. Termasuk dalam pengertian transaksi spot adalah transaksi dengan
valuta today dan valuta tomorrow, yang dilakukan melalui transaksi bank notes, transfer dari rekening rupiah ke rekening valuta asing, transaksi melalui kartu kredit, transaksi melalui sistem electronic banking, atau transaksi melalui sistem phone banking.
b. Transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya meliputi namun tidak terbatas pada transaksi swap dan option.
(2) Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah
kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah, Nasabah wajib melampirkan dokumen sebagai berikut: a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan;
Dokumen yang dipersyaratkan dilampirkan pada setiap transaksi
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
46
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
No. 2.7.b SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.1) SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.2) SE 15/33/DPM 2013 No. 2 a)
berdasarkan tanggal transaksi. Dalam hal dokumen yang dipersyaratkan tidak dapat dilampirkan pada tanggal transaksi maka dokumen dapat disampaikan paling lambat pada tanggal valuta transaksi yang bersangkutan dengan mencantumkan tanggal transaksi. Untuk Nasabah: 1) Untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah yang
memiliki kriteria: a) pembelian valuta asing terhadap rupiah dilakukan secara
reguler dengan jumlah pembelian yang relative tetap dari waktu ke waktu;
b) pembelian valuta asing terhadap rupiah dilakukan secara bertahap untuk tujuan pembayaran kewajiban valuta asing dengan total jumlah pembelian paling banyak sebesar jumlah kebutuhan valuta asing yang tercantum dalam dokumen underlying; dan
c) Nasabah telah dikenal baik oleh Bank dan Bank memiliki track record Nasabah yang bersangkutan, Nasabah melampirkan dokumen yang dipersyaratkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kalender atau jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah telah mencapai jumlah sebesar nominal underlying sebagaimana dimaksud dalam butir 4.a., yang mana lebih dahulu terjadi.
2) Dokumen underlying transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain berupa bukti dokumen yang terkait dengan jenis underlying sebagaimana butir 4.a.: a) Untuk kegiatan impor barang dan jasa, dokumen antara lain
berupa fotokopi Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, Letter of Credit (L/C), invoice dengan masa berlaku paling lama 6 (enam) bulan setelah tanggal penerbitan invoice atau sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau list of invoices; (1) Dokumen underlying berupa list of invoices diatur sebagai
berikut: (a) list of invoices ditandatangani oleh pihak berwenang
dari Nasabah; dan (b) penyerahan list of invoices oleh Nasabah disertakan
dengan invoices asli untuk kepentingan verifikasi oleh Bank dan untuk selanjutnya invoices asli tersebut dapat ditatausahakan oleh Nasabah;
(2) Dokumen underlying berupa proforma invoice diatur sebagai berikut: (a) proforma invoice bersifat tetap dan final, dan menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan invoice final;
(b) jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah dengan dasar dokumen proforma invoice paling banyak sebesar jumlah yang tercantum dalam proforma invoice;
(c) jumlah pembelian valuta asing terhadap rupiah
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
47
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.2)b)–c) SE 15/33/DPM 2013 No. 3 d) SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.2)e)–f)
maksimal yang tercantum dalam invoice final, dan sudah termasuk jumlah yang tercantum dalam proforma invoice.
(3) Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyediakan invoices asli sewaktu-waktu untuk kepentingan pemeriksaan Bank (post audit).
b) Untuk pembayaran jasa, dokumen diatur sebagai berikut: (1) Untuk biaya sekolah di luar negeri, dokumen antara lain
berupa perkiraan kebutuhan biaya sekolah dan biaya hidup di luar negeri;
(2) Untuk biaya berobat ke luar negeri, dokumen antara lain berupa perkiraan kebutuhan biaya berobat dan akomodasi;
(3) Untuk biaya perjalanan luar negeri, untuk keperluan haji, perjalanan rohani/wisata rohani, atau wisata lainnya, dokumen antara lain berupa perkiraan kebutuhan biaya perjalanan dan akomodasi;
(4) Untuk pembayaran atas penggunaan jasa konsultan luar negeri, dokumen antara lain berupa fotokopi kontrak jasa konsultan;
(5) Untuk pembayaran yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia, dokumen antara lain berupa fotokopi surat perjanjian kerja antara tenaga kerja asing yang bersangkutan dengan badan usaha.
c) Untuk pembayaran utang valuta asing yang berasal dari kreditur dalam negeri atau kreditur luar negeri, dokumen antara lain berupa fotokopi surat perjanjian kredit (loan agreement), atau dokumen utang terkait lainnya;
d) Untuk pembayaran atas pembelian aset di luar negeri, dokumen antara lain berupa proforma invoice, invoices atas pembelian aset di luar negeri;
e) Untuk kegiatan usaha PVA Bank dan PVA bukan Bank yang memiliki ijin dari Bank Indonesia yang masih berlaku, dokumen antara lain berupa : (1) Fotokopi surat ijin usaha PVA dari Bank Indonesia yang
masih berlaku; (2) Surat pernyataan bermaterai cukup yang ditandatangani
pihak berwenang PVA yang berisi informasi mengenai kebenaran dokumen underlying dan informasi bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan di Indonesia;
(3) Surat permohonan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank dengan contoh surat sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 5 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini, yang berisi informasi mengenai jumlah kebutuhan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank dengan ketentuan sebagai berikut: (a) Jumlah kebutuhan pembelian valuta asing terhadap
rupiah dihitung berdasarkan besarnya selisih antara
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
48
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
total penjualan valuta asing dengan total pembelian valuta asing (net jual) PVA kepada nasabah selama 1 (satu) bulan terakhir dari bulan dilakukannya pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh PVA kepada Bank; Contoh: Tanggal 7 Mei 2013 PVA ”XYZ” melakukan pembelian valuta asing kepada Bank ”ABC” sebesar USD300,000.00 (tiga ratus ribu US Dollar) dengan menggunakan dokumen underlying berupa data net jual PVA ”XYZ” kepada nasabah bulan April 2013 sebesar USD 559,000.00 (lima ratus lima puluh Sembilan ribu US Dollar). Tanggal 23 Mei 2013 PVA ”XYZ” melakukan pembelian valuta asing lagi kepada Bank ”ABC” sebesar USD150,000.00 (seratus lima puluh ribu US Dollar) dengan tetap menggunakan dokumen underlying berupa data net jual PVA ”XYZ” kepada nasabah bulan April 2013 sebesar USD 559,000.00 (lima ratus lima puluh sembilan ribu US Dollar).
Sampai dengan akhir bulan Mei 2013, PVA ”XYZ” masih dapat melakukan pembelian valuta asing kepada Bank sepanjang tidak melampaui sisa plafon dokumen underlying berupa data net jual PVA ”XYZ” kepada nasabah pada bulan April 2013, yaitu sebesar USD109,000.00 (seratus sembilan ribu US Dollar).
(b) Perhitungan net jual sebagaimana dimaksud pada huruf (a) di atas, tidak memperhitungkan transaksi jual beli UKA PVA dengan Bank dan/atau PVA lainnya;
(c) Perhitungan net jual sebagaimana dimaksud pada huruf (a) di atas, dilengkapi dengan dokumen berupa fotokopi data rekapitulasi transaksi jual beli harian PVA dengan nasabah selama 1 (satu) bulan terakhir;
(d) Dalam hal terdapat pembelian valuta asing oleh nasabah PVA kepada PVA dengan nilai nominal melebihi USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen selama 1 (satu) bulan terakhir, surat permohonan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank dilengkapi dengan dokumen underlying transaksi dari nasabah PVA atas pembelian valuta asing nasabah tersebut kepada PVA dan disertai fotokopi identitas nasabah;
(e) Dokumen underlying transaksi dari nasabah PVA atas pembelian valuta asing yang dilakukan nasabah PVA kepada PVA sebagaimana pada huruf (d) antara lain sebagaimana dimaksud dalam butir 7.c.2).a), butir 7.c.2).b), butir 7.c.2).c), butir 7.c.2).d), dan/ atau butir 7.c.2).f).
Contoh perhitungan jumlah kebutuhan pembelian valuta
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
49
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 15/33/DPM 2013 No. 4 g) SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.3) Pasal 3 10/28/PBI/2008 Ayat (2) b SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.4) Pasal 3 10/28/PBI/2008 Ayat (2) c SE 15/3/DPM 2013 No. 2.7.c.5)
asing terhadap rupiah oleh PVA kepada Bank sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 6 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini;
f) Untuk kegiatan usaha travel agent, dokumen antara lain berupa
proyeksi cashflow berdasarkan kebutuhan pengguna jasa travel agent dan cadangan yang dibutuhkan;
g) Untuk kegiatan ekspor barang dan jasa, diatur sebagai berikut:
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah melakukan penjualan valuta asing atas hasil ekspor.
(2) Valuta asing yang dibeli eksportir sebagaimana dimaksud pada angka (1) dapat digunakan antara lain untuk penempatan pada simpanan dalam valuta asing.
(3) Dokumen untuk kegiatan ekspor barang dan jasa antara lain berupa dokumen penjualan valuta asing terhadap rupiah yang berasal dari penjualan valuta asing hasil ekspor.
(4) Masa berlaku dokumen penjualan valuta asing yang dapat digunakan sebagai underlying paling lama 6 (enam) bulan setelah tanggal penerbitan dokumen penjualan valuta asing.
(5) Nilai pembelian valuta asing terhadap rupiah maksimal sebesar nilai penjualan valuta asing yang tercantum di dalam dokumen penjualan valuta asing terhadap rupiah.
3) Penilaian atas kewajaran atau kelaziman nilai nominal underlying
yang diajukan oleh Nasabah, dilakukan oleh Bank.
b. fotokopi dokumen identitas Nasabah dan fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
Fotokopi dokumen identitas Nasabah meliputi fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM), dan NPWP perorangan untuk Nasabah perorangan; atau fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang dan fotokopi NPWP badan usaha untuk Nasabah badan usaha bukan Bank.
c. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak
yang berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam system perbankan di Indonesia. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh Nasabah yang bersangkutan untuk Nasabah perorangan, atau pihak yang berwenang dari Nasabah badan usaha bukan Bank, mengenai informasi kebenaran dokumen underlying dan informasi bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
50
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam system perbankan di Indonesia.
34 Pasal 4 10/28/PBI/2008 Ayat (1) SE 14/11/DPM 2012 No. 5.8.a Pasal 4 10/28/PBI/2008 Ayat (2) a SE 15/33/DPM 2013 No. 5.9.b SE 10/42/DPD 2008 No. 9.c Pasal 4 10/28/PBI/2008 Ayat (2) b
(1) Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Pihak Asing meliputi transaksi spot outright. Transaksi forward dan transaksi derivatif lainnya diatur dalam ketentuan yang mengatur mengenai pembatasan transaksi rupiah dan pemberian kredit valuta asing oleh Bank.
Termasuk dalam pengertian transaksi spot outright adalah transaksi today dan tomorrow, tidak termasuk transaksi derivatif dengan kombinasi transaksi spot. yang dilakukan melalui transaksi bank notes, transfer dari rekening rupiah ke rekening valuta asing, transaksi melalui system electronic banking, atau transaksi melalui system phone banking.
(2) Apabila Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing, Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai berikut: a. dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan; dan
Dalam hal underlying adalah surat berharga, maka nilai nominal underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah adalah sebesar nilai surat berharga ditambah kupon, capital gain, dan penerimaan terkait lainnya. Dalam hal underlying adalah pemberian kredit, maka nilai nominal underlying yang digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah adalah sebesar nilai pokok ditambah bunga dan penerimaan terkait lainnya. Dalam hal Pihak Asing melakukan repatriasi maka berlaku ketentuan yang mengatur mengenai penanaman modal.
a. Dokumen yang dipersyaratkan wajib dilampirkan pada setiap
transaksi berdasarkan tanggal transaksi. Dalam hal dokumen yang dipersyaratkan tidak dapat dilampirkan pada tanggal transaksi maka dokumen dapat disampaikan paling lambat pada tanggal valuta transaksi yang bersangkutan dengan mencantumkan tanggal transaksi.
b. Dokumen underlying transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan
antara lain meliputi bukti dokumen yang terkait dengan jenis underlying, dan penilaian oleh Bank atas kewajaran atau kelaziman nilai nominal underlying yang diajukan.
b. pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak
yang berwenang dari Pihak Asing atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
51
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 10/42/DPD 2008 No. 9.d – f SE 10/42/DPD 2008 No. 10
banyak sebesar nominal underlying dalam system perbankan di Indonesia, Pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang dari Pihak Asing yang bersangkutan. Dalam hal Pihak Asing tidak dapat menyediakan dokumen pernyataan bermaterai, Pihak Asing wajib menyediakan pernyataan authenticated yang berisi informasi mengenai kebenaran dokumen underlying dan informasi bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan di Indonesia antara lain berupa SWIFT message, tested telex, tested fax, Reuters Monitoring Dealing System (RMDS), atau dokumen yang ditandatangani dan disampaikan secara elektronik kepada Bank. Khusus untuk Bank yang melakukan fungsi kustodian, pernyataan tertulis yang disampaikan oleh Pihak Asing untuk transaksi yang dilakukan sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) dan diatas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing, dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun kalender. Bank yang melakukan fungsi kustodian bertanggungjawab terhadap penatausahaan dan kelengkapan dokumen underlying dan pernyataan tertulis tersebut.
(3) Dalam hal Nasabah atau Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing
terhadap rupiah sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) secara berangsur dan mencapai nilai di atas USD100.000 (seratus ribu US Dollar) dalam satu bulan yang sama, maka dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam Paragraf 33 ayat (2) dan Paragraf 34 ayat (2), wajib dilampirkan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah yang melebihi USD100.000 (seratus ribu US Dollar).
Contoh : Apabila pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US Dollar). Kemudian pada tanggal 12 Desember 2008 Nasabah yang sama melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar). Selanjutnya pada tanggal 19 Desember 2008 Nasabah kembali melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah sebesar USD60.000 (enam puluh ribu US Dollar), maka pada tanggal 19 Desember 2008 pembelian telah melampaui USD 100.000 (seratus ribu US Dollar). Nasabah wajib menyediakan dokumen lengkap sebagaimana yang dipersyaratkan untuk pembelian yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 2008.
35 Pasal 5 10/28/PBI/2008
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tanpa underlying hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
52
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 10/42/DPD 2008 No. 11
Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tersebut dihitung secara gross dan bersifat kumulatif. Contoh 1: Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah A yang melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) kepada Bank X dan pada tanggal yang sama Nasabah tersebut juga melakukan penjualan valas terhadap rupiah sebesar USD25.000 (dua puluh lima ribu US Dollar), maka perhitungan jumlah pembelian valas yang telah dilakukan oleh Nasabah A pada Bank X adalah USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar). Contoh 2: Apabila pada tanggal 3 Desember 2008 terdapat Nasabah X melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD30.000 (tiga puluh ribu US Dollar) kepada Bank A, kemudian pada tanggal 5 Desember 2008 Nasabah X melakukan pembelian valas terhadap rupiah sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) kepada Bank B, maka pembelian valas Nasabah X pada bulan Desember 2008 adalah sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar). Pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tanpa underlying yang hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing diatur sebagai berikut : a. Perhitungan satu bulan didasarkan pada bulan kalender, yaitu sejak tanggal
permulaan bulan kalender sampai dengan tanggal berakhirnya bulan kalender. Contoh : Jika pada bulan Januari 2009 Nasabah hanya melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah tanpa underlying satu kali pada tanggal 25 Januari 2009 sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar), maka hal tersebut diperhitungkan sebagai maksimum jumlah yang telah digunakan dalam bulan Januari 2009. Nasabah dapat kembali menggunakan jumlah maksimum ekuivalen USD100.000 (seratus ribu US Dollar) tersebut selama periode Februari 2009.
b. Perhitungan nominal transaksi didasarkan pada tanggal transaksi. Contoh : Pada tanggal 9 Desember 2008, Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah melalui transaksi spot beli sebesar USD40.000 (empat puluh ribu US Dollar). Kemudian Nasabah melakukan transaksi forward beli valuta asing terhadap rupiah pada tanggal 18 Desember 2008 sebesar USD50.000 (lima puluh ribu US Dollar) yang jatuh tempo tanggal 18 Februari 2009. Perhitungan transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah sampai dengan 18 Desember 2008 adalah USD 90.000 (sembilan puluh ribu US Dollar).
c. Perhitungan nominal transaksi didasarkan pada akumulasi seluruh
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
53
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 14/11/DPM 2012 No. 6.12
transaksi dalam 1 (satu) bulan kalender yang dilakukan oleh masing-masing Nasabah atau Pihak Asing secara individual baik secara tunai maupun non tunai dalam bentuk simpanan valuta asing. Contoh : Nasabah A melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah di Bank X secara tunai sebesar USD20.000 (dua puluh ribu US Dollar) pada tanggal 2 Desember 2008. Kemudian, pada tanggal 4 Desember 2008 Nasabah A melakukan konversi simpanan rupiah menjadi simpanan valuta asing (USD Dollar) di Bank X sebesar USD80.000 (delapan puluh ribu US Dollar). Perhitungan kumulatif transaksi yang dilakukan oleh Nasabah A adalah penjumlahan dari seluruh nominal transaksi Nasabah A di Bank X, yaitu sebesar USD100.000 (seratus ribu US Dollar).
d. Untuk rekening gabungan (joint account), pembelian valuta asing terhadap rupiah tanpa underlying sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) didasarkan pada transaksi yang dilakukan oleh masing-masing Nasabah atau Pihak Asing yang memiliki rekening gabungan dimaksud.
Untuk transaksi pembelian valas terhadap rupiah sampai dengan USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing, termasuk yang dilakukan melalui phone banking, e-banking, dan kartu kredit, secara keseluruhan wajib disertai dengan: a. surat pernyataan tertulis dari Nasabah yang bermaterai cukup atau
pernyataan authenticated dari Pihak Asing, yang disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan kalender; atau
b. pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat pula berupa surat elektronik resmi (official email), SWIFT message, tested telex, tested fax, Reuters Monitoring Dealing System (RMDS), atau negative confirmation dari Bank kepada Nasabah atau Pihak Asing yang bersangkutan, bagi yang sedang berada di luar negeri. Negative confirmation adalah konfirmasi yang disampaikan oleh Bank kepada Nasabah atau Pihak Asing, yang bila tidak ditanggapi dalam periode waktu tertentu, maka Nasabah atau Pihak Asing dianggap menyetujui isi konfirmasi tersebut. Terhadap negative confirmation sebagaimana dimaksud pada huruf b, Bank harus memastikan bahwa negative confirmation tersebut diterima oleh Nasabah atau Pihak Asing dalam bentuk tanda terima yang ditandatangani oleh Nasabah atau Pihak Asing yang bersangkutan atau pihak yang ditunjuk oleh Nasabah atau Pihak Asing.
36 Pasal 6 10/28/PBI/2008
Bank yang melayani pembelian valuta asing oleh Nasabah atau Pihak Asing sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing, wajib meminta surat pernyataan dari Nasabah atau dari Pihak Asing, bermaterai cukup atau pernyataan yang authenticated dari Pihak Asing yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah tidak lebih dari USD100.000 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing dari seluruh sistem perbankan di Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
54
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 10/42/DPD 2008 No. 13
Surat pernyataan yang wajib disampaikan oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah dengan nilai nominal sampai dengan USD100.000 (seratus ribu US Dollar), paling kurang memuat informasi tentang : a. Nama dan identitas Nasabah atau Pihak Asing; b. Nama Bank tempat dilakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah; c. Nilai nominal pembelian valuta asing terhadap rupiah; dan d. Pernyataan bahwa pembelian valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan
tidak lebih dari USD100.000 (seratus ribu US Dollar) di seluruh sistem perbankan di Indonesia.
37 Pasal 7 10/28/PBI/2008 SE 10/42/DPD 2008 No. 14
Bank wajib menatausahakan dokumen underlying transaksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 33 dan Paragraf 34. Jangka waktu dokumen yang wajib ditatausahakan oleh Bank disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai penatausahaan dokumen.
38 Pasal 8 10/28/PBI/2008
Bank bertanggungjawab terhadap kelengkapan persyaratan yang disampaikan oleh Nasabah atau Pihak Asing.
Sanksi 39 Pasal 9
10/28/PBI/2008 Bank dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap pelanggaran atas Paragraf 32 ayat (3), Paragraf 33 ayat (2), Paragraf 34, dan Paragraf 35.
Transaksi Repurchase Agreement Bank kepada Bank Indonesia Ketentuan Umum
40 Pasal 1 11/4/PBI/2009
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia.
2. USD Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut USD Repo adalah transaksi penjualan bersyarat surat berharga dalam mata uang USD oleh bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban membeli kembali sesuai harga dan jangka waktu yang disepakati.
3. Surat Berharga adalah global bond yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia.
4. Repo Rate adalah tingkat bunga yang dikenakan kepada bank terhadap dana USD dalam rangka USD repo.
5. Haircut adalah faktor pengurang nilai surat berharga dalam USD repo yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk persentase.
6. Tenor adalah jangka waktu USD repo. 7. Window Time adalah waktu yang disediakan bagi bank untuk
mengajukan USD repo kepada Bank Indonesia. 8. Kustodian adalah bank atau lembaga keuangan yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia untuk menyelenggarakan penatausahaan kegiatan yang terkait dengan aktivitas pengelolaan surat berharga.
9. Bank Koresponden adalah bank tempat pemeliharaan rekening giro
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
55
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
dalam rangka pembayaran dan/atau penerimaan dana ke atau dari bank, counterpart dan kustodian.
10. Tanggal Transaksi adalah tanggal kesepakatan USD repo bank kepada Bank Indonesia.
11. Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian transaksi yang dihitung dari tanggal transaksi ditambah 3 (tiga) hari kerja.
12. Tanggal Jatuh Tempo adalah tanggal berakhirnya USD repo. 13. Nilai Pembelian Kembali adalah nilai nominal pembelian kembali surat
berharga oleh bank yaitu nilai nominal USD repo ditambah dengan nilai nominal dari repo rate.
USD Repo 41 Pasal 2
11/4/PBI/2009 (1) Bank Indonesia membuka window USD Repo pada hari kerja paling
lambat pada pukul 13.00 WIB. (2) Bank Indonesia mengumumkan harga pasar Surat Berharga, Repo Rate,
Haircut dan Tenor pada saat pembukaan window sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui Reuters.
(3) Dalam hal terdapat gangguan terhadap Reuters, pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan sarana komunikasi lainnya.
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan Bloomberg.
42 Pasal 3 11/4/PBI/2009
(1) Bank dapat mengajukan USD Repo kepada Bank Indonesia apabila memenuhi persyaratan paling kurang memiliki Peringkat Komposit 3 (PK-3) dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa neto.
(2) Pengajuan USD Repo kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bilateral antara Bank dengan Bank Indonesia melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS).
43 Pasal 4 11/4/PBI/2009
(1) Surat Berharga yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia memiliki sisa jangka waktu paling singkat melebihi jangka waktu Tenor.
(2) Sisa jangka waktu Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling singkat 1 (satu) hari kerja setelah Tanggal Jatuh Tempo.
Contoh: Pada tanggal 1 Juni 2009, Bank Indonesia mengumumkan USD Repo dengan Tenor 1 bulan dimana Tanggal Valuta pada 4 Juni 2009, dan Tanggal Jatuh Tempo pada 1 Juli 2009. Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan USD Repo kepada Bank Indonesia dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut: a. Surat Berharga Bank A memiliki sisa jangka waktu 15 hari dengan
maturity date pada tanggal 16 Juni 2009, b. Surat Berharga Bank B memiliki sisa jangka waktu 30 hari dengan
maturity date pada tanggal 1 Juli 2009, c. Surat Berharga Bank C memiliki sisa jangka waktu 31 hari dengan
maturity date pada tanggal 2 Juli 2009, maka hanya Surat Berharga
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
56
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Bank C yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia.
44 Pasal 5 11/4/PBI/2009
(1) Bank mengajukan USD Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42 ayat (1) dengan mencantumkan nilai total nominal Surat Berharga yang di-repo-kan dengan perincian untuk masing-masing Surat Berharga sebagai berikut: a. identitas Surat Berharga;
Yang dimaksud dengan “identitas Surat Berharga”, yaitu: 1. identitas sesuai dengan Committee on Uniform Securities
Identification Procedures (CUSIP) dan/atau International Securities Identification Number (ISIN);
2. kupon; dan 3. maturity date.
b. nominal Surat Berharga; c. sisa jangka waktu Surat Berharga; dan d. nomor rekening Bank pada Bank Koresponden dan Kustodian.
(2) Dalam hal Surat Berharga yang di-repo-kan oleh Bank sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih dari 1 (satu) seri, maka pencantuman diurutkan dimulai dari sisa jangka waktu yang paling mendekati maturity date dari total keseluruhan Surat Berharga yang di-repo-kan oleh Bank.
(3) Harga pasar Surat Berharga mengacu pada harga marked to market yang berlaku di pasar keuangan internasional. Bank Indonesia menggunakan informasi harga pasar Surat Berharga yang diperoleh dari Clearstream pada 1 (satu) hari kerja sebelum Tanggal Transaksi. Dalam hal informasi harga pasar (marked to market) Surat Berharga tidak dapat diperoleh dari Clearstream, maka akan digunakan Bloomberg price atau informasi harga pasar dari pihak lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Clearstream merupakan salah satu Kustodian Surat Berharga Ayat
(4) Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan milik Bank yang mengajukan USD Repo.
45 Pasal 6 11/4/PBI/2009
Bank bertanggungjawab atas kebenaran data pengajuan USD Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 44.
45 Pasal 7 11/4/PBI/2009
(1) Bank melakukan pengajuan USD Repo kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42 ayat (1) melalui window pada pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
(2) Bank hanya dapat melakukan 1 (satu) kali pengajuan dalam window sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada hari yang sama.
47 Pasal 8 11/4/PBI/2009
(1) Bank Indonesia melakukan pemrosesan terhadap pengajuan USD Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42 ayat (1).
(2) Bank Indonesia menetapkan Bank penjual Surat Berharga yang menerima USD Repo.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
57
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Bank Indonesia menetapkan nominal USD yang diperoleh Bank penjual Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Bank Indonesia menyampaikan informasi penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) melalui sarana RMDS paling lambat pukul 16.30 WIB pada Tanggal Transaksi. Bank Indonesia menginformasikan: a. besaran nominal jumlah USD yang diterima Bank penjual Surat
Berharga; b. identitas Surat Berharga yang diterima Bank Indonesia; c informasi terkait Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard
Settlement Instruction); dan/atau d. informasi yang terkait lainnya,
48 Pasal 9 11/4/PBI/2009
Bank penjual Surat Berharga yang menerima USD Repo wajib mempergunakan nominal USD yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 47 ayat (3) untuk memenuhi kebutuhan likuiditas USD Bank. Yang dimaksud dengan “kebutuhan likuiditas” antara lain kebutuhan untuk memenuhi permintaan nasabah dan/atau kebutuhan untuk membayar utang.
49 Pasal 10 11/4/PBI/2009
(1) Masa berlaku USD Repo dimulai pada Tanggal Valuta dan berakhir pada Tanggal Jatuh Tempo.
(2) Bank wajib mengirimkan Surat Berharga ke rekening Bank Indonesia pada Kustodian yang ditunjuk oleh Bank Indonesia pada Tanggal Valuta.
(3) Bank Indonesia akan mengirimkan dana USD sesuai dengan USD Repo ke rekening Bank pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank pada Tanggal Valuta.
50 Pasal 11 11/4/PBI/2009
(1) Pada Tanggal Jatuh Tempo, Bank membeli kembali Surat Berharga sebesar Nilai Pembelian Kembali.
(2) Atas pembelian Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib mengirimkan dana USD sebesar Nilai Pembelian Kembali ke rekening Bank Indonesia pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
(3) Pada Tanggal Jatuh Tempo Bank Indonesia akan mengirimkan Surat Berharga kepada Bank yang bersangkutan.
(4) Bank harus menyampaikan konfirmasi pengiriman dana USD ke rekening Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum Tanggal Jatuh Tempo Konfirmasi dapat dikirimkan dalam bentuk swift message kepada Bank Indonesia yang mencantumkan informasi Tanggal Jatuh Tempo, Nilai Pembelian Kembali, identitas Surat Berharga, dan Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard Settlement Instruction) dalam USD Repo yang telah disepakati.
51 Pasal 12 11/4/PBI/2009
Kupon Surat Berharga dalam periode USD Repo merupakan hak Bank penjual Surat Berharga.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
58
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
52 Pasal 13 11/4/PBI/2009
(1) Tenor ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Jangka waktu Tenor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 1
(satu) bulan.
53 Pasal 14 11/4/PBI/2009
Repo Rate ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) pada tanggal transaksi ditambah sejumlah margin. Yang dimaksud dengan “margin” adalah tambahan tingkat bunga yang disesuaikan dengan kondisi pasar keuangan.
54 Pasal 15 11/4/PBI/2009
Haircut ditetapkan berdasarkan jangka waktu Surat Berharga.
55 Pasal 16 11/4/PBI/2009
(1) Dalam hal Bank tidak dapat membayar dana USD pada saat Tanggal Jatuh Tempo sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (2), maka Bank Indonesia dapat menjual Surat Berharga Bank sesuai dengan harga yang berlaku di pasar.
(2) Dalam hal nilai Surat Berharga Bank pada saat USD Repo jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali, maka Bank Indonesia akan membebankan kekurangan pembayaran dana pada rekening giro valuta asing Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
(3) Dalam hal dana pada rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas tidak mencukupi maka Bank Indonesia akan membebankan kekurangan pembayaran dana pada rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. Pembebanan kekurangan pembayaran dana USD kepada rekening giro rupiah Bank dilakukan dengan menggunakan Kurs Transaksi Jual Bank Indonesia pada hari yang bersangkutan.
(4) Pembebanan pembayaran rekening giro valuta asing dan/atau rupiah Bank di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) di atas dilakukan setelah Tanggal Jatuh Tempo.
(5) Bank dikenakan tambahan kewajiban membayar sebesar Jakarta Onshore Dollar Offer Rate (JODOR) dikalikan jangka waktu sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan tanggal pelunasan kewajiban USD Repo. Jangka waktu tambahan kewajiban membayar dihitung sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan tanggal pelunasan kewajiban USD Repo namun tidak termasuk tanggal pelunasan.
(6) Dalam hal JODOR sebagaimana dimaksud pada ayat (5) lebih kecil daripada SIBOR, maka tambahan kewajiban membayar dihitung berdasarkan SIBOR. JODOR dan SIBOR yang digunakan adalah suku bunga pada tanggal pelunasan.
(7) Dalam hal hasil penjualan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi kewajiban membayar yang telah disepakati dalam USD
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
59
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Repo dan kewajiban Bank lainnya, akan dikembalikan kepada Bank yang bersangkutan.
56 Pasal 17 11/4/PBI/2009
(1) Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu melakukan early termination terhadap kesepakatan USD Repo apabila Bank yang bersangkutan mengalami penurunan Peringkat Komposit di bawah persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 42 ayat (1). Early termination merupakan proses mempercepat Tanggal Jatuh Tempo USD Repo oleh Bank Indonesia. Pemberitahuan early termination akan dilakukan secara bilateral kepada Bank yang bersangkutan oleh Bank Indonesia.
(2) Dalam hal terjadi early termination sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bank melakukan pembelian kembali Surat Berharga tersebut mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50.
(3) Dalam hal Bank tidak dapat membayar pembelian kembali Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Bank Indonesia dapat menjual Surat Berharga Bank mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 55 ayat (1) dan ayat (7).
(4) Dalam hal nilai Surat Berharga Bank pada saat USD Repo jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali, maka pembelian kembali Surat Berharga tersebut mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 55 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6).
57 Pasal 18 11/4/PBI/2009
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meniadakan window transaksi USD Repo Bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 41 ayat (1) dengan pengumuman melalui Reuters atau sarana komunikasi lainnya paling lambat pukul 13.00 WIB.
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan Bloomberg.
Sanksi 58 Pasal 19
11/4/PBI/2009 (1) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
48, dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. (2) Dalam hal Bank tidak mengirimkan Surat Berharga sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 49 ayat (2), USD Repo dengan Bank yang bersangkutan dinyatakan batal.
(3) Bank yang tidak mengirimkan Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak termasuk karena settlement failure, dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 10/00 (satu per seribu) dari nilai nominal
transaksi yang dinyatakan batal atau paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per transaksi. Yang dimaksud dengan ”settlement failure” adalah tidak terjadinya penyelesaian transaksi pada tanggal valuta yang disebabkan oleh
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
60
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
faktor factor teknis misalnya kesalahan pencantuman rekening, tanggal valuta, dan lain sebagainya.
(4) Bank yang tidak dapat melakukan pembayaran atas pembelian Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 50 ayat (2) dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.
Transaksi Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah Bank kepada Bank Indonesia
BAB I Ketentuan Umum 59 Pasal 1
12/6/PBI/2010 1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Repurchase Agreement Chinese Yuan terhadap Surat Berharga Rupiah yang selanjutnya disebut CNY/IDR Repo adalah transaksi penjualan bersyarat surat berharga dalam denominasi Rupiah oleh Bank kepada Bank Indonesia untuk memperoleh mata uang CNY, dengan kewajiban membeli kembali surat berharga tersebut sesuai harga dan jangka waktu yang disepakati dengan menggunakan mata uang CNY.
3. Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) milik Bank yang tercatat pada rekening perdagangan (rekening aktif) dalam sarana Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
4. Repo Rate adalah tingkat bunga yang dikenakan kepada Bank terhadap dana CNY dalam rangka CNY/IDR Repo.
5. Haircut adalah faktor pengurang nilai Surat Berharga dalam CNY/IDR Repo yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam bentuk persentase.
6. Tenor adalah jangka waktu CNY/IDR Repo. 7. Window Time CNY/IDR Repo adalah waktu yang disediakan bagi Bank
untuk mengajukan permohonan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia. 8. Bank Koresponden adalah bank pemelihara rekening giro, dalam rangka
pembayaran dan/atau penerimaan dana ke atau dari Bank, counterparty dan kustodian.
9. Hari Kerja adalah hari kerja Jakarta dan Beijing. 10. Tanggal Transaksi adalah tanggal kesepakatan CNY/IDR Repo Bank
kepada Bank Indonesia dalam Window Time CNY/IDR Repo. 11. Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian transaksi CNY/IDR Repo yang
dihitung dari Tanggal Transaksi ditambah 2 (dua) Hari Kerja. 12. Tanggal Jatuh Tempo adalah tanggal pembelian kembali Surat Berharga
oleh Bank yang telah disepakati. 13. Nilai Pembelian Kembali adalah nilai nominal pembelian kembali Surat
Berharga oleh Bank yaitu nilai nominal CNY/IDR Repo ditambah dengan nilai nominal dari Repo Rate.
14. Chinese Yuan (CNY) adalah mata uang China yang dapat disebut juga dengan Renminbi (RMB).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
61
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB II Prinsip Dasar
60 Pasal 2 12/6/PBI/2010
(1) Bank Indonesia dapat melaksanakan transaksi swap CNY terhadap Rupiah (CNY/IDR) dengan People’s Bank of China sesuai perjanjian Indonesian Rupiah/Chinese Yuan Bilateral Currency Swap Arrangement between Bank Indonesia and the People’s Bank of China .
(2) Bank Indonesia melaksanakan transaksi swap CNY/IDR atas dasar pengajuan kebutuhan CNY dari Bank dan/atau kebutuhan IDR dari People’s Bank of China.
BAB III Pengajuan Kebutuhan CNY Bank kepada Bank Indonesia
61 Pasal 3 12/6/PBI/2010
(1) Bank yang membutuhkan CNY dapat mengajukan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia.
(2) Bank yang akan mengajukan CNY/IDR Repo harus terlebih dahulu menyampaikan rencana kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia.
(3) Bank dapat mengajukan kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia apabila memenuhi persyaratan berikut: a. paling kurang memiliki Peringkat Komposit 3 (PK-3) berdasarkan
penilaian Bank Indonesia; b. memiliki Surat Berharga yang memenuhi persyaratan untuk dapat di-
repo-kan kepada Bank Indonesia dengan nilai paling kurang sebesar ekuivalen dari nilai nominal kebutuhan CNY setelah diperhitungkan dengan Haircut; dan
Yang dimaksud Surat Berharga yang dimiliki adalah Surat Berharga yang sepenuhnya merupakan milik Bank dan bukan Surat Berharga hasil sell & buy back. Surat Berharga yang di-repo-kan kepada Bank Indonesia dihitung dengan pembulatan ke atas pada jutaan Rupiah terdekat.
c. memiliki underlying kegiatan perdagangan internasional yang didukung oleh dokumen yang memadai; Dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional yang memadai antara lain meliputi Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, Letter of Credit (L/C), invoice, atau kontrak jual-beli.
(4) Rencana kebutuhan CNY dapat dipenuhi hanya untuk kebutuhan nasabah yang memiliki mitra perdagangan perusahaan China yang pada saat transaksi termasuk dalam The List of Pilot Enterprises.
The List of Pilot Enterprises merupakan daftar perusahaan di China yang memiliki ijin dari Otoritas China untuk melakukan cross border Renminbi trade settlement. Daftar perusahaan China tersebut sebagaimana dalam lampiran 7.
(5) Nilai nominal pengajuan kebutuhan CNY kepada Bank Indonesia paling
sedikit sebesar CNY 1.000.000 (satu juta Chinese Yuan). (6) Bank wajib menggunakan CNY yang diperoleh dari transaksi CNY/IDR Repo
untuk memenuhi kebutuhan pembayaran perdagangan internasional
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
62
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
sebagaimana tercantum dalam dokumen underlying.
62 Pasal 4 12/6/PBI/2010 Ayat (1) SE 12/22/DPM 2010 No. 1.1 Pasal 4 12/6/PBI/2010 Ayat (2) – (5)
(1) Rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 61 ayat (2) disampaikan kepada Bank Indonesia melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) pada setiap hari Rabu pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB.
Ditujukan kepada Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Biro Operasi Moneter - Tim Operasi Moneter Valas (DPM cq. BOpM-Tim OMV), dengan dealing code BIRU.
(2) Dalam hal hari Rabu bukan merupakan Hari Kerja maka rencana
kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan kepada Bank Indonesia pada 1 (satu) Hari Kerja berikutnya.
(3) Dalam menyampaikan rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 61 ayat (2), Bank harus mencantumkan informasi berikut:
a. Identitas dokumen underlying; b. Nilai nominal kebutuhan CNY; c. Tenor CNY/IDR Repo; d. Nomor rekening Bank pada Bank Koresponden dan identitas Bank
pada BI-SSSS; dan e. Nama perusahaan China sebagai mitra perdagangan yang
termasuk dalam The List of Pilot Enterprises.
Identitas dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional meliputi informasi tentang nomor referensi dokumen antara lain L/C atau non L/C, nomor Pemberitahuan Impor Barang (PIB), nomor invoice, dan/atau nomor kontrak jual beli dari underlying kegiatan perdagangan internasional.
(4) Rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
direvisi paling lambat 4 (empat) Hari Kerja setelah hari pengajuan pada pukul 11.00 WIB.
Revisi nilai nominal rencana kebutuhan CNY hanya dapat dilakukan untuk nilai nominal yang lebih kecil dari rencana sebelumnya.
Contoh: Rencana kebutuhan CNY disampaikan kepada Bank Indonesia pada hari Rabu tanggal 10 Maret 2010 maka rencana tersebut dapat direvisi paling lambat pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010 pada pukul 11.00 WIB. Nilai nominal hasil revisi yang disampaikan pada tanggal 16 Maret 2010 harus lebih kecil dari rencana kebutuhan yang disampaikan pada tanggal 10 Maret 2010.
(5) Dalam hal rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dipenuhi, maka Bank Indonesia akan menyampaikan informasi dimaksud kepada Bank yang bersangkutan paling lambat pada 3 (tiga) Hari Kerja setelah hari pengajuan melalui RMDS dan/atau sarana komunikasi lainnya.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
63
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
BAB IV Transaksi CNY/IDR Repo Bank kepada Bank Indonesia
63 Pasal 5 12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (4)
SE 12/12/DPD 2010 Romawi I No. 3a
Pasal 5 12/6/PBI/2010 Ayat (5) dan (6)
(1) Bank Indonesia membuka Window Time CNY/IDR Repo 5 (lima) Hari Kerja setelah hari pengajuan rencana kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 ayat (1).
Contoh: Rencana kebutuhan CNY disampaikan kepada Bank Indonesia pada hari Rabu tanggal 10 Maret 2010 maka CNY/IDR Repo dilaksanakan pada Window Time CNY/IDR Repo hari Rabu tanggal 17 Maret 2010.
(2) Window Time CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada setiap hari Rabu pukul 13.00 – 14 .00 WIB.
Dalam window tersebut Bank Indonesia juga melakukan konfirmasi atas:
a. Nilai nominal CNY yang diterima Bank penjual Surat Berharga; b. identitas Surat Berharga yang diterima Bank Indonesia; c. informasi terkait Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard
Settlement Instruction); dan informasi yang terkait lainnya.
(3) Dalam hal hari Rabu tersebut bukan merupakan Hari Kerja, Window Time CNY/IDR Repo dilaksanakan pada Hari Kerja berikutnya.
(4) Bank Indonesia mengumumkan : a. Repo Rate dan Tenor transaksi CNY/IDR Repo melalui Reuters atau
sarana komunikasi lainnya apabila Reuters mengalami gangguan; Pengumuman paling lambat pukul 12.00 WIB pada 5 (lima) Hari
Kerja setelah hari pengajuan rencana kebutuhan CNY Bank. b. harga Surat Berharga dan Haircut, yang dapat dilihat pada BI-SSSS; c. kurs CNY/IDR, yang dapat dilihat pada Reuters page BIXY
Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan Bloomberg.
Pengumuman harga Surat Berharga dan Haircut, Kurs CNY/IDR diatur lebih lanjut pada ketentuan ini.
(5) Bank yang telah mengajukan kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 62 wajib mengajukan transaksi CNY/IDR Repo pada saat pembukaan Window Time CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Bank yang telah mengajukan transaksi CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilarang membatalkan transaksi dan/atau mengubah informasi yang telah diajukan kepada Bank Indonesia, termasuk mengubah nilai nominal CNY/IDR Repo.
64 Pasal 6 12/6/PBI/2010
(1) Nilai nominal pengajuan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia harus sama dengan jumlah pengajuan kebutuhan CNY sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 62 dan paling banyak sebesar nilai nominal underlying kegiatan perdagangan internasional.
(2) Pengajuan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
64
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pada ayat (1) dilakukan secara bilateral antara Bank dengan Bank Indonesia melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS).
(3) Bank hanya dapat melakukan 1 (satu) kali pengajuan dalam Window Time CNY/IDR Repo pada hari yang sama untuk masing-masing Tenor.
Bank dapat mengajukan beberapa Surat Berharga untuk di-repo-kan kepada Bank Indonesia dengan satu kali pengajuan dalam 1 (satu) hari untuk masing-masing Tenor.
65 Pasal 7 12/6/PBI/2010
Surat Berharga yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia memiliki sisa jangka waktu paling singkat melebihi Tenor dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk SBI dan SBIS paling singkat 8 (delapan) hari kerja Jakarta setelah
Tanggal Jatuh Tempo. b. SUN dan SBSN paling singkat 10 (sepuluh) hari kerja Jakarta setelah
Tanggal Jatuh Tempo.
Contoh 1: Pada tanggal 3 Agustus 2010, Bank Indonesia mengumumkan CNY/IDR Repo dengan Tenor 1 bulan dimana Tanggal Valuta pada 5 Agustus 2010, dan Tanggal Jatuh Tempo pada 3 September 2010. Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut: a. Bank A memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 15 (lima belas) hari dan
maturity date tanggal 3 September 2010; b. Bank B memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan
maturity date tanggal 15 September 2010; c. Bank C memiliki SBI dengan sisa jangka waktu 32 (tiga puluh dua) hari
dan maturity date tanggal 6 September 2010. SBI yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia adalah milik Bank B.
Contoh 2: Pada tanggal 5 Oktober 2010, Bank Indonesia mengumumkan CNY/IDR Repo dengan Tenor 1 (satu) bulan dimana Tanggal Valuta pada 7 Oktober 2010, dan Tanggal Jatuh Tempo pada 5 November 2010. Bank A, Bank B, dan Bank C mengajukan CNY/IDR Repo kepada Bank Indonesia dengan sisa jangka waktu Surat Berharga sebagai berikut: a. Bank A memiliki SUN dengan sisa jangka waktu 15 (lima belas) hari
dan maturity date tanggal 5 November 2010, b. Bank B memiliki SUN sisa jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan
maturity date tanggal 19 November 2010, c. Bank C memiliki SUN dengan sisa jangka waktu 32 (tiga puluh dua)
hari dan maturity date tanggal 8 November 2010 SUN yang dapat di-repo-kan kepada Bank Indonesia adalah milik Bank B
66 Pasal 8 12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (2)
(1) Bank yang mengajukan CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 61 ayat (3) harus mencantumkan nilai total nominal Surat Berharga yang di-repo-kan dengan rincian untuk masing-masing Surat Berharga sebagai berikut: a. identitas Surat Berharga;
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
65
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
SE 12/12/DPD 2010 Romawi I No. 6 - 8 Pasal 8 12/6/PBI/2010 Ayat (3) – (5)
Identitas Surat Berharga meliputi informasi tentang: 1. identitas sesuai dengan Committee on Uniform Securities
Identification Procedures (CUSIP) dan/atau International Securities Identification Number (ISIN);
2. nilai kupon; dan
3. maturity date.
b. nominal Surat Berharga; dan c. sisa jangka waktu Surat Berharga.
(2) Bank yang mengajukan CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 61 ayat (3) wajib menyampaikan : a. Surat permohonan pledge Surat Berharga yang di-repo-kan (Lampiran
8). 1. Surat permohonan pledge dan surat kuasa disampaikan kepada
Bank Indonesia yang dialamatkan kepada: Direktorat Pengelolaan Devisa - Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa Bank Indonesia Gedung Sjafruddin Prawiranegara Lt.7 Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
2. Bank melakukan pledge Surat Berharga paling lambat 1 (satu) hari kerja Jakarta sebelum Tanggal Valuta dan akan berlaku efektif pada Tanggal Valuta.
3. Jangka waktu pledge atas Surat Berharga sesuai dengan Tenor CNY/IDR Repo ditambah 6 (enam) hari kerja Jakarta.
b. Surat Kuasa yang memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk
dapat melakukan penghentian pledge dan pemindahan Surat Berharga dari rekening Bank ke rekening Bank Indonesia, melakukan penjualan atas Surat Berharga Bank, melakukan redemption atas SBI atau SBIS Bank, melakukan pendebetan rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia, dan/atau melakukan pendebetan rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia, apabila dalam jangka waktu kontrak CNY/IDR Repo Bank tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan transaksi (Lampiran 9).
(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pada saat
Window Time CNY/IDR Repo dan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat 1 (satu) hari kerja Jakarta berikutnya pukul 12.00 WIB sebagaimana contoh pada Lampiran 10.
(4) Surat permohonan pledge sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan Surat Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib ditandatangani oleh pejabat Bank yang mempunyai spesimen tanda tangan yang ditatausahakan di Bank Indonesia..
(5) Dokumen underlying kegiatan perdagangan internasional sebagaimana dimaksud pada Paragraf 61 ayat (3) wajib ditatausahakan oleh Bank.
67 Pasal 9 12/6/PBI/2010
Bank bertanggungjawab atas kebenaran data pengajuan CNY/IDR Repo sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 66.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
66
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
68 Pasal 10 12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (3) SE 12/12/DPD 2010 Romawi II No. 1, 4, dan 5 Pasal 10 12/6/PBI/2010 Ayat (4) – (5)
(1) Masa berlaku CNY/IDR Repo dimulai pada Tanggal Valuta dan berakhir pada Tanggal Jatuh Tempo.
(2) Bank Indonesia mengirimkan dana CNY ke rekening Bank pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank pada Tanggal Valuta sesuai dengan kontrak CNY/IDR Repo.
(3) Bank wajib melakukan pledge Surat Berharga 1 (satu) Hari Kerja sebelum Tanggal Valuta. Nilai Surat Berharga yang diserahkan Bank pada Tanggal Valuta CNY/IDR Repo (first leg) dihitung sebagai berikut:
Dana IDR = Dana CNY x Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia Nilai Surat Berharga =
Dana IDR x 100
Harga Surat Berharga + Accrued Interest – Haircut
Accrued Interest = Jumlah hari accrued
interest x Kupon x 100
Jumlah hari dalam 1 tahun
Jumlah hari accrued interest dan jumlah hari dalam 1 (satu) tahun dihitung berdasarkan day count conventions yang berlaku untuk Surat Berharga yang di-repo-kan. Day count conventions antara lain ACT/ACT, ACT/360, ACT/365, dan 30/360. Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan antara Bank dengan Bank Indonesia, yang digunakan adalah hasil perhitungan Bank Indonesia. Dalam hal pada Tanggal Valuta terjadi kekurangan nilai Surat Berharga yang di-pledge oleh Bank , Bank harus menambah kekurangan dimaksud
(4) Bank yang tidak melakukan pledge Surat Berharga sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan telah menerima dana CNY pada Tanggal Valuta wajib mengembalikan dana CNY ke rekening CNY Bank Indonesia di PBC paling lambat 3 (tiga) Hari Kerja setelah Tanggal Valuta.
(5) Dalam hal Bank tidak mengembalikan dana ke rekening CNY Bank Indonesia di PBC dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Bank Indonesia akan melakukan pendebetan rekening giro valuta asing dan/atau rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia sebesar nilai transaksi dan kewajiban membayar lainnya.
69
Pasal 11 12/6/PBI/2010 SE 12/12/DPD 2010 Romawi III. A No. 4
Kupon Surat Berharga yang di-repo-kan dalam transaksi CNY/IDR Repo merupakan hak Bank yang melakukan transaksi CNY/IDR Repo.
Dalam hal terdapat pembayaran kupon atas Surat Berharga Bank yang di-repo-kan ke Bank Indonesia, maka Bank Indonesia akan melakukan pengkreditan rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
67
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
70 Pasal 12 12/6/PBI/2010 Ayat (1) SE 12/22/DPM 2010 No. 2.3 Pasal 12 12/6/PBI/2010 Ayat (2) – (3)
(1) Bank Indonesia menetapkan Tenor, Repo Rate, dan Haircut.
Haircut Surat Berharga mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi repurchase agreement Bank dengan Bank Indonesia dalam denominasi rupiah.
(2) Tenor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 1 (satu) bulan dan/atau 3 (tiga) bulan.
(3) Repo Rate sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada Tanggal Transaksi CNY/IDR Repo.
BAB V
Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo Bank kepada Bank Indonesia
71 Pasal 13 12/6/PBI/2010 Ayat (1)
SE 12/12/DPD 2010 Romawi II No. 2
Pasal 13 12/6/PBI/2010 Ayat (2) – (3)
SE 12/12/DPD 2010 Romawi III No. 2
(1) Bank wajib menyelesaikan transaksi CNY/IDR Repo dengan membeli kembali Surat Berharga sebesar Nilai Pembelian Kembali pada Tanggal Valuta. Nilai Pembelian Kembali pada Tanggal Jatuh Tempo CNY/IDR Repo (second leg) dihitung sebagai berikut: Nilai Pembelian Kembali = Dana CNY pada Tanggal Valuta CNY/IDR Repo + (Dana CNY pada Tanggal Valuta CNY/IDR Repo x Repo Rate x act/360) a. Nilai nominal Repo Rate
Nilai nominal Repo Rate = dana CNY pada tanggal valuta x (jumlah hari repo/360) x (Repo Rate)
b. Nilai pembelian kembali Nilai pembelian kembali = Dana CNY pada tanggal valuta + Nilai nominal Repo Rate
(2) Atas pembelian kembali Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank wajib mengirimkan dana CNY sebesar Nilai Pembelian Kembali ke rekening Bank Indonesia pada Bank Koresponden yang ditunjuk oleh Bank Indonesia yaitu Peoples Bank of China
(3) Bank wajib menyampaikan konfirmasi mengenai pengiriman dana CNY ke rekening Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum Tanggal Jatuh Tempo. Konfirmasi dapat disampaikan dalam bentuk swift message kepada Bank Indonesia dengan mencantumkan pula informasi tentang Tanggal Jatuh Tempo, Nilai Pembelian Kembali, identitas Surat Berharga, dan Standar Instruksi Penyelesaian Transaksi (Standard Settlement Instruction) dalam CNY/IDR Repo yang telah disepakati. Bank yang melakukan transaksi CNY/IDR Repo harus mengkonfirmasikan pengiriman instruksi penyelesaian pada BI-SSSS melalui telepon atau e-mail kepada Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengelolaan Devisa - Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
68
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
72 Pasal 14 12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (4) SE 12/12/DPD 2010 Romawi IV.B No. 3
(1) Dalam hal Bank tidak dapat mengembalikan dana CNY pada Tanggal Jatuh Tempo sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 71 ayat (2), Bank Indonesia menjual atau melakukan early redemption Surat Berharga Bank berdasarkan surat kuasa yang disampaikan Bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 66 ayat (2). Early redemption adalah pelunasan SBI sebelum SBI dimaksud jatuh waktu
(2) Penjualan atau early redemption Surat Berharga Bank oleh Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada 3 (tiga) hari kerja Jakarta setelah Tanggal Jatuh Tempo sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Harga yang berlaku di pasar merupakan harga transaksi penjualan Surat Berharga Bank oleh Bank Indonesia. Contoh: Pada tanggal 5 November 2010, Bank tidak dapat membayar dana CNY sebesar CNY 1.000.000 (satu juta Chinese Yuan). Bank Indonesia menjual Surat Berharga Bank pada tanggal 10 November 2010 dengan harga transaksi penjualan ekuivalen sebesar Rp. 1.300.000.000,00 (satu milliar tiga ratus juta rupiah) dengan kurs jual 1 CNY = Rp 1.300,00.
(3) Surat Berharga tetap berada dalam penguasaan Bank Indonesia sampai dengan terjadinya penjualan atau early redemption Surat Berharga.
(4) Dalam hal hasil penjualan atau early redemption Surat Berharga Bank pada saat penjualan atau early redemption sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban membayar lainnya, Bank Indonesia membebankan kekurangan pembayaran tersebut pada rekening giro valuta asing Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. Kewajiban
a. Kewajiban Membayar
Use of fund dikenakan biaya sebesar Repo Rate + 200 bps
Use of fund =
Nilai pembelian
kembali x (Repo Rate +
200 bps) x Jumlah hari
360
b. Total Kewajiban
Total kewajiban = Nilai pembelian kembali + Use of fund
Harga Pasar SSB
Harga pasar SSB = Nominal SSB yang di-repo-kan x Dirty price
100
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
69
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 14 12/6/PBI/2010 Ayat (5) – (6) SE 12/12/DPD 2010 Romawi IV.B No. 5
Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar SSB dalam CNY =
Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank
Indonesia
(5) Dalam hal nilai pembebanan rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak mencukupi, Bank Indonesia membebankan kekurangan pembayaran tersebut pada rekening giro rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
Pembebanan kekurangan pembayaran dana CNY kepada rekening giro rupiah Bank dilakukan dengan menggunakan Kurs Transaksi Jual Bank Indonesia pada hari yang bersangkutan.
(6) Dalam hal hasil penjualan atau early redemption Surat Berharga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi kewajiban membayar yang telah disepakati dalam CNY/IDR Repo dan kewajiban Bank lainnya, selisih lebih tersebut akan dikembalikan kepada Bank yang bersangkutan. Karena total kewajiban lebih rendah dari harga pasar SSB dalam CNY maka dihitung jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk membeli CNY dengan perhitungan sebagai berikut: Total kewajiban (rupiah) = Total Kewajiban x Kurs CNY/IDR Kelebihan hasil penjualan SSB sesuai perhitungan akan dikembalikan kepada Bank.
BAB VI Early Termination
73 Pasal 15 12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (2) SE 12/12/DPD 2010 Romawi IV.C No. 3
(1) Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu melakukan early termination terhadap kesepakatan CNY/IDR Repo apabila Bank yang bersangkutan mengalami penurunan Peringkat Komposit di bawah persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 61 ayat (3) dan/atau ditemukan adanya pelanggaran lain dalam ketentuan ini. Early termination merupakan proses mempercepat Tanggal Jatuh Tempo CNY/IDR Repo oleh Bank Indonesia. Pemberitahuan early termination akan dilakukan secara bilateral kepada Bank yang bersangkutan oleh Bank Indonesia. Pelanggaran lain dalam ketentuan ini antara lain apabila ditemukan
adanya ketidaksesuaian underlying atau mitra dagang nasabah Bank diluar “The List of Pilot Enterprises”.
(2) Dalam hal terjadi early termination sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank wajib menyelesaikan transaksi CNY/IDR Repo dengan melakukan pembelian kembali Surat Berharga dengan mengacu pada ketentuan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
70
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 15 12/6/PBI/2010 Ayat (3) – (4)
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 71. Nilai Pembelian Kembali dalam hal terjadi early termination dihitung berdasarkan periode efektif CNY/IDR Repo yaitu sejak Tanggal Valuta
Repo sampai tanggal early termination.
Bank Indonesia akan menyampaikan surat kepada Bank yang berisi pemberitahuan pemberlakuan early termination, tanggal penyetoran dan jumlah Nilai Pembelian Kembali yang wajib dibayar oleh Bank.
(3) Dalam hal Bank tidak dapat melakukan pembelian kembali Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat menjual Surat Berharga Bank dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 72 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(4) Dalam hal hasil penjualan Surat Berharga Bank tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali, maka pelunasan CNY/IDR Repo mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 72 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6).
BAB VII Peniadaan Window Time
74 Pasal 16 12/6/PBI/2010
Bank Indonesia dapat sewaktu-waktu meniadakan Window Time CNY/IDR Repo dengan pengumuman melalui Reuters atau sarana komunikasi lainnya paling lambat pukul 13.00 WIB. Sarana komunikasi lainnya antara lain sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan Bloomberg.
BAB VIII Sanksi 75 Pasal 17
12/6/PBI/2010 Ayat (1) – (2)
SE 12/12/DPD 2010 Romawi V No. 2b
(1) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (3) dan dana CNY belum diterima oleh Bank, dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.
(2) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 68 ayat (3) dan telah menerima dana CNY dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar Repo Rate + 200 bps dikalikan nilai
nominal transaksi dikalikan dengan jumlah hari sejak Tanggal Valuta sampai tanggal dikembalikannya dana CNY oleh Bank ke rekening CNY Bank Indonesia di PBC.
Sanksi Kewajiban = Nilai
transaksi x (Repo Rate + 200
bps) x Jumlah hari 360
Membayar Perhitungan hari dalam pengenaan sanksi menggunakan hari kalender dimulai sejak Tanggal Valuta sampai tanggal pengembalian (tidak termasuk tanggal pengembalian).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
71
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Pasal 17 12/6/PBI/2010 Ayat (3) – (4)
(3) Sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan dalam denominasi CNY.
(4) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap Paragraf 61 ayat (6), Paragraf 63 ayat (6), Paragraf 66 ayat (2) dan ayat (5), dan Paragraf 71 ayat (3) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
76 Pasal 18 12/6/PBI/2010
SE 12/12/DPD 2010 Romawi V No. 3
Bank yang tidak dapat membayar dana CNY pada Tanggal Jatuh Tempo atau pada tanggal valuta early termination sebesar Nilai Pembelian Kembali sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 71 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Repo Rate + 200 bps dikalikan jumlah hari dengan nominal Nilai Pembelian Kembali sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai tanggal pelunasan. Perhitungan jumlah hari dalam pengenaan sanksi menggunakan hari kalender.
Sanksi Nilai Jumlah hari
kewajiban = pembelian x (Repo Rate +
200 bps) x
membayar kembali 360
dimulai sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai tanggal pelunasan (tidak termasuk tanggal pelunasan).
Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia
BAB I Ketentuan Umum 77 Pasal 1
10/34/PBI/2008
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan dalam valuta asing.
2. Wesel Ekspor Berjangka (WEB) adalah wesel ekspor yang diterbitkan oleh eksportir, yang memiliki jangka waktu tertentu dan telah diakseptasi oleh bank pengaksep di luar negeri.
3. Akseptasi adalah pernyataan kesanggupan bank pengaksep untuk melakukan pembayaran atas suatu wesel berjangka yang diterbitkan eksportir, pada saat jatuh tempo wesel dimaksud.
4. Bank Pengaksep adalah bank di luar negeri yang melakukan akseptasi terhadap wesel ekspor berjangka.
5. Bank Penjual adalah bank yang melakukan penjualan wesel ekspor berjangka kepada Bank Indonesia.
6. Tingkat Diskonto adalah besaran diskonto yang mengacu pada suku bunga pasar untuk masing-masing valuta asing berdasarkan jangka waktu.
7. Hak Regres adalah hak Bank Indonesia untuk membebani rekening bank penjual di Bank Indonesia apabila terjadi penolakan atau kekurangan pembayaran oleh Bank Pengaksep pada tanggal jatuh tempo wesel ekspor berjangka.
8. Hari Kerja adalah hari kerja yang dimulai dari hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari libur nasional dan hari libur khusus yang ditetapkan oleh
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
72
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pemerintah. 9. Tanggal Transaksi adalah tanggal terjadinya kesepakatan transaksi
pembelian wesel ekspor berjangka antara Bank Indonesia dengan bank penjual.
10. Tanggal Valuta adalah tanggal penyelesaian atau setelmen transaksi pembelian wesel ekspor berjangka.
78 Pasal 2 10/34/PBI/2008
(1) Bank Indonesia berwenang membuka window pembelian WEB. (2) Bank Indonesia berwenang meniadakan window pembelian WEB sewaktu
waktu.
BAB II Persyaratan Instrumen
79 Pasal 3 10/34/PBI/2008
(1) WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB yang dibeli Bank secara langsung dari eksportir maupun dari Bank lain yang telah diakseptasi oleh Bank Pengaksep di luar negeri.
(2) Nilai nominal WEB yang dapat dibeli oleh Bank Indonesia paling sedikit sebesar USD10.000,00 (sepuluh ribu US Dollar) atau setara dengan nilai USD10.000,00 (sepuluh ribu US Dollar).
80 Pasal 4 10/34/PBI/2008
WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79 adalah WEB yang memiliki underlying perdagangan ekspor atas dasar transaksi Letter of Credit berjangka yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable usance L/C). Letter of Credit yang mendasari pelaksanaan ekspor mengacu pada aturan Uniform Customs and Practices for Documentary Credit (UCPDC) yang berlaku.
81 Pasal 5 10/34/PBI/2008
Dokumen yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan pembelian WEB terdiri dari : a. asli bukti Akseptasi dari Bank Pengaksep;
Bukti Akseptasi dari Bank Pengaksep adalah pernyataan Bank Pengaksep melalui SWIFT untuk melakukan Akseptasi sebesar nilai nominal wesel dan membayarnya pada saat jatuh tempo. Apabila terdapat perbedaan antara nilai nominal Akseptasi dengan nominal yang dibayarkan pada saat jatuh tempo, maka Bank Indonesia akan membebankan selisihnya kepada Bank Penjual.
b. asli surat pernyataan dari Bank Penjual yang berisi pernyataan kebenaran dan
Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh pengurus Bank yang berwenang dan bermaterai cukup dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 11;
c. kesesuaian antar dokumen serta tanggung jawab terhadap pemenuhan syarat-syarat yang tercantum dalam ketentuan ini;
d. fotokopi wesel; e. fotokopi Letter of Credit (L/C); f. fotokopi Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill; g. fotokopi invoice;dan
h. nama lengkap dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) eksportir.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
73
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
82 Pasal 6 10/34/PBI/2008
Bank Penjual wajib bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan dan kebenaran dokumen yang disampaikan oleh eksportir sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81. Pemenuhan persyaratan dan kebenaran dokumen ekspor sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 mengacu kepada UCPDC yang berlaku.
83 Pasal 7 10/34/PBI/2008
WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB yang memiliki sisa jangka waktu paling singkat 30 (tiga puluh) hari dan paling lama 90 (sembilan puluh) hari.
84 Pasal 8 10/34/PBI/2008
(1) Pembelian WEB dilakukan Bank Indonesia dengan mekanisme valuta asing terhadap rupiah, atau valuta asing terhadap valuta asing yang sama. Mekanisme valuta asing terhadap rupiah, misalnya: Bank Indonesia membeli WEB dalam USD dan membayarkannya dengan cara mengkonversikan dalam valuta rupiah. Mekanisme valuta asing terhadap valuta asing yang sama, misalnya: Bank Indonesia membeli WEB dalam EUR dan membayarkannya dalam valuta EUR.
(2) WEB yang dapat dibeli Bank Indonesia adalah WEB dalam valuta United States Dollar (USD), Japanese Yen (JPY), Great Britain Pound (GBP), Euro (EUR), Australian Dollar (AUD), dan/atau Swiss Franc (CHF).
BAB III Persyaratan Transaksi 85 Pasal 9
10/34/PBI/2008 (1) Bank Penjual harus menyampaikan konfirmasi kepada Bank Pengaksep
mengenai kewajiban pembayaran WEB, sejak Tanggal Transaksi sampai dengan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo WEB dengan mencantumkan nomor rekening Bank Indonesia pada bank koresponden. Konfirmasi yang disampaikan kepada Bank Pengaksep mengenai kewajiban membayar WEB tersebut, diinformasikan kepada Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengelolaan Devisa. Biaya konfirmasi atas pembayaran WEB pada saat jatuh tempo dibebankan kepada Bank Penjual.
(2) Pada saat WEB jatuh tempo, jumlah nilai pembayaran yang dikreditkan ke
rekening Bank Indonesia adalah sebesar nilai nominal WEB yang dijual kepada Bank Indonesia.
(3) Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh Bank Pengaksep kurang atau lebih kecil dari nilai nominal WEB yang diaksep maka Bank Indonesia akan membebankan kekurangan atau selisih tersebut kepada Bank Penjual melalui pendebetan langsung rekening giro valuta asing Bank Penjual di Bank Indonesia.
86 Pasal 10 10/34/PBI/2008
(1) Bank Indonesia membeli WEB dengan Hak Regres. (2) Pelaksanaan Hak Regres sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada 1 (satu) Hari Kerja berikutnya setelah tanggal jatuh
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
74
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
tempo WEB dengan cara mendebet rekening giro valuta asing Bank Penjual di Bank Indonesia, disertai dengan pembebanan bunga keterlambatan sebesar tingkat diskonto ditambah administration fee. Pelaksanaan Hak Regres dilakukan Bank Indonesia apabila pada saat jatuh tempo wesel, Bank Indonesia tidak menerima pembayaran dari Bank Pengaksep. Besarnya administration fee ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pelaksanaan pembebanan akan diinformasikan kepada Bank Penjual paling lambat pada pukul 14.00 WIB hari yang sama dengan pelaksanaan pendebetan rekening giro valuta asing Bank Penjual.
(3) Pendebetan rekening giro valuta asing Bank Penjual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap WEB yang menggunakan mata uang selain USD sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 84 ayat (2) dilakukan dengan mengkonversi mata uang selain USD dimaksud menjadi USD atas dasar kurs transaksi Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal pendebetan.
(4) Apabila setelah dilakukan pendebetan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diketahui terdapat pembayaran dari Bank Pengaksep maka Bank Indonesia mengkreditkan kembali sejumlah nilai nominal wesel yang telah didebet.
87 Pasal 11 10/34/PBI/2008
Tingkat Diskonto yang berlaku untuk transaksi pembelian WEB ditetapkan oleh Bank Indonesia.
88 Pasal 12 10/34/PBI/2008
Kurs untuk transaksi pembelian WEB dengan mekanisme valuta asing terhadap rupiah, menggunakan kurs beli Kurs Transaksi Bank Indonesia pada Tanggal Transaksi.
89 Pasal 13 10/34/PBI/2008
(1) Bank Pengaksep sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 79 ayat (1) harus memiliki short term credit rating paling rendah A-3 dari Standard & Poors (S&P) atau rating setara yang dikeluarkan oleh Moody’s Investor.
Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan apabila dikemudian hari rating Bank Pengaksep mengalami penurunan sehingga tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan pada awal transaksi, hal ini tidak berakibat pada pembatalan transaksi.
(2) Dalam hal terdapat perbedaan rating sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) maka yang digunakan adalah rating yang paling rendah. (3) Bank yang dapat menjual WEB adalah Bank yang memiliki Peringkat
Komposit (PK) paling rendah 2 (PK 2).
Yang dimaksud dengan “Peringkat Komposit” adalah peringkat akhir tingkat kesehatan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan apabila dikemudian hari Peringkat Komposit mengalami penurunan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
75
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
sehingga tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan pada awal transaksi, hal ini tidak berakibat pada pembatalan transaksi.
90 Pasal 14 10/34/PBI/2008
(1) Nilai outstanding transaksi penjualan WEB ke Bank Indonesia paling banyak 20% (dua puluh per seratus) dari modal Bank Penjual (Tier 1).
Setelah transaksi pembelian WEB oleh Bank Indonesia dilakukan, dan apabila dikemudian hari modal bank mengalami penurunan sehingga outstanding transaksi melampaui batasan maksimal 20% (dua puluh per seratus) dari modal Bank Penjual (Tier-1), hal ini tidak berakibat pada pembatalan transaksi.
(2) Bank dapat menjual WEB yang berasal dari eksportir yang merupakan
pihak terkait dengan Bank sepanjang memenuhi ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
BAB IV Tata Cara Pelaksanaan Pembelian WEB
91 Pasal 15 10/34/PBI/2008
(1) Bank Indonesia mengumumkan Tingkat Diskonto WEB melalui Reuters. (2) Dalam hal terdapat gangguan Reuters maka akan digunakan sarana
lainnya.
Yang dimaksud dengan “sarana lainnya” antara lain Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) atau Bloomberg.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat pada pukul 11.00 WIB.
92 Pasal 16 10/34/PBI/2008
(1) Bank yang akan menjual WEB kepada Bank Indonesia harus terlebih dahulu menyampaikan informasi mengenai WEB yang akan ditransaksikan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a. nilai nominal; b. jenis valuta; c. tanggal valuta; d. tanggal jatuh tempo; e. sisa jangka waktu; f. nama dan credit rating Bank Pengaksep; dan g. mekanisme transaksi valuta asing terhadap rupiah atau valuta
asing terhadap valuta asing. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Bank
Penjual kepada Bank Indonesia melalui Reuters Monitor Dealing System (RMDS) dalam kurun waktu pukul 11.15 – 11. 45 WIB pada hari yang sama.
93 Pasal 17 10/34/PBI/2008
(1) Bank Indonesia akan melakukan penelitian dan penilaian pemenuhan persyaratan terhadap: a. Credit rating Bank Pengaksep sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
89 ayat (1); b. Peringkat Komposit dan modal Bank Penjual sebagaimana dimaksud
dalam Paragraf 89 ayat (3) dan Paragraf 90 ayat (1); dan c. Informasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 92 ayat (1).
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
76
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(2) Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia menetapkan persetujuan atau penolakan terhadap pengajuan penjualan WEB oleh Bank Penjual.
(3) Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Bank Indonesia kepada masing-masing Bank melalui RMDS pada pukul 13.00– 14.00 WIB pada hari yang sama.
94 Pasal 18 10/34/PBI/2008
(1) Bank yang telah mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 93 ayat (2) harus menyampaikan konfirmasi kepada Bank Indonesia sebagai syarat terjadinya deal transaksi.
(2) Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hal-hal sebagai berikut: a. nilai nominal; b. jenis valuta; c. tanggal valuta; d. Tingkat Diskonto; e. nilai tunai; f. Kurs (untuk mekanisme valuta asing terhadap rupiah); g. tanggal jatuh tempo; h. sisa jangka waktu; i. nomor rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia atau nomor
rekening USD di bank koresponden; j. nama dan credit rating Bank Pengaksep ; k. nomor, tanggal, dan nominal L/C; l. nomor dan tanggal B/L; m. nomor dan tanggal invoice; dan n. nama lengkap dan nomor NPWP eksportir.
95 Pasal 19 12/25/PBI/2010
(1) Bank Indonesia c.q Direktorat Pengelolaan Moneter – Biro Operasi Moneter melakukan transaksi pembelian WEB dengan Bank Penjual melalui sarana RMDS pada dealing room Bank.
(2) Dalam hal sarana RMDS mengalami gangguan maka transaksi pembelian WEB menggunakan sarana telepon dengan konfirmasi melalui SWIFT atau faksimili.
96 Pasal 20 10/34/PBI/2008
Bank Penjual yang telah melakukan deal transaksi dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 95 tidak dapat mengubah atau membatalkan transaksi dengan alasan apapun.
97 Pasal 21 10/34/PBI/2008
(1) Bank Penjual sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 96 wajib menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 kepada Bank Indonesia – c.q Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa, Direktorat Pengelolaan Devisa.
(2) Penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 dilakukan Bank Penjual pada hari yang sama setelah pengumuman persetujuan diperoleh hingga pukul 16.00 WIB atau paling lambat 1 (satu) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi pada pukul 10.00 WIB.
(3) Dalam hal Bank Penjual adalah Bank yang berkedudukan di luar wilayah Kantor Pusat Bank Indonesia maka dokumen sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 disampaikan melalui Kantor Bank Indonesia setempat
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
77
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
pada hari yang sama setelah pengumuman persetujuan diperoleh hingga pukul 16.00 WIB atau paling lambat 1 (satu) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi pada pukul 10.00 WIB.
(4) Apabila berdasarkan penelitian, dokumen yang disampaikan Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 tidak lengkap dan/atau konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 tidak sesuai, maka transaksi dibatalkan.
(5) Pemberitahuan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diinformasikan kepada Bank Penjual pada pukul 14.00 – 16.00 WIB melalui RMDS pada 1 (satu) hari kerja berikutnya setelah Tanggal Transaksi.
(6) Dalam hal sarana RMDS mengalami gangguan, maka pembatalan menggunakan sarana telepon dengan konfirmasi ulang melalui SWIFT atau faksimili.
98 Pasal 22 10/34/PBI/2008
Bank Penjual harus menyimpan dan menatausahakan seluruh dokumen yang terkait dengan transaksi jual beli WEB secara tertib dan bertanggung jawab guna kepentingan pemeriksaan Bank Indonesia. Jangka waktu penatausahaan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai dokumen perusahaan.
99 Pasal 23 10/34/PBI/2008
(1) Setelmen untuk mekanisme valuta asing terhadap rupiah : a. Bank Indonesia menyerahkan nilai lawan rupiah kepada Bank Penjual,
2 (dua) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi dengan cara mengkredit rekening Giro Rupiah Bank Penjual pada Bank Indonesia.
b. Pengkreditan nilai lawan rupiah oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan atas dasar perhitungan sebagai berikut:
NT = Nilai Tunai
N = Nilai nominal wesel
D = Tingkat diskonto pada tanggal transaksi
H = Hari diskonto dihitung sejak Tanggal Valuta, sampai dengan tanggal jatuh tempo WEB
k = Kurs beli, Kurs Transaksi Bank Indonesia (2) Setelmen mekanisme valuta asing terhadap valuta asing yang sama :
a. Bank Indonesia menyerahkan nilai lawan valuta asing kepada Bank Penjual, 2 (dua) Hari Kerja setelah Tanggal Transaksi dengan cara mengkredit rekening Bank Penjual pada bank koresponden.
b. Pengkreditan nilai lawan valuta asing oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan atas dasar perhitungan sebagai berikut:
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
78
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
NT = Nilai Tunai
N = Nilai nominal wesel
D = Tingkat diskonto pada tanggal transaksi
H = Hari diskonto dihitung sejak Tanggal Valuta sampai dengan tanggal jatuh tempo WEB
100 Pasal 24 10/34/PBI/2008
Bank Indonesia mengumumkan peniadaan pembelian WEB sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 78 ayat (2) melalui sarana Reuters atau sarana lainnya paling lambat pukul 11.00 WIB. Yang dimaksud dengan “sarana lainnya” antara lain Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) atau Bloomberg.
BAB V Pembatalan Transaksi 101 Pasal 25
10/34/PBI/2008 (1) Bank Indonesia dapat melakukan pembatalan transaksi pembelian WEB
yang sudah dilakukan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui hal-hal sebagai berikut: Pemeriksaan ketidaksesuaian dan ketidakbenaran dokumen transaksi penjualan WEB serta kewajaran transaksi, dapat dilakukan Bank Indonesia melalui pemeriksaan umum ataupun pemeriksaan khusus. a. terdapat ketidaksesuaian data antar dokumen yang dipersyaratkan
sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 dengan konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 ayat (2) ; dan/atau
b. terdapat ketidakbenaran dokumen ekspor yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 81 dengan konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 ayat (2); dan/atau
c. transaksi ekspor yang menjadi underlying terbitnya WEB dilakukan oleh pihak terkait dengan Bank yang tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit.
(2) Dalam hal Bank Indonesia melakukan pembatalan transaksi pembelian WEB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia memberitahukan terlebih dahulu pembatalan transaksi dimaksud kepada Bank Penjual.
(3) Atas pembatalan transaksi pembelian WEB sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka : Perhitungan pengenaan bunga pembatalan transaksi dilakukan sejak tanggal pembelian (pengkreditan rekening Bank Penjual) sampai dengan waktu terjadinya pembatalan transaksi.
a. mekanisme transaksi valuta asing terhadap rupiah
Bank Indonesia melakukan pendebatan rekening giro rupiah Bank
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
79
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Penjual sebesar nilai rupiah yang dikreditkan sebagaimana dalam Paragraf 99 ayat (1) ditambah dengan bunga sebesar Sertifikat Bank Indonesia lelang terakhir sesuai jangka waktu dan margin.
b. mekanisme transaksi valuta asing terhadap valuta asing Bank Indonesia melakukan pendebetan rekening giro valuta asing Bank Penjual sebesar nilai valuta asing atau yang lainnya setara yang dikreditkan pada saat setelmen transaksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 99 ayat (2) ditambah dengan bunga sebesar Tingkat Diskonto dan margin.
BAB VI Sanksi 102 Pasal 26
10/34/PBI/2008 (1) Bank Penjual dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan
kewajiban membayar apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat : a. ketidaksesuaian data antar dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Paragraf 81 dengan konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 ayat (2), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) per item ketidaksesuaian; dan/atau
b. ketidakbenaran dokumen ekspor yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dengan konfirmasi yang disampaikan Bank Penjual sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 94 ayat (2), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 10% dari nominal transaksi.
(2) Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mendebet rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia.
Sistem Monitoring Valuta Asing terhadap Rupiah
Ketentuan Umum
103 Pasal 1 12/16/PBI/2010
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.
3. Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah yang selanjutnya disebut SISMONTAVAR adalah sistem pemantauan transaksi valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan antarbank secara real time.
4. Sistem Transaksi Valuta Asing (dealing system) adalah sistem yang digunakan oleh Bank untuk melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah.
5. Prosedur Konfirmasi adalah prosedur pengiriman informasi transaksi valuta asing terhadap rupiah secara elektronis ke aplikasi SISMONTAVAR.
6. Pialang Pasar Uang adalah pialang pasar uang yang memperoleh izin dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
80
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Mekanisme Transaksi Valuta Asing
104 Pasal 2 12/16/PBI/2010
(1) Bank Indonesia menerapkan SISMONTAVAR atas transaksi valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan antarbank.
Transaksi valuta asing terhadap rupiah tidak termasuk jual beli uang kertas asing.
(2) Penerapan SISMONTAVAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi Bank Devisa yang telah menggunakan Sistem Transaksi Valuta Asing.
105 Pasal 3 12/16/PBI/2010
(1) Bank Devisa harus menyediakan perangkat pendukung SISMONTAVAR.
Perangkat pendukung SISMONTAVAR antara lain berupa personal computer.
(2) Bank Devisa wajib memelihara aplikasi SISMONTAVAR dalam kondisi on-
line pada saat Bank melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah.
Yang dimaksud dengan “kondisi on-line” adalah kondisi dimana sistem terhubung melalui jaringan komunikasi data dengan Bank Indonesia.
(3) Bank Devisa wajib melakukan Prosedur Konfirmasi pada Sistem Transaksi
Valuta Asing yang terhubung dengan aplikasi SISMONTAVAR segera setelah transaksi valuta asing terhadap rupiah selesai dilakukan (deal is done).
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku pula untuk transaksi valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan dengan menggunakan jasa Pialang Pasar Uang.
(5) Dalam hal terdapat kesalahan dalam informasi transaksi setelah Prosedur Konfirmasi dilakukan, Bank Devisa menyampaikan kepada Bank Indonesia koreksi atas informasi transaksi segera setelah diketahui adanya kesalahan. Koreksi transaksi yang disampaikan kepada Bank Indonesia dapat dilakukan melalui media faksimile.
Sanksi 106 Pasal 4
12/16/PBI/2010 (1) Bank Devisa yang tidak memelihara aplikasi SISMONTAVAR dalam kondisi
online pada saat melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 105 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
(2) Bank Devisa yang tidak segera melakukan Prosedur Konfirmasi setelah transaksi valuta asing terhadap rupiah selesai dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 105 ayat (3) dan ayat (4) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
107 Pasal 5 12/16/PBI/2010
Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 106 tidak berlaku dalam kondisi: a. aplikasi SISMONTAVAR terkendala;
Yang dimaksud dengan “aplikasi SISMONTAVAR terkenda la” adalah kendala yang dialami oleh aplikasi SISMONTAVAR di Bank dan/atau di Bank Indonesia yang menyebabkan informasi transaksi tidak dapat
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
81
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
tersampaikan kepada Bank Indonesia. b. jaringan data terganggu;
Yang dimaksud dengan “jaringan data terganggu” antara lain adalah gangguan pada jaringan telekomunikasi yang menyebabkan aplikasi SISMONTAVAR tidak dapat terhubung secara on-line dengan Bank Indonesia.
c. kegagalan Sistem Transaksi Valuta Asing; dan/atau
Yang dimaksud dengan “kegagalan Sistem Transaksi Valuta Asing” adalah sistem Transaksi Valuta Asing tidak dapat dioperasikan.
d. kejadian luar biasa (force majeure).
Yang dimaksud dengan “kejadian luar biasa (force majeure)” adalah suatu keadaan yang menyebabkan Bank tidak dapat memenuhi kewajibannya, yaitu: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, tanah longsor, kebakaran, kerusuhan massal, perang, aksi terorisme, dan/atau pemogokan buruh.
108 Pasal 6 12/16/PBI/2010
(1) Bagi Bank Devisa yang telah menggunakan Sistem Transaksi Valuta Asing namun pada saat berlakunya ketentuan ini aplikasi SISMONTAVAR belum terpasang, tidak berlaku kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 105 ayat (3) dan ayat (4).
(2) Bagi Bank Devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 105 ayat (3) dan ayat (4) mulai berlaku pada saat aplikasi SISMONTAVAR terpasang.
Transaksi Swap Lindung Nilai BAB I Ketentuan Umum
109 Pasal 1 7/36/PBI/2005
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan : 1. Bank adalah Bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, namun tidak termasuk kantor bank berbadan hukum Indonesia yang beroperasi di luar negeri.
2. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian/ penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
3. Transaksi Swap Beli Bank adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui penjualan tunai (spot) dengan pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan Bank Indonesia dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs pada tanggal transaksi dilakukan.
4. Lindung Nilai adalah cara atau teknik untuk mengurangi risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar keuangan.
5. Transaksi Swap Lindung Nilai adalah transaksi swap beli Bank dalam valuta asing terhadap rupiah, dalam rangka lindung nilai yang dilakukan antara
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
82
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Bank dengan Bank Indonesia. 6. Underlying Transaksi Swap Lindung Nilai yang selanjutnya disebut
Underlying Transaksi adalah transaksi swap yang dilakukan antara Bank dengan nasabahnya yang selanjutnya akan ditransaksikan ke Bank Indonesia melalui Transaksi Swap Lindung Nilai.
7. Pinjaman Luar Negeri adalah kewajiban penduduk kepada bukan penduduk dalam valuta asing yang berdasarkan perjanjian kredit (loan agreement).
8. Penduduk adalah orang, badan hukum, atau badan lainnya yang berdomisili atau berencana berdomisili di Indonesia sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, termasuk perwakilan dan staf diplomatik Republik Indonesia di luar negeri.
BAB II Transaksi Swap Lindung Nilai 110 Pasal 2
7/36/PBI/2005 (1) Bank dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai dengan Bank
Indonesia. (2) Transaksi Swap Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan berdasarkan Underlying Transaksi. (3) Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Investasi di Indonesia dimaksud adalah untuk tujuan pembangunan infrastruktur yang akan memproduksi barang ekspor dan/atau pembangunan/perluasan sarana umum, yang berjangka waktu paling singkat 3 (tiga) bulan.
a. mempunyai sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) bulan; dan b. didasarkan atas investasi nasabah Bank pada sektor riil di Indonesi
dengan jangka waktu paling singkat 3 (tiga) bulan yang sumber dananya sebagian atau seluruhnya berasal dari Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk tunai (cash).
(4) Nilai nominal Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib paling banyak sama dengan nilai nominal Pinjaman Luar Negeri.
(5) Nilai nominal Transaksi Swap Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib paling banyak sebesar nilai nominal Underlying Transaksi.
111 Pasal 3 7/36/PBI/2005
Bank sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (1) harus termasuk dalam klasifikasi Bank devisa dengan Peringkat Komposit paling rendah 3 (tiga). Peringkat komposit mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank yang berlaku.
112 Pasal 4 7/36/PBI/2005
(1) Jangka waktu Transaksi Swap Lindung Nilai paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Dalam hal sisa jangka waktu Underlying Transaksi kurang dari 6 (enam) bulan maka jangka waktu Transaksi Swap Lindung Nilai ditetapkan wajib paling lama sama dengan sisa jangka waktu Underlying Transaksi.
Misalnya jangka waktu Underlying Transaksi 4 (empat) bulan maka jangka waktu Transaksi Swap Lindung Nilai paling lama 4 (empat) bulan.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
83
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(3) Sisa jangka waktu Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib paling lama sama dengan sisa jangka waktu Pinjaman Luar Negeri.
Misalnya sisa jangka waktu Pinjaman Luar Negeri 4 (empat) bulan maka jangka waktu Underlying Transaksi paling lama 4 (empat) bulan sehingga jangka waktu Transaksi Swap Lindung Nilai paling lama 4 (empat) bulan.
113 Pasal 5 7/36/PBI/2005
Transaksi Swap Lindung Nilai ditetapkan paling sedikit sebesar ekivalen US Dollar 500.000,00 (lima ratus ribu US Dollar) dan paling banyak sebesar nilai Underlying Transaksi.
114 Pasal 6 7/36/PBI/2005
(1) Transaksi Swap Lindung Nilai dapat diperbaharui dengan menggunakan Underlying Transaksi yang sama.
(2) Pembaharuan Transaksi Swap Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Transaksi Swap Lindung Nilai yang sebelumnya telah jatuh tempo; Underlying Transaksi masih memiliki sisa jangka waktu paling sedikit 3
(tiga) bulan; (3) Transaksi Swap Lindung Nilai yang diperbaharui sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperlakukan sebagai Transaksi Swap Lindung Nilai baru.
115 Pasal 7 7/36/PBI/2005
Bank dilarang menggunakan Underlying Transaksi lebih dari satu kali sebagai dasar untuk melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai sebelum Transaksi Swap Lindung Nilai yang pertama jatuh tempo.
116 Pasal 8 7/36/PBI/2005
(1) Bank Indonesia mengumumkan tingkat premi atau diskon dari Transaksi Swap Lindung Nilai.
(2) Tingkat premi atau diskon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan premi yang berlaku di pasar.
(3) Tingkat premi atau diskon dari Underlying Transaksi ditetapkan wajib paling besar 12,5 (dua belas koma lima) basis point di atas premi atau diskon Transaksi Swap Lindung Nilai.
117 Pasal 9 7/36/PBI/2005
(1) Transaksi Swap Lindung Nilai dilakukan dalam valuta US Dollar terhadap Rupiah.
(2) Dalam hal dianggap perlu, Bank Indonesia dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai dalam valuta asing lainnya terhadap Rupiah.
(3) Kurs valuta asing terhadap rupiah yang digunakan dalam Transaksi Swap Lindung Nilai adalah kurs beli Kurs Transaksi Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
BAB III Pelaksanaan Transaksi 118 Pasal 10
7/36/PBI/2005 (1) Transaksi Swap Lindung Nilai dilakukan setiap hari kerja mulai pukul
11.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. (2) Dalam hal kondisi moneter tidak memungkinkan maka Transaksi Swap
Lindung Nilai ditiadakan.
Bank Indonesia akan mengumumkan ketiadaan Transaksi Swap Lindung
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
84
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Nilai 3 (tiga) hari sebelumnya antara lain melalui sarana Reuters dan atau Bloomberg.
119 Pasal 11 7/36/PBI/2005
Mekanisme Transaksi Swap Lindung Nilai diatur sebagai berikut: a. Bank Indonesia mengumumkan tingkat premi atau diskon Swap Lindung
Nilai paling lambat pukul 11.00 WIB pada hari pelaksanaan Transaksi Swap Lindung Nilai, melalui sarana informasi antara lain Reuters dan atau Bloomberg.
b. Bank dapat melakukan Transaksi Swap Lindung Nilai dengan Bank Indonesia melalui sarana komunikasi Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) mulai pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.
c. Pada setiap transaksi swap sebagaimana butir b di atas, Bank wajib mencantumkan pada deal conversation mengenai: 1. Nomor referensi Underlying Transaksi; 2. Pernyataan Bank bahwa seluruh persyaratan Transaksi Swap Lindung
Nilai telah dipenuhi; 3. Konfirmasi dari Bank (deal done).
BAB IV Dokumen Transaksi 120 Pasal 12
7/36/PBI/2005 (1) Bank wajib bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen asli Transaksi
Swap Lindung Nilai dan dokumen asli Underlying Transaksi (2) Dokumen Transaksi Swap Lindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa kontrak swap antara Bank dengan nasabah (3) Dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari: a. dokumen Perjanjian Kredit (Loan Agreement); b. surat pernyataan tertulis dari nasabah bahwa dana Rupiah yang
diterima dari Transaksi Swap Lindung Nilai digunakan untuk tujuan investasi;
c. surat pernyataan tertulis dari nasabah bahwa investasi yang mendasari Underlying Transaksi tidak digunakan sebagai dasar dari Underlying Transaksi lainnya pada Bank yang sama atau Bank lain dalam periode Transaksi Swap Lindung Nilai.
(4) Bank wajib memelihara dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada kantor Bank tempat Transaksi Swap Lindung Nilai dilakukan sampai dengan Transaksi Swap Lindung Nilai jatuh tempo.
(5) Bank wajib memelihara dokumen asli Transaksi Swap Lindung Nilai dan asli dokumen Underlying Transaksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk dokumen Underlying Transaksi berupa Perjanjian Kredit (Loan Agreement), Bank hanya memelihara salinan Perjanjian Kredit (Loan Agreement) dimaksud.
BAB V Penyelesaian Transaksi 121 Pasal 13
7/36/PBI/2005 (1) Bank bertanggung jawab atas penyelesaian kewajiban Transaksi Swap
Lindung Nilai. (2) Bank wajib menyerahkan dana valuta asing pada first leg dari Transaksi
Swap Lindung Nilai pada tanggal valuta.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
85
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Yang dimaksud dengan first leg adalah bagian dari Transaksi Swap Lindung Nilai yang merupakan transaksi tunai dimana Bank melakukan penyerahan dana valuta asing dan menerima rupiah.
(3) Bank wajib menyediakan dana Rupiah dalam rekening Giro Bank di Bank
Indonesia pada second leg dari Transaksi Swap Lindung Nilai pada tanggal valuta.
Yang dimaksud dengan second leg adalah bagian dari Transaksi Swap
Lindung Nilai yang merupakan transaksi berjangka dimana Bank melakukan penyerahan rupiah dan menerima valuta asing.
BAB V Sanksi 122 Pasal 14
7/36/PBI/2005 (1) Bank yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Paragraf 110 ayat (2), Paragraf 110 ayat (3), Paragraf 110 ayat (4), Paragraf 110 ayat (5), Paragraf 112 ayat (2), Paragraf 112 ayat (3), Paragraf 114 ayat (2), Paragraf 115, Paragraf 116 ayat (3), Paragraf 120 ayat (1), Paragraf 120 ayat (4) atau Paragraf 120 ayat (5) dikenakan sanksi : a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 2,5% (dua koma lima per seratus) dari
nilai Transaksi Swap Lindung Nilai dalam denominasi Rupiah dengan menggunakan kurs jual Kurs Transaksi Bank Indonesia pada tanggal pembebanan sanksi.
(2) Dalam hal Bank tidak memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 121 ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar yang dihitung atas dasar :
1. rata-rata suku bunga Fed Fund yang berlaku selama periode keterlambatan ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan hari keterlambatan dibagi dengan 360 (tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta US Dollar;
2. rata-rata suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter di negara valuta yang bersangkutan (official rate) yang berlaku selama periode keterlambatan ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan hari keterlambatan dibagi dengan 360 (tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing non US Dollar;
3. suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang berlaku ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan hari keterlambatan dibagi dengan 360 (tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam Rupiah.
(3) Penyelesaian sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui pendebetan rekening giro Rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
(4) Penyelesaian sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan melalui pendebetan rekening giro valuta asing
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
86
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
atau Rupiah Bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. (5) Kurs yang digunakan dalam sanksi kewajiban membayar dalam valuta
asing non US Dollar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah kurs indikasi Reuters pukul 08.00 WIB pada tanggal pendebetan.
Posisi Devisa Neto Ketentuan Umum
123 Pasal 1 12/10/PBI/2010
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang telah memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.
2. Modal adalah modal inti dan modal pelengkap sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyediaan modal minimum Bank Umum pada posisi akhir bulan sebelum bulan laporan.
3. Kurs Penutupan adalah kurs penutupan pada pukul 16.00 WIB setiap hari yang dapat dilihat pada informasi Laporan Harian Bank Umum yang dikelola Bank Indonesia.
124 Pasal 1A 7/37/PBI/2005
Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto sepanjang hari berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Perhitungan Posisi Devisa Neto 125 Pasal 2
12/10/PBI/2010 (1) Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto pada akhir hari
kerja dengan ketentuan sebagai berikut: a. secara keseluruhan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari
Modal. Modal yang digunakan adalah Modal setelah memperhitungkan faktor
pengurang modal.
(2) Posisi Devisa Neto secara keseluruhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari: a. selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing;
ditambah dengan b. selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen
maupun kontinjensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing,
yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
(3) Aktiva valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari kas, emas, giro (termasuk giro pada Bank Indonesia), deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, surat berharga, kredit yang diberikan, nilai bersih wesel ekspor yang telah diambil alih, rekening antar kantor aktiva dan tagihan lainnya, dalam valuta asing baik kepada penduduk maupun bukan penduduk.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
87
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Nilai aktiva yang diperhitungkan adalah sebesar nilai buku yaitu nilai setelah diperhitungkan dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk dalam valuta yang sama. Termasuk dalam pengertian tagihan lainnya antara lain adalah penyertaan dalam valuta asing, aktiva tetap kantor cabang di luar negeri (setelah dikurangi depresiasi), pendapatan bunga yang masih harus diterima (accrued interest), tagihan akseptasi, transaksi reverse repo dan tagihan derivatif. Rekening antar kantor aktiva bagi kantor cabang bank asing adalah seluruh rekening antar kantor aktiva dengan kantor di luar negeri, termasuk yang diperhitungkan dalam komponen modal (Dana Usaha).
(4) Pasiva valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri dari giro, deposit on call, deposito berjangka, sertifikat deposito, margin deposit, pinjaman yang diterima, jaminan impor, rekening antar kantor pasiva, pendapatan komprehensif lainnya dari surat-surat berharga valuta asing selain saham dan kewajiban lainnya dalam valuta asing baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk.
Termasuk dalam pengertian kewajiban lainnya antara lain adalah surat berharga yang diterbitkan bank, biaya yang masih harus dibayar (accrued expense), kewajiban akseptasi, transaksi repo dan kewajiban derivatif. Rekening antar kantor pasiva bagi kantor cabang bank asing adalah seluruh rekening antar kantor pasiva dari kantor-kantor di luar negeri, termasuk yang diperhitungkan dalam komponen modal (Dana Usaha).
(5) Rekening administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah rekening dalam valuta asing yang dapat menimbulkan tagihan dan atau kewajiban di masa mendatang yang merupakan komitmen dan kontinjensi yang mencakup spot, bank garansi maupun L/C yang dipastikan menjadi kewajiban Bank setelah dikurangi margin deposit, serta transaksi derivatif antara lain transaksi forward, option, dan future maupun produk-produk lain yang sejenis baik terhadap penduduk maupun bukan penduduk.
Nilai rekening administratif yang diperhitungkan adalah sebesar nilai buku, yaitu nilai setelah diperhitungkan dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk dalam valuta yang sama.
126 Pasal 3 12/10/PBI/2010
(1) Selain wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto pada akhir hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125, Bank wajib mengelola dan memelihara Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal setiap 30 (tiga puluh) menit sejak sistem tresuri Bank dibuka sampai dengan sistem tresuri Bank ditutup.
Waktu 30 (tiga puluh menit) dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup bagi Bank untuk melakukan “squaring” atas posisi terbuka dari transaksi yang dilakukan. Contoh perhitungan setiap 30 (tiga puluh) menit sejak sistem tresuri dibuka adalah sebagai berikut: a. Bank A memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 08.00
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
88
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
WIB. Posisi Devisa Neto dengan batas maksimal 20% dari Modal setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit dihitung sejak pukul 08.00 WIB dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) menit yaitu: Pukul 08.30 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal Pukul 09.00 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal Pukul 09.30 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal;
dan seterusnya hingga sistem tresuri ditutup.
b. Bank B memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 07.45 WIB. Posisi Devisa Neto dengan batas maksimal 20% dari Modal setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit dihitung sejak pukul 07.45 WIB dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) menit yaitu: Pukul 08.15 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal Pukul 08.45 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal Pukul 09.15 WIB : Posisi Devisa Neto paling tinggi 20% dari Modal;
dan seterusnya hingga sistem tresuri ditutup.
(2) Perhitungan Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menggunakan Kurs Penutupan pada hari kerja sebelumnya.
(3) Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penjumlahan antara Posisi Devisa Neto secara keseluruhan akhir hari kerja sebelumnya dengan posisi terbuka tresuri pada setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit.
Posisi Devisa Neto secara keseluruhan akhir hari kerja sebelumnya merupakan Posisi Devisa Neto masing-masing valuta asing sebelum diabsolutkan. Contoh:
(Dalam rupiah)
USD JPY Total
Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja sebelumnya
50 (40)
Posisi terbuka tresuri setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit pada hari kerja berjalan
(10) 20
Posisi Devisa Neto Setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit
40 (20) 20
Asumsi Modal = 100, maka Posisi Devisa Neto setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit = ( 20 / 100 ) x 100% = 20%
(4) Posisi terbuka tresuri pada setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan selisih bersih antara transaksi beli dan jual valuta asing yang terkait dengan kegiatan tresuri Bank pada posisi akhir 30 (tiga puluh) menit yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “kegiatan tresuri” antara lain transaksi beli dan jual valuta asing yang dilakukan di dealing room.
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
89
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
(5) Perhitungan posisi terbuka tresuri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk transaksi valuta asing yang telah dilakukan (deal done) namun belum dimasukkan ke dalam sistem tresuri.
Contoh: Bank A memiliki waktu pembukaan sistem tresuri pada pukul 08.00 WIB. Apabila terjadi transaksi valuta asing pada pukul 08.20 WIB namun belum dimasukkan ke dalam sistem tresuri sampai dengan pukul 08.30 WIB, maka transaksi dimaksud termasuk dalam perhitungan Posisi Devisa Neto setiap akhir jangka waktu 30 (tiga puluh) menit pada pukul 08.30 WIB.
127 Pasal 3A 7/37/PBI/2005
Pemeliharaan Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 dihitung secara gabungan yaitu: a. bagi Bank yang berbadan hukum Indonesia mencakup seluruh kantor
cabang di dalam negeri maupun di luar negeri. b. Bagi kantor cabang bank asing mencakup seluruh kantor-kantornya di
Indonesia.
128 Pasal 4 5/13/PBI/2003
(1) Dalam rangka menghitung Posisi Devisa Neto, bagi Bank yang tidak dapat menghitung nilai delta dari posisi option (delta based equivalent), posisi option yang diperhitungkan hanya posisi option yang diterbitkan Bank.
(2) Seluruh atau sebagian posisi option yang diterbitkan Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang identik.
(3) Proses saling hapus untuk posisi option yang identik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah posisi option yang diterbitkan Bank dengan pos lawan posisi option yang dibeli Bank, yang memiliki persyaratan sama dalam: a. tanggal pelaksanaan (exercise date); b. harga yang disepakati (strike price); c. jenis valuta; d. transaksi yang mendasari (underlying transaction); dan e. jenis option. Contoh saling hapus untuk posisi yang identik antara lain posisi penjualan (sell) call option dengan posisi pembelian (buy) call option apabila keduanya memiliki persyaratan sama.
129 Pasal 5 5/13/PBI/2003
(1) Bagi Bank yang dapat menghitung nilai delta dari posisi option (delta based equivalent), posisi option yang diperhitungkan adalah seluruh posisi option Bank.
Yang dimaksud dengan seluruh posisi option adalah posisi option yang diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank (Bank sebagai holder)
(2) Perhitungan nilai delta dan posisi option sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dalam lampiran 12 ketentuan ini.
(3) Seluruh atau sebagian posisi option Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
90
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
simetris.
Contoh posisi yang bersifat simetris, antara lain apabila Bank menerbitkan (sell) call option maka posisi simetris adalah posisi: 1. pembelian (buy) call option; atau 2. penerbitan (sell) put option.
(4) Proses saling hapus untuk posisi option yang simetris sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) hanya dapat dilakukan dengan perhitungan nilai delta dari posisi option (delta based equivalent)
Pengecualian Posisi Sturktural 130 Pasal 6
5/13/PBI/2003
(1) Bank dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk dapat mengecualikan posisi struktural dalam valuta asing dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
Pengajuan permohonan termasuk perubahan atas posisi struktural yang disebabkan penambahan atau pengurangan posisi struktural. Perubahan akibat depresiasi dilaporkan setiap 1 (satu) tahun. Tata cara pengajuan permohonan diatur lebih lanjut dalam ketentuan ini.
(2) Posisi struktural sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah posisi yang sekurang-kurangnya memenuhi kriteria: a. bagian dan investasi strategis dan penting untuk operasional Bank atau
posisi yang diwajibkan oleh otoritas; b. posisi tersebut merupakan investasi jangka menengah atau
jangka panjang dan tidak digunakan untuk tujuan spekulatif; c. posisi tersebut telah disetujui oleh Direksi Bank. Termasuk posisi dalam ayat ini antara lain: a. penempatan dana yang bersifat permanen di kantor cabang di luar
negeri yang diwajibkan oleh otoritas setempat; b. pembelian aktiva tetap untuk kantor cabang Bank di luar negeri; c. penyertaan dalam valuta asing, tidak termasuk penyertaan dalam
rangka penyelamatan kredit; d. posisi lindung nilai yang dilakukan untuk melindungi nilai Modal yang
ditempatkan dalam mata uang asing; e. posisi lindung nilai terhadap penempatan dana yang bersifat
permanen di kantor cabang luar negeri; f. Dana Usaha kantor cabank bank asing di Indonesia yang
diperhitungkan sebagai Modal; g. Pinjaman Subordinasi dan Modal Pinjaman yang diperhitungkan
sebagai Modal.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis oleh Bank kepada Bank Indonesia, dengan alamat: a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, J1. MH. Thamrin No.2 Jakarta
10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
91
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Lamp. 1 SE 9/33/DPNP 2007 butir II.3.d.2) dan 3)
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.
(4) Dalam hal permohonan Bank untuk mengecualikan posisi struktural dalam valuta asing pada perhitungan Posisi Devisa Neto disetujui oleh Bank Indonesia maka Bank wajib menerapkan pengecualian posisi struktural dimaksud secara konsisten.
(5) Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib
menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan status dari Posisi Struktural dan bukti pembukuan transaksi. Contoh: Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung antara lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti pembayaran dan dokumen pembukuan.
(6) Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank untuk memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang akan dikecualikan dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
Pelaporan 131 Pasal 7
7/37/PBI/2005 (1) Bank wajib menyampaikan laporan Posisi Devisa Neto akhir hari kerja
secara berkala dan benar kepada Bank Indonesia. (2) Tata cara mengenai penyusunan dan penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada ketentuan yang berlaku tentang Laporan Harian Bank Umum.
(3) Bank wajib menyesuaikan Penyusunan Laporan Harian Bank Umum untuk Laporan Posisi Devisa Neto sesuai dengan ketentuan tentang Posisi Devisa Neto yang berlaku.
132 Pasal 7A 12/10/PBI/2010
(1) Bank wajib menatausahakan informasi yang mendukung pemantauan Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 124 ayat (1) dan Paragraf 125 ayat (1).
Informasi yang mendukung antara lain berupa deal conversation, deal confirmation, blotter, dan/atau informasi pendukung lainnya.
(2) Bank Indonesia dapat meminta informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila diperlukan.
(3) Dalam hal terjadi pelanggaran kewajiban pengelolaan dan pemeliharaan atas Posisi Devisa Neto pada akhir hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 126 ayat (1), Bank wajib menyampaikan laporan pelanggaran dimaksud kepada Bank Indonesia dengan format sebagaimana dalam Lampiran 13.
Penyampaian laporan dari Bank kepada Bank Indonesia dialamatkan kepada: a. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengawasan Bank yang membawahi
pengawasan bank yang bersangkutan, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berada di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bogor, Kota Depok,
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
92
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
Kabupaten/Kota Tanggerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Kerawang);
b. Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi, bagi Bank yang berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a.
(4) Laporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
paling lambat pukul 16.00 WIB pada 2 (dua) hari kerja setelah terjadinya pelanggaran.
Contoh waktu pelaporan pelanggaran Posisi Devisa Neto yang melampaui batas paling tinggi 20% modal adalah sebagai berikut: a. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit
terjadi pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2010, maka Bank menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Rabu tanggal 4 Agustus 2010 pukul 16.00 WIB.
b. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto setiap 30 (tiga puluh) menit terjadi pada hari Jumat tanggal 17 September 2010, maka Bank menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Selasa 21 September 2010 pukul 16.00 WIB.
c. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja terjadi pada hari Senin tanggal 2 Agustus 2010, maka Bank menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Rabu tanggal 4 Agustus 2010 pukul 16.00 WIB.
d. Apabila pelanggaran Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja terjadi pada hari Jumat tanggal 17 September 2010, maka Bank menyampaikan laporan pelanggaran paling lambat pada hari Selasa 21 September 2010 pukul 16.00 WIB.
(5) Laporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditandatangani
paling kurang oleh pejabat eksekutif Bank.
Yang dimaksud dengan “pejabat eksekutif” adalah pejabat eksekutif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Bank Umum dan Bank Umum Syariah.
133 Pasal 8 7/37/PBI/2005
(1) Bank wajib menyusun laporan Posisi Devisa Neto akhir hari kerja dengan menggunakan Kurs Penutupan.
(2) Dalam hal Kurs Penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk valuta asing tertentu tidak tersedia, Bank dapat menggunakan crossing rate pada waktu yang sama dengan Kurs Penutupan.
Jangka Waktu Penyelesaian Pelanggaran 134 Pasal 9
5/13/PBI/2003 Bagi Bank yang melanggar kewajiban memelihara Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) sebagai akibat perubahan cakupan aktiva valuta asing, pasiva valuta asing, dan rekening administratif sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5), yang berkaitan dengan posisi struktural diberikan waktu untuk menyelesaikan pelanggaran Posisi Devisa Neto dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan tentang Posisi Devisa Neto yang
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
93
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
berlaku. Dengan ketentuan ini pelanggaran Posisi Devisa Neto akibat adanya perubahan ketentuan yang terkait dengan posisi struktural tidak dikenalkan sanksi pelanggaran sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak diberlakukannya ketentuan tentang Posisi Devisa Neto yang berlaku.
135 Pasal 9A 6/20/PBI/2004
Bagi Bank yang pada saat berlakunya ketentuan ini memiliki Posisi Devisa Neto untuk neraca melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) huruf b wajib menurunkannya sehingga selambat-lambatnya pada tanggal 1 September 2004 Posisi Devisa Neto neraca telah sesuai dengan ketentuan tentang Posisi Devisa Neto yang berlaku.
Sanksi 136 Pasal 10
12/10/PBI/2010 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
124, Paragraf 130 ayat (4), Paragraf 132 ayat (1), dan Paragraf 133 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
(2) Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Paragraf 126 ayat (1), dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan b. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) setiap hari pelanggaran atau paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dalam 1 (satu) tahun kalender.
(3) Bank yang melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Paragraf 126 ayat (1) selama lebih dari 1 (satu) hari kerja dan tidak menyampaikan laporan dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 132 ayat (4), maka selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank juga dikenakan sanksi berupa penurunan 1 (satu) peringkat penilaian faktor manajemen dan peningkatan penilaian profil risiko untuk Risiko Kepatuhan pada penilaian tingkat kesehatan Bank dalam 2 (dua) periode penilaian setelah exit meeting.
137 Pasal 10A 12/10/PBI/2010
(1) Dalam hal Bank melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Paragraf 126 ayat (1) selama 5 (lima) hari kerja secara berturut-turut atau 15 (lima belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun kalender, namun Bank telah menyampaikan laporan pelanggaran, maka selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 136 ayat (2), terhadap pengurus dan/atau pejabat eksekutif yang bertanggung jawab dilakukan proses penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
(2) Dalam hal Bank melakukan pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Paragraf 126 ayat (1) lebih dari 1 (satu) hari kerja dan Bank tidak menyampaikan laporan dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 132 ayat (4), maka selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 136 ayat (2) dan ayat (3), terhadap pengurus dan/atau pejabat eksekutif yang bertanggung jawab dilakukan proses penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan
Likuiditas Valuta Asing Transaksi Valuta Asing
94
Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan
yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
138 Pasal 10B 12/10/PBI/2010
Sanksi terkait dengan tingkat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 136 ayat (3) dan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 137 ayat (2) tidak berlaku dalam hal pelanggaran Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 125 ayat (1) dan Paragraf 126 ayat (1) lebih dari 1 (satu) hari kerja terjadi karena adanya koreksi perhitungan modal dari hasil pemeriksaan Bank Indonesia.
94
`Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 1
BANK …. LAPORAN MINGGUAN
TRANSAKSI FORWARD BELI BANK DENGAN PIHAK ASING TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal No Counterparty Tujuan Transaksi Jangka Waktu Jumlah
… 1. …
2. …
… …
1. …
2. …
… …
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi 2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi 3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C, Perdagangan Dalam Negeri atas dasar SKBDN, atau
b. Bukan Investasi 4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi 5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi 6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan 7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk
tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
95
95
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 2 BANK ….
LAPORAN MINGGUAN TRANSAKSI SWAP BELI BANK DENGAN PIHAK ASING
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal No Counterparty Tujuan Transaksi Jangka Waktu Jumlah
… 1. …
2. …
… …
1. …
2. …
… …
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi 2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi 3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C, Perdagangan Dalam Negeri atas dasar SKBDN, ata u
b. Bukan Investasi 4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi 5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi 6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan 7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
96
96
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 3
BANK …. LAPORAN MINGGUAN
TRANSAKSI OPTION BANK DENGAN PIHAK ASING TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Tanggal No Counterparty Tujuan Transaksi Jangka Waktu Jumlah
… 1. …
2. …
… …
1. …
2. …
… …
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi 2. Kolom Counterparty diisi dengan nama pihak lawan transaksi 3. Kolom Tujuan Transaksi diisi dengan:
a. Investasi, dirinci dengan Penyertaan Langsung, Pemberian Kredit, dan Pembelian Surat-surat Berharga, Export atas dasar L/C, Perdagangan Dalam Negeri atas dasar SKBDN, atau
b. Bukan Investasi 4. Kolom Jangka Waktu diisi dengan tenor transaksi 5. Kolom Jumlah diisi dengan nilai individual transaksi 6. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan 7. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk tetap
negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar
97
97
negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/23/DPD Tanggal 8 Juli 2005
Lampiran 4
BANK …. LAPORAN MINGGUAN
REKAPITULASI TRANSAKSI DERIVATIF BANK DENGAN PIHAK ASING PER JENIS TRANSAKSI DAN TUJUAN TRANSAKSI
TANGGAL…..s.d…….BULAN……
(dalam ribu USD)
Forward Swap Option TOTAL POSISI
Tanggal
Investasi Bukan
Investasi Bukan
Investasi Bukan
Investasi Bukan Bukan
Investasi Investasi Investasi Investasi Investasi
… … … … … … … … … …
…
…
…
…
…
KETERANGAN
1. Kolom Tanggal diisi tanggal transaksi 2. Kolom Posisi diisi dengan Posisi (outstanding) transaksi Bukan Investasi sampai dengan tanggal yang bersangkutan. Cara perhitungan: Posisi awal
hari (+/-) 3. Ekivalen valuta asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi dilakukan 4. Pihak Asing adalah warga negara asing, badan hukum asing atau lembaga asing lainnya, warga negara Indonesia yang memiliki status penduduk
tetap negara lain dan tidak berdomisili di Indonesia, kantor Bank di luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia, kantor perusahaan di luar negeri dari perusahaan yang berbadan hukum Indonesia.
98
LAMPIRAN I SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/DPM TANGGAL 28 FEBRUARI 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEDUA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 10/42/DPD PERIHAL PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK
CONTOH SURAT PERMOHONAN PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK
OLEH PVA BANK DAN PVA BUKAN BANK
KOP SURAT PERUSAHAAN
SURAT PERMOHONAN PEMBELIAN VALUTA ASING
TERHADAP RUPIAH
Menunjuk Pasal 3 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/28/PBI/2008 tanggal 12 November 2008 tentang Pembelian Valuta Asing Terhadap Rupiah kepada Bank , bahwa kami :
Nama PVA : ................................................................................ No. KPmIU : ................................................................................
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Selisih antara total penjualan dengan total pembelian (net jual) valuta asing terhadap rupiah yang kami lakukan dengan nasabah dalam 1 (satu) bulan terakhir adalah sebesar USD ........................... Jumlah ini merupakan dasar transaksi kami dalam melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank. Transaksi pembelian tersebut kami perlukan untuk memenuhi kebutuhan valuta asing kami dalam bertransaksi dengan nasabah kami.
2. Sebagai …
99
2. Sebagai pendukung pembelian valuta asing di atas, terlampir kami sampaikan fotokopi data rekapitulasi transaksi jual beli harian kami dengan nasabah selama 1 (satu) bulan terakhir.
Demikian surat permohonan kami buat dengan sebenar-benarnya. Tempat ..................., Tgl/Bulan/Tahun
Hormat kami,
PT .........................
Ttd. dan Cap Perusahaan
Nama Jelas
(Direktur/Pimpinan Cabang)
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
100
Contoh Perhitungan Net Jual Berdasarkan Data Transaksi Harian
Jual Beli UKA antara PVA “XYZ” dengan Nasabah PVA
Dalam US Dollar
PEMBELIAN PENJUALAN
NET JUAL DILUAR TRANSAKSI DENGAN
PVA DAN BANK
a b (b-a)
Tanggal Nominal Nasabah Nominal Nasabah Nominal
1-Apr-13 30,000 A 35,000 B 5,000
2-Apr-13 150,000 BANK ABC 1) 120,000 C 2) 120,000
4-Apr-13 25,000 D 30,000 PVA PQR 1) (25,000)
8-Apr-13 10,000 PVA MNO 1) 10,000 I 10,000
9-Apr-13 60,000 J 50,000 K (10,000)
10-Apr-13 120,000 PVA PQR 1) 110,000 L 2) 110,000
12-Apr-13 25,000 PVA JKL 1) 30,000 P 30,000
15-Apr-13 5,000 Q 35,000 PVA MNO 1) (5,000)
16-Apr-13 75,000 BANK KLM 1) 80,000 R 80,000
18-Apr-13 120,000 PVA JKL 1) 140,000 PT BTA 2) 140,000
22-Apr-13 25,000 S 35,000 PVA PQR 1) (25,000)
23-Apr-13 75,000 BANK ABC 1) 120,000 PVA JKL 1) -
24-Apr-13 120,000 PVA MNO 1) 110,000 PVA PQR 1) -
29-Apr-13 110,000 BANK ABC 1) 130,000 PT DEF 2) 130,000
30-Apr-13 10,000 A 9,000 W (1,000)
Total 960,000 1,044,000
Total Transaksi di luar Bank dan PVA
155,000 714,000
559,000
Keterangan:
1) Tidak termasuk dalam perhitungan net jual.
2) Nasabah wajib melampirkan dokumen underlying pembelian sesuai ketentuan pada butir 7.c.2).a), 7.c.2).b), 7.c.2).c), 7.c.2).d), dan/atau 7.c.2).f).
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/DPM TANGGAL 28 FEBRUARI 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEDUA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 10/42/DPD PERIHAL PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK
101
Lampiran 7
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010 List of Pilot Enterprises Participating in RMB Cross-border Trade Settlement
Name Of Company City
1 Guangdong Commercial Trading Import And Export Corporation Guang Zhou
2 Guangdong Silique International Group Maufar Corp.,Ltd. Guang Zhou
3 Guangdong Silique International Group Wintex Corp.Ltd Guang Zhou
4 Guangdong Silique International Group Garment Co.,Ltd. Guang Zhou
5 Guangdong Light Industrial Products Imp And Exp Holdings Corp. Guang Zhou
6 Guangdong Foreign Trade Imp.And Exp. Corp. Guang Zhou
7 Guangdong Foodstuffs Import & Export (Group) Corparation Guang Zhou
8 Guangdong Native Produce I/E Corp. (Group).Ltd Guang Zhou
9 China National Nonferrous Metals Imp.& Exp. Guangdong Corp. Guang Zhou
10 Guanddong Stationary And Sporting Goods Imp And Exp Corp. Guang Zhou
11 Guangzhou Henghao Chemical Science Co.Ltd. Guang Zhou
12 Ho Yu Shoe Material Ltd Guang Zhou
13 Gise Kam Kwan International Trade Ltd. Guang Zhou
14 Guangzhou Flashlight Industrial Corporation Guang Zhou
15 Guangzhou Automobile Trading Co Ltd Guang Zhou
16 Htc Trade Co Ltd Guang Zhou
17 Guangzhou Pearl River Piano Group Co., Ltd Guang Zhou
18 Guangzhou Shunlung Industrial Corp. Guang Zhou
19 Guangzhou Shun Lung Industrial Corp. Guang Zhou
20 Guangzhou Lun Rigid New Material Corporation Guang Zhou
21 Guangzhou Elec&Eltek Megenetic Integrated Connetors First Co.,Ltd Guang Zhou
22 W & G Biaxial Materials Technology Corporation Guang Zhou
23 Pan-Asia Pet Resin(Guangzhou)Co.,Ltd. Guang Zhou
24 Guangdong Silkgroup Fortune Co.,Ltd. Guang Zhou
25 Guangzhou Nypro Molding Plastics Products Co.,Ltd. Guang Zhou
26 Telegoal (Guangzhou) Garment Company Limited Guang Zhou
27 Guang Zhou Panyu Massway Stationnery & Gift Box Co.,Ltd. Guang Zhou
28 Exquisite Knitters (Guangzhou) Ltd. Guang Zhou
29 Guangzhou Huabao Glass Co.,Ltd Guang Zhou
30 Guangzhou City Pan Yu Chun Fung Footwear Company Limited Guang Zhou
31 Grg Banking Equipment Co.,Ltd. Guang Zhou
Guangzhou Economic And Technical Development District
32 Construction Import And Export Co. Ltd Guang Zhou
33 Golden Ware Enterprise Limited Guang Zhou
34 Guangdong Guangxin Trade Development Co.,Ltd Guang Zhou
35 Guangzhou Evervan Footwear Co.,Ltd. Guang Zhou
36 Guangzhou Sunmile…
101
102
36 Guangzhou Sunmile Industries Co Ltd Guang Zhou
37 Guangzhou Trademaster & Creation Ltd. Guang Zhou
38 Hedy Holding Co.,Ltd Guang Zhou
39 Guangdong Silk I/E Corp.(Group).Ltd Guang Zhou
40 Guangzhou Grace Electron Corporation Guang Zhou
41 Epoxy Base Electronic Material Co.,Ltd. Guang Zhou
42 Guangzhou Panyu Southern Star Co. Ltd. Guang Zhou
43 Guangzhou Huasheng Paints And Pigments Co., Ltd Guang Zhou
44 Guangzhou Shipyard International Co. Ltd. Guang Zhou
45 China National Aero-Technology Guangzhou Co.,Ltd Guang Zhou
46 Eleceltek (Guangzhou ) Electronics Co.,Ltd Guang Zhou
47 Lg Chemical (Guangzhou) Engineering Plastics Co.,Ltd. Guang Zhou
48 Guangzhou Zhujiang Steel Co Ltd Guang Zhou
49 Guangzhou Tws Electronics Limited Guang Zhou
50 Pan Overseas (Guangzhou) Electronic Co.,Ltd Guang Zhou
51 Guangzhou Malting Company Ltd Guang Zhou
52 Guangzhou Yiguan Leather Products Co.,Ltd Guang Zhou
53 Wells Electronic Material(Guangzhou)Co.,Ltd. Guang Zhou
54 Guangzhou Starlite Environmental Friendly Center Limited Guang Zhou
55 Guangzhou Jianyuan Material Trade And Logistics Co.Ltd Guang Zhou
56 Kingfa Sci.& Tech.Co.,Ltd Guang Zhou
57 Guangdong Petro_Trade Development Corporation. Guang Zhou
58 Tai-I Jiang Corp (Guangzhou) Co., Ltd Guang Zhou
59 Tai-I Copper (Guangzhou) Co., Ltd Guang Zhou
60 Huntsman Advanced Materials (Guangdong) Company Limited Guang Zhou
61 Huntsman Textile Effects (China) Co.,Ltd. Guang Zhou
62 Guangzhou Power Construct Trade Co. Ltd. Guang Zhou
63 Panyu Metals And Minerals Imp And Exp Corp Guang Zhou
64 Guangzhou Zhujiang Lianggua Footwear Co.,Ltd Guang Zhou
65 High Sun Electrical Industrial Co., Ltd. Guang Zhou
66 Ggec Thchnology Limited Guang Zhou
67 Guoguang Electric Company Limited Guang Zhou
68 First Audio Manufacturing Co.,Ltd. Guang Zhou
69 Guangzhou Tiger Head Battery Group Co.,Ltd Guang Zhou
70 Guangzhou Nansha Santis Substrates Ltd Guang Zhou
71 Panyu Juda Car Audio Equipment Co.,Ltd Guang Zhou
72 Guangzhou Kwangfeng Industrial Co.,Ltd. Guang Zhou
73 Guangzhou Couger Metal Material Ltd. Guang Zhou
74 Guangzhou Kam Hing Textile Dyeing Co Ltd Guang Zhou
75 Bogart …
102
103
75 Bogart Lingerie (Guangzhou) Limited Guang Zhou
76 Guangzhou Panyu Pegasus Footwear Co.,Ltd. Guang Zhou
77 Guang Zhou Chuang De Shoes Co.,Limited Guang Zhou
78 Guangzhou Chuangyu Garment Co.,Ltd Guang Zhou
79 Guangzhou City Panyu Ever Rich Knitting Garment Co.,Ltd. Guang Zhou
80 Guangzhou Xingxiangweiye Development Co.,Ltd Guang Zhou
81 Guangzhou Pule Packaging Container Co.,Ltd Guang Zhou
82 Guangzhou Younibao Trade Co.,Ltd Guang Zhou
83 Guangzhou Runtian Import And Export Co Ltd Guang Zhou
84 Df Import & Export Corp.,Ltd Guang Zhou
85 Tency Enterprise Ltd. Guang Zhou
86 Sabic Innovative Plastics Co.,Ltd (China) Guang Zhou
87 Guangzhou Textile Industry Union Import Export Corporation Guang Zhou
88 Guangzhou Light Holdings Limited Guang Zhou
89 Gree Electric Appliances, Inc. Of Zhuhai Zhu Hai
90 Zhuhai Unicizers Industrial Co.,Ltd. Zhu Hai
91 Philips Dap Company Ltd Zhuhai S.E.Z Zhu Hai
92 New Ocean Energy Holdings Limited Zhu Hai
93 Zhuhai Hansen Technology Co.,Ltd. Zhu Hai
94 China Electronics Zhuhai Co.,Ltd. Zhu Hai
95 Zhuhai Yueyufeng Iron And Steel Co Ltd Zhu Hai
96 Elec-Tech International Co.,Ltd. Zhu Hai
97 Zhuhai Wonderful Electric Power Goods And Materdals Co.Ltd. Zhu Hai
98 Yuhua Polyester Co.,Ltd Of Zhuhai Zhu Hai
99 Zhuhai Founder Technology Multi-Layer Pcb Co.,Ltd. Zhu Hai
100 Eastcom Peace Smart Card Co.,Ltd. Zhu Hai
101 Intelligent Components Technology Zhuhai Ltd Zhu Hai
102 V.S. Technology Industry Park(Zhuhai) Co.,Ltd Zhu Hai
103 Zhuhai Chi Cheng Technology Co.,Ltd Zhu Hai
104 Zhuhai Shi You Chemical Co.,Ltd Zhu Hai
105 Zhuhai S.E.Z. Hongta Renheng Paper Co.,Ltd Zhu Hai
106 Print-Rite. Unicorn Iwage Products Co.,Ltd Of Zhuhai Zhu Hai
107 Jin Pin Electrical Co., Ltd Zhuhai S.E.Z. Zhu Hai
108 Zhuhai Qinfa Trading Co.,Ltd Zhu Hai
109 Taltex(Zhuhai) Ltd Zhu Hai
110 Teck Soon Hong (Zhuhai) Flavours And Fragrances Ltd Zhu Hai
111 Zhuhai Yinghao Electronic Technology Co Ltd Zhu Hai
112 Zhuhai Sunland Trading Co.,Ltd. Zhu Hai
113 Guangdong Ronsen Super Micro-Wire Co.,Ltd Zhu Hai
114 Apollo …
103
104
114 Apollo Zhuhai Electronics Co.,Ltd Zhu Hai
115 Zhuhai Lewaunion Woollen Mills Limited Zhu Hai
116 Zhuhai Novel Spinning Knitting And Dyeing Co.,Ltd Zhu Hai
117 Sing Hwa Garment Dlpt (Zhuhai) Ltd Zhu Hai
118 Sunway Plastics And Electric(Zhuhai) Co.,Ltd Zhu Hai
119 Kingtech (Zhuhai) Pcb Limited Zhu Hai
120 Zhuhai Doree Electronic Co.,Ltd. Zhu Hai
121 Zhuhai Lightex Woollen Mills Limited Zhu Hai
122 Luen Fung (Zhuhai) Knitwear Ltd. Zhu Hai
123 Zhuhai Lichen Medicine Co.,Ltd Zhu Hai
124 Dai Cheong (Zhuhai) Concretepile Co.,Ltd Zhu Hai
125 Zhuhai Golden Clothing Co.,Ltd Zhu Hai
126 Guangdong Nam Kwong Industrial And Trading Corp. Zhu Hai
127 Dongguan Fay Candle Co., Ltd Dong Guan
128 Dongguan Aall & Zyleman Baby Goods Ltd Dong Guan
129 Dongguan Datlywtn Watch Co., Ltd Dong Guan
Dongguan Supreme Plastic And Metal Manufacturing Company
130 Limited Dong Guan
131 Dongguan Nine Dragons Paper Industries Co.,Ltd. Dong Guan
132 Dongguan Texwinca Textile & Garment Ltd. Dong Guan
133 Dongguan Kingsun Optoelectronic Co.,Ltd. Dong Guan
134 Dongguan Xinya Electronic Technology Co.,Ltd Dong Guan
135 Dongguan Ming Hui Shoes And Garment Co.,Ltd Dong Guan
136 Dongguan Wisetex Knitwear Manufactoring Ltd Dong Guan
137 Dongguan Walltes Decorative Material Co.,Ltd. Dong Guan
138 Dongguan Piko Model Manufacturing Ltd. Dong Guan
139 Dongguan Win-Tech Plastic Materials Ltd Dong Guan
140 Iriver China Co Ltd Dong Guan
141 Guangdong Shengyi Sci. Tech Co., Ltd Dong Guan
142 Konica Minolta Business Technologies(Dongguan)Co Ltd Dong Guan
143 Dongguan Shung Chong Steel Products Co Ltd Dong Guan
144 Fugang Electronic (Dongguan) Co.,Ltd Dong Guan
145 Topship Chemical Co., Ltd Dong Guan
146 Foxlink Electronic (Dongguan) Co.,Ltd Dong Guan
147 Tatsin Furniture(Dongguan) Co.Ltd Dong Guan
148 Dongguan Island Printing Co,Ltd Dong Guan
149 Dongguan Taifu Electronic Co.,Ltd Dong Guan
150 Dongguan Senlin Textile Ltd Dong Guan
151 Guangdong Silver Age Sci And Tech. Co.,Ltd. Dong Guan
152 Dongguan Nova…
104
105
152 Dongguan Nova Furniture Co.,Ltd Dong Guan
153 Dongguan Sheng He Chemicals Co., Ltd. Dong Guan
154 Dongguan Keystone Electric Wire And Cable Co.,Ltd Dong Guan
155 Dongguan Qifeng Foreign Trade Co.,Ltd Dong Guan
156 Dongguan Gloss Mind Apparel Co.,Ltd Dong Guan
157 Dongguan Maugee Industril. Ltd Dong Guan
158 Dongguan Jing Yi Knitted Garment Co.Ltd Dong Guan
159 Million Harvest Dongguan Co.Ltd Dong Guan
160 Dongguan Xinlong Varnished Wire Co., Ltd Dong Guan
161 Good Prosperity Furniture(Dongguan)Company Ltd Dong Guan
162 Dongguan City Xingye Industry Co.,Ltd. Dong Guan
163 Dongguan Universal Circuit Board Equipment Co.,Ltd Dong Guan
164 Dongguan Fortune Furniture Ltd Dong Guan
165 Dongguan Nan Sing Plastics Ltd. Dong Guan
166 Dongguan Aoyu Hardware And Plastic Co.,Ltd Dong Guan
167 Dongguan Yihui Trade Co.Ltd Dong Guan
168 The Wing Fat Printing(Dongguan)Co.Ltd Dong Guan
169 Silver Age Engineering Plastics (Dongguan) Co.,Ltd. Dong Guan
170 Dongguan Great Eastern Garment Limited Dong Guan
171 Dong Guan Wan Tai Rubber Co.,Ltd. Dong Guan
172 Dongguan Lingqiao Metaland Plastic Manufacturing Ltd Dong Guan
173 Dongguan Huasheng Audio Products Co.,Ltd. Dong Guan
174 Dongguan Aeon Tech Co.,Ltd. Dong Guan
175 Dongguan Land Dragon Paper Industries Co., Ltd Dong Guan
176 Dongguan Sea Dragon Paper Industries Co., Ltd Dong Guan
177 Best System (Dg) Limited Dong Guan
178 Dongguan Skywalk Sole Co.,Ltd Dong Guan
179 Dongguan Shingtak Shoes Company Ltd Dong Guan
180 Dongguan Ming Hoi Dyeing & Finishing Factory Co., Ltd. Dong Guan
181 Dongguan Janus Plastic Product Co Ltd Dong Guan
182 Dongguan Yongqiang Vehicles Manufacturing Co.,Ltd Dong Guan
183 Ricoh Elemex (Shenzhen) Co., Ltd. Shen Zhen
184 Hung Hing Printing(China) Co., Ltd. Shen Zhen
185 Shenzhen Vitasoy (Guangming) Foods And Beverage Co., Ltd Shen Zhen
186 Shenzhen Globe Union Industrial Corp. Shen Zhen
187 Haojia Electronic (Shenzhen) Ltd Shen Zhen
188 Unimicron Technology (Shenzhen) Corp. Shen Zhen
189 Z.China Paint Mist. Co.,(Shenzhen) Ltd Shen Zhen
190 Shenzhen Jianyi Tower Electronic Co., Ltd Shen Zhen
191 Action…
105
106
191 Action Technology (Shenzhen) Co.,Ltd Shen Zhen
192 Shenzhen Huili Electronic Co.,Ltd Shen Zhen
193 China Associate (Group) Co., Ltd. Shen Zhen
194 Zte Kangxun Telecom Co.,Ltd Shen Zhen
195 Shenzhen China Silk Enterprise Limited Shen Zhen
196 Shekou Lam Soon Flour Mills Co., Ltd Shen Zhen
197 Zte Corporation Shen Zhen
198 Shenzhen Mindray Bio-Medical&Electronics Co.,Ltd Shen Zhen
199 Shenzhen Huali Packing & Trading Co., Ltd Shen Zhen
200 Konka Group Co., Ltd Shen Zhen
201 Ce Lighting Ltd. Shen Zhen
202 Byd Precision Manufacture Co., Ltd Shen Zhen
203 Shenzhen Huawei Communication Technology Co.,Ltd Shen Zhen
204 Shenzhen Konka Communication Technology Co.,Ltd Shen Zhen
205 Shenzhen Zhongjin Lingnan Nonfemet Co.,Ltd Shen Zhen
206 China Electronics Shenzhen Company Shen Zhen
207 Tianma Microelectronics Co., Ltd Shen Zhen
208 Strongjet Technology Co., Ltd Shen Zhen
209 Ykk Zipper (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
210 Toshiba Tec Information Systems(Shen Zhen)Co.,Ltd Shen Zhen
211 Ricoh Componenis Asia (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
212 Timely Electronics (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
213 Regina Miracle Intimate Apparel (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
214 Simtai Optics (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
215 Fuding Precision Components (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
216 Sheng Longxing Electronics (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
217 Merry Electronics (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
218 Msi Computer (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
219 Winner Industries (Shenzhen) Co.,Ltd. Shen Zhen
220 Wei Chang Sing Electronics (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
221 Apcb Electronics (Shen Zhen) Co., Ltd. Shen Zhen
222 Shenzhen Yu Da Fu Electronic Co., Ltd Shen Zhen
223 Sanmina-Sci Enclosure Systems (Shenzhen) Co., Ltd. Shen Zhen
224 Chochuen Garment (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
225 Shenzhen Baohing Electronic Wire&Cable Manufacture Co., Ltd Shen Zhen
226 Nishoku Plastic Mold (Shenzhen)Co.,Ltd Shen Zhen
227 Sharetronic Digital Electronic (Shenzhen) Co.,Ltd Shen Zhen
228 Shenzhen Oriental Wanghe Industrial Co.,Ltd Shen Zhen
229 Pantene Industrial Co., Ltd. Shen Zhen
230 Gode…
106
107
230 Gode Electronics (Shenzhen) Co.,Ltd Shen Zhen
231 Starlite Printers (Shenzhen)Co.,Ltd Shen Zhen
232 Embry (China) Garments Limited Shen Zhen
233 Shenzhen Yuanxing Fruit Co., Ltd Shen Zhen
234 Shenzhen Bada Logistics Co., Ltd. Shen Zhen
235 Cnbmit Co.,Ltd Shen Zhen
236 Clad Garments (SHENZHEN)Co.Ltd Shen Zhen
237 SHENZHEN Harson Shoes.Limited Shen Zhen
238 Southseas Oils&Fats Industrial (Chiwan) Co.,Ltd Shen Zhen
239 Skyworth Multimedia (Shenzhen) Co., Ltd Shen Zhen
240 A-Max Technology (China) Ltd. Shen Zhen
241 Huike Electronics (Shenzhen) Co. Ltd Shen Zhen
242 Epson Engineering (Shenzhen) Ltd. Shen Zhen
243 Leefung-Asco Printers Holdings Limited Shen Zhen
244 Wynne Wood Toys Industrial (Shenzhen) Co., Ltd. Shen Zhen
245 Shenzhen Wanhe Pharmaceutical Co., Ltd Shen Zhen
246 Shenzhen Sangfei Consumer Communications Co,Ltd. Shen Zhen
247 Shenzhen Seastar Technology Co.,Ltd Shen Zhen
248 Shenzhen Zowee Technology Co.,Ltd Shen Zhen
249 Shenzhen Chuangwei-RGB Electronics Co., Ltd. Shen Zhen
250 Shenzhen Diguang Electronics Co., Ltd. Shen Zhen
251 Shenzhen Coship Electronics Co.,Ltd. Shen Zhen
252 Emerson Network Power Co., Ltd. Shen Zhen
253 Shenzhen Yifang Digital Technologies Co.,Ltd Shen Zhen
254 Measurement Specialties (China) Ltd Shen Zhen
Shenzhen Southern Cimc Eastern Logistics Equipment Manufatore
255 Co., Ltd Shen Zhen
256 Byd Company Ltd Shen Zhen
257 Omron Electronic Components (Shenzhen) Ltd. Shen Zhen
258 Shenzhen BAK Battery CO., LTD. Shen Zhen
259 Join-One Electric(Shenzhen) Co.,Ltd Shen Zhen
260 Huawei Technologies Co., Ltd Shen Zhen
261 Monforts Fong's Textile Machinery(Shenzhen)Co.,Ltd Shen Zhen
262 Shenzhen Ktc Computer Technology Co., Ltd Shen Zhen
263 Cnb Technology Inc. Shen Zhen
264 Mingle Metal (Shen Zhen) Co., Ltd Shen Zhen
265 Shenzhen Excelstor Technology Ltd Shen Zhen
266 Shenzhen Samsung Sdi Co., Ltd Shen Zhen
267 Shenzhen Hi-Optel Technology Co., Ltd. Shen Zhen
268 Shenzhen Aerospace…
107
108
268 Shenzhen Aerospace Guangyu Industry(Group)Corp. Shen Zhen
269 Shenzhen Hongji Entertrises (Holdings) Ltd Shen Zhen
270 Eternal Asia Supply Chain Management Ltd. Shen Zhen
271 Shenzhen Prolto Supply Chain Management Co. Ltd. Shen Zhen
272 Tianji Electronics (Shenzhen) Co.,Ltd Shen Zhen
273 Shenzhen Longgang Foreign Economic Development Co.,Ltd. Shen Zhen
274 Baoshan Iron&Steel Co.,Ltd. Shang Hai
275 Sinochem Shanghai Co.,Ltd Shang Hai
276 Siic Shanghai Int'l Trade(Group) Co.,Ltd. Shang Hai
277 Shanghai Silk Groub Co.,Ltd Shang Hai
278 Shanghai Foreign Trade Enterprises Co.,Ltd. Shang Hai
279 Shanghai Foreign Trade Enterprises Pudong Co.,Ltd. Shang Hai
280 Shanghai Flying Horse Imp.&Exp.Co.,Ltd. Shang Hai
281 Shanghai Metals & Minerals Imp&Exp Corp. Shang Hai
282 Ikea(China)Investment Co.,Ltd Shang Hai
283 Sassin International Electric Shanghai Co.,Ltd Shang Hai
284 Shanghai Baolong Sales Co.,Ltd. Shang Hai
285 Shanghai Electric Group Company Limited Shang Hai
286 Shanghai Zhenhua Heavy Industry Co.,Ltd. Shang Hai
287 Shanghai Urban Construction Group Shang Hai
288 China Building Material International Engineering Co.,Ltd. Shang Hai
289 Sinochem International Corporation Shang Hai
290 Shanghai Zhongze International Trade Co.,Ltd. Shang Hai
291 Shanghai Electric International Economic & Trade Co.,Ltd. Shang Hai
292 Shanghai Huanyu Import & Export Co.,Ltd. Shang Hai
293 Semiconductor Manufacturing International Corporation Shang Hai
294 Shanghai Bell Co.,Ltd. Shang Hai
295 Hudong-Zhonghua Shipbuilding (Group) Co., Ltd. Shang Hai
296 Shanghai Hewlett-Packard Co.,Ltd Shang Hai
297 STATS Chippac Shanghai Co., Ltd Shang Hai
298 Basf Auxiliary Chemicals Company Limited Shang Hai
299 Shanghai Michelin Warrior Tire Co.,Ltd. Shang Hai
300 Shanghai Shipyard Co.,Ltd. Shang Hai
301 Orient International Holding Shanghai Knitwear I/E Co.,Ltd. Shang Hai
302 Shanghai San Kai Imp. &Exp. Co.,Ltd.C46 Shang Hai
303 Shanghai Bada Textile Printing And Dyeing Garment Co.,Ltd. Shang Hai
China Shanghai (Group) Corporation For Foreign Economic & Shang Hai
304 Technological Cooperation
305 China,S Dongfeng Automobile Import & Export Co.,Ltd. Shang Hai
306 Shanghai Win…
108
109
306 Shanghai Win-Wing Imp.&Exp. Co.,Ltd. Shang Hai
307 Shanghai Haicheng Economic & Trade Co.,Ltd Shang Hai
308 Shanghai Dongyuan Enterprise Development Co.,Ltd. Shang Hai
309 Shanghai Jianpu Import & Export Co.,Ltd. Shang Hai
310 Shanghai Jin Jiang International Trading Co.,Ltd. Shang Hai
311 Shanghai Atomic Energy Industry Co.,Ltd. Shang Hai
312 Shanghai New World Corporation Ltd. Shang Hai
313 Shanghai Foodstuffs Imp.& Exp.Corp. Shang Hai
314 Shanghai Minguang Imp.& Exp.Co.,Ltd. Shang Hai
315 Shanghai Light Industrial Prodocts Imp. & Exp.Co.,Ltd. Shang Hai
316 Shanghai Hansen Investment Developing Co.,Ltd Shang Hai
317 Shanghai Lansheng Corporation Shang Hai
318 Shanghai Shenda Imp.& Exp.Co.,Ltd. Shang Hai
319 Jiangnan Shipbuilding(Group)Co.,Ltd. Shang Hai
320 China Mcc International Economic And Trade Co.,Ltd. Shang Hai
321 Shanghai Toys Imp.& Exp.Co.,Ltd. Shang Hai
322 Shanghai Dragon (Group) Corporation(Sdc) Shang Hai
323 Sinosteel Shanghai Co.,Ltd. Shang Hai
324 Shanghai Baoqing Asset Management Co.,Ltd. Shang Hai
325 Shanghai Baolong Int,L Trading Co.,Ltd. Shang Hai
326 Shanghai Senlian Timber Industrail Development Co.,Ltd. Shang Hai
327 Shanghai Tunnel Engineering Co.,Ltd. Shang Hai
328 China Haisum Engineering Co.,Ltd. Shang Hai
329 Shanghai Port Technology Engineer Service Co.,Ltd. Shang Hai
330 Double Coin Holdings Ltd. Shang Hai
331 Shanghai Chemical Industry Supply & Sales Co.,Ltd. Shang Hai
332 Shanghai Dongsong International Trading Co.,Ltd. Shang Hai
333 Shanghai Shenlong International Trading Co.,Ltd. Shang Hai
334 Shanghai Vostosun Industrial Co.,Ltd. Shang Hai
335 Shanghai Wor-Biz. Trading Co.,Ltd. Shang Hai
336 Shanghai Tiqiao Textile &Yarn Dyeing Co.,Ltd Shang Hai
337 Shanghai Povos Enterprise(Group)Co.,Ltd. Shang Hai
338 Shanghai Sanweng International Trading Co.,Ltd. Shang Hai
339 Ningbo United Group Shanghai Imp.& Exp. Co.,Ltd. Shang Hai
340 Shanghai Tianyuan International Trade Co.,Ltd. Shang Hai
341 Johnson & Johnson (China) Co.,Ltd. Shang Hai
342 Shanghai Jinneng International Trade Co.,Ltd Shang Hai
343 Shanghai Shenlong Bus Co.,Ltd. Shang Hai
344 Shanghai Dynacast Electron Parts Co.,Ltd. Shang Hai
345 Shanghai Lansheng
109
110
345 Shanghai Lansheng Daewoo Corp. Shang Hai
346 Evapco (Shanghai) Cooling Equipment Co.,Ltd. Shang Hai
347 Shanghai Baoshan Taiping Container Co.,Ltd. Shang Hai
348 Bayer (Shanghai) Polyurethane Co.,Ltd. Shang Hai
349 Hannspree Technology (Shanghai) Co.,Ltd. Shang Hai
350 Shanghai Taiping Int,L Container Co.,Ltd. Shang Hai
351 Shanghai Singamas Container Holdings Co.,Ltd. Shang Hai
352 Pulcra Chemicals (Shanghai) Co.,Ltd. Shang Hai
353 Cognis Chemicals (China) Co.,Ltd. Shang Hai
354 Shanghai Mitsubishi Elevator Co.,Ltd. Shang Hai
355 Shanghai Fuji Xerox Co.,Ltd. Shang Hai
356 Shanghai Eternal Information Technology Co.,Ltd. Shang Hai
357 Shanghai Ab Food &Beverages Ltd. Shang Hai
358 Mitsubishi Electric Shanghai Electric Elevator Co.,Ltd Shang Hai
359 Cooltech Power(Shanghai)Ltd.&Shantou S.E.Z.Cooltech Power Ltd. Shang Hai
360 Shanghai Bcd Semiconductor Manufacturing Co.,Ltd. Shang Hai
361 Salim Van (Shanghai) Enterprise Group Co.,Ltd. Shang Hai
362 Bayer Paint Systems Shanghai Co.,Ltd. Shang Hai
363 Bayer (Shanghai) Polymer Co.,Ltd. Shang Hai
364 Shanghai Kerry Food Industries Co.,Ltd. Shang Hai
365 Shanghai Aotuolifu Automobile Security System Co.,Ltd. Shang Hai
110
111
111
Lampiran 8
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
SURAT PERMOHONAN PLEDGE Kepada Bank Indonesia – Direktorat Pengolaan Devisa Cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Devisa Menara Sjafruddin Prawiranegara Lantai 7 Jl. MH Thamrin No.2 Jakarta 10350 Perihal: Permohonan Pledge Dalam Rangka Transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement
Sehubungan dengan rencana pengajuan transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement (Repo) kami kepada Bank Indonesia dengan jangka waktu Repo selama................... (sebut dengan huruf) hari, dengan ini kami mengajukan permohonan pelaksanaan transaksi agunan (pledge) atas SBI/SUN/SBSN milik kami yang tercatat pada BI-SSSS sebagaimana terlampir. Nama Peserta : ............................................................... Member Code : ............................................................... Seri Surat Berharga : ............................................................... Nominal : ............................................................... Harga : ............................................................... Tanggal Setelmen : ............................................................... Tenor Pledge : ...............................................................
Surat permohonan beserta lampiran tersebut diatas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami membebaskan Bank Indonesia dari tuntutan hukum dan bertanggung jawab atas tuntutan hukum terhadap Penyelenggara dan tuntutan lainnya yang timbul terkait pelaksanaan pledge dimaksud. Demikian agar maklum dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, ............................... Nama Perusahaan
Tandatangan Pejabat berwenang
dan stempel Perusahaan
112
112
Lampiran 9
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
SURAT KUASA
Yang bertandatangan di bawah ini :
......(nama)......, .......(jabatan)......, bertempat tinggal di ....................., dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili (Direksi/Perusahaan Perseroan PT. Bank......),
berdasarkan karena itu ..................... dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Bank
...................., berdasarkan ............* (Pasal....Anggaran Dasar-nya yang dimuat dalam Akta Notaris
....., Nomor ....., tanggal ......) berkedudukan di .........., dan beralamat di ............ selanjutnya disebut
sebagai Pemberi Kuasa. *) Jika Bank adalah Bank Asing, maka : ......(nama)......, .......(jabatan)......,
bertempat tinggal di ....................., dalam hal ini bertindak ..... berdasarkan kekuatan Akta Power of
Attorney tertanggal ..... Nomor .... dibuat di hadapan ......, Notaris di Jakarta, demikian bertindak
untuk dan atas nama ..........................., cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan berdasarkan
hukum ......(negara kantor pusat bank asing) .........., dan dalam hal ini bertindak melalui kantor
cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta, ..........(alamat)..........., selanjutnya disebut sebagai
Pemberi Kuasa.
---- KHUSUS ----
1) Untuk melakukan penjualan dan/atau melakukan early termination Surat Berharga Bank (.......
identitas Surat Berharga......) yang diagunkan (pledge) dalam rangka penyelesaian transaksi CNY/IDR
Repurchase Agreement.
2) Mendebit rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank Indonesia, dalam hal nilai hasil
penjualan Surat Berharga tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban Bank lainnya
terkait transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement.
3) Mendebit rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank Indonesia, dalam hal saldo
rekening giro valas Bank (....... nama Bank .......) di Bank
113
113
Indonesia, tidak mencukupi untuk memenuhi kekurangan Nilai Pembelian Kembali dan
kewajiban Bank lainnya terkait transaksi CNY/IDR Repurchase Agreement.
dengan mengacu pada ketentukan PBI Nomor 12/ -- /PBI/2010 tentang Transaksi
Repurchase Agreement Chinese Yuan Terhadap Surat Berharga Rupiah Bank
Kepada Bank Indonesia.
Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani sampai dengan ....................
Demikian Kuasa ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, ...............................
Penerima Kuasa Pemberi Kuasa
........................... ..........................
114
114
Lampiran 10
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/12/DPD/ tanggal 8 April 2010
Contoh Perhitungan Transaksi CNY/IDR Repo
-----------------------------------------------------------
Pada tanggal 28 Januari 2010, Bank “A” mengajukan CNY/IDR Repo sebesar CNY
1.000.000,00 selama 31 hari (jatuh tempo CNY/IDR Repo tanggal 28 Februari 2010)
menggunakan SUN dengan karakteristik sebagai berikut:
- Kupon : 13,55%
- Clean Price : 104,83000%
- Accrued Interest : 2,78530%
Dengan perhitungan sebagai berikut:
Accrued Interest =74 x 13,55% x 100 = 2,79
360
Data lainnya pada tanggal transaksi:
- Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia : Rp1.500 per CNY
- Haircut : 5%
- Repo rate : 4%
Perhitungan Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
a. Jumlah dana CNY/IDR Repo dalam rupiah
Jumlah pengajuan
CNY/IDR Repo
dalam rupiah = Jumlah dana CNY/IDR Repo x Kurs Transaksi Jual CNY/IDR Bank Indonesia
= CNY1.000.000,00 x Rp1.500/CNY = Rp1.500.000.000,00
b. Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
Nominal Surat
Berharga yang = Jumlah dana CNY/IDR Repo dalam rupiah
di-repo-kan Clean Price + Accrued Interest - Haircut
= Rp1.500.000,00 = Rp1.461.770.320,80
104,83000% + 2,78530% - 5%
≈ Rp1.462.000.000,00
Perhitungan…
115
115
Perhitungan Nilai Pembelian Kembali (second leg)
a. Nilai nominal repo rate
Nilai Jumlah dana
nominal = CNY/IDR x Jumlah hari repo x Repo rate
repo rate Repo 360
= CNY1.000.000,00 x 31 x 4% = CNY3.444,44
360
b. Nilai pembelian kembali
Nilai pembelian = Jumlah dana x Nilai nominal
Kembali CNY/IDR Repo repo rate
= CNY1.000.000,00 + CNY3.444,44 = CNY1.003.444,44
Contoh Penyelesaian Transaksi CNY/IDR Repo jika bank tidak menyerahkan
dana CNY pada second leg
-----------------------------------------------------------
Jika pada contoh di atas Bank tidak dapat memenuhi kewajiban pengiriman Dana CNY pada Tanggal
Jatuh Tempo maka Bank Indonesia melakukan penjualan Surat Berharga pada 3 (tiga) hari kerja
Jakarta setelah Tanggal Jatuh Tempo.
I. Hasil penjualan Surat Berharga Bank tidak mencukupi Nilai Pembelian Kembali dan
kewajiban lainnya
Pada Tanggal Jatuh Tempo, Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank Indonesia sebesar 1.600 per CNY dan
dirty price (clean price ditambah accrued interest) SUN Seri FR0011adalah 99,00000%.
a. Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar Nominal Surat
surat berharga = Berharga yang x Dirty
di-repo-kan price
= Rp1462.000.000,00 x 99,00000% = Rp1.447.380.000,00
b. Harga…
116
116
b. Harga pasar Surat Berharga dalam CNY
Harga pasar Harga pasar surat berharga
surat berharga = Kurs transaksi jual
dalam CNY CNY/IDR Bank Indonesia
= Rp1.447.380.000,00 = CNY904.612,50
Rp1.600/CNY
c. Sanksi kewajiban membayar
Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Repo Rate ditambah 200
bps dikalikan jumlah hari dengan nominal Nilai Pembelian Kembali sejak
Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan pelunasan.
Sanksi Nilai Jumlah hari
Kewajiban = pembelian x (repo rate + 200bps) x 360
membayar kembali
= CNY1.003.444,44 x (4% + 2%) x 5 = CNY836,20
360
d. Total kewajiban
Total = Nilai Sanksi
Kewajiban pembelian + kewajiban
Kembali membayar
= CNY1.003.444,44 + CNY836,20 = CNY1.004.280,64
Karena total kewajiban lebih besar dari harga pasar SSB dalam CNY maka terdapat kekurangan
pembayaran sebesar CNY99.668,14 (CNY1.004.280,64 – CNY904.612,50) yang akan dibebankan ke
rekening giro valuta asing Bank di Bank Indonesia.
Apabila pada Tanggal Jatuh Tempo jumlah rekening giro valuta asing Bank A di Bank Indonesia hanya
sebesar ekuivalen CNY50.000,00, maka sisanya sebesar CNY49.668,14 akan dibebankan pada
rekening giro rupiah Bank A di Bank Indonesia.
II. Hasil…
117
117
II. Hasil penjualan Surat Berharga Bank lebih besar dari Nilai Pembelian Kembali dan kewajiban
lainnya
Pada Tanggal Jatuh Tempo, Kurs transaksi jual CNY/IDR Bank Indonesia sebesar 1.400 per CNY dan
dirty price (clean price ditambah accrued interest) SUN Seri FR0011adalah 109,00000%.
a. Harga pasar Surat Berharga
Harga pasar = Nominal Surat Dirty
surat berharga Berharga yang x price
di-repo-kan
= Rp1462.000.000,00 x 109,00000% = Rp1.593.580.000,00
b. Harga pasar Surat Berharga dalam CNY
Harga pasar Harga pasar surat berharga
surat berharga = Kurs transaksi jual
dalam CNY CNY/IDR Bank Indonesia
= Rp1.593.580.000,00 = CNY1.138.271,43
Rp1.400/CNY
c. Sanksi kewajiban membayar
Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Repo Rate ditambah 200 bps dikalikan
jumlah hari dengan nominal Nilai Pembelian Kembali sejak Tanggal Jatuh Tempo sampai dengan
pelunasan.
Sanksi Nilai
Kewajiban = pembelian x (repo rate + 200bps) x Jumlah hari
Membayar kembali 360
= CNY1.003.444,44 x (4% + 2%) x 5 = CNY836,20
360
d. Total kewajiban
Total Nilai Sanksi
Kewajiban = pembelian + kewajiban
Kembali membayar
= CNY1.003.444,44 + CNY836,20 = CNY1.004.280,64
e. Total…
118
118
e. Total kewajiban dalam rupiah
Total Total Kurs transaksi jual
Kewajiban = kewajiban x CNY/IDR Bank Indonesia
dalam rupiah
= CNY1.004.280,64 + Rp1.400/CNY = Rp1.405.992.901,18
Karena total kewajiban lebih rendah dari harga pasar SSB dalam CNY maka
kelebihan hasil penjualan SSB sebesar Rp187.587.098,82 (Rp1.593.580.000,00 –
Rp1.405.992.901,18) akan dikembalikan kepada Bank.
Contoh Perhitungan Jumlah Hari dalam Pengenaan Sanksi Kewajiban
membayar
-----------------------------------------------------------
Tanggal Jatuh Tempo CNY/IDR Repo: 1 Februari 2010.
Tanggal pelunasan dana CNY hasil eksekusi/penjualan Surat Berharga yang
di-repo-kan: 8 Februari 2010.
Jumlah hari pengenaan sanksi kewajiban membayar adalah 7 (tujuh) hari kalender (jumlah hari
dihitung dari tanggal 1 sampai dengan 7 Februari 2010, tidak termasuktanggal pelunasan dana CNY 8
Februari 2010).
119
119
Lampiran 11 Peraturan Bank Indonesia No. 10/34/PBI/2008 tanggal 5 Desember 2008 No. *)Kepada Yth:
Direktorat Pengelolaan Devisa Kantor Pusat Bank Indonesia Jl. M.H. Thamrin No.2
J A K A R T A 1 0 0 1 0
**)Kepada Yth.
Pemimpin Bank Indonesia………….. Jl…………………….
S U R A T P E R N Y A T A A N
Dengan hormat,
Dengan ini kami………………………………(nama bank dan alamat) menyatakan bahwa seluruh dokumen yang kami serahkan dalam rangka penjualan Wesel Ekspor Berjangka kepada Bank Indonesia adalah benar dan telah sesuai sebagaimana yang dipersyaratkan dalam PBI No.10/ /PBI/2008 tanggal Desember 2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia.
Apabila dikemudian hari setelah dilakukan pemeriksaan terbukti bahwa dokumen-dokumen tersebut tidak benar dan tidak sesuai dengan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam PBI No.10/ /PBI/2008 tanggal Desember 2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel Ekspor Berjangka oleh Bank Indonesia maka kami bersedia untuk bertanggung jawab dan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini kami sampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
............(nama kota), ……...(tanggal) (materai)
(Nama Pengurus)
(Jabatan)
*) Alamat Bank Indonesia untuk Kantor Pusat Bank Penjual yang berdomisili di JABOTABEK
**) Alamat Bank Indonesia untuk Kantor Pusat Bank Penjual yang berdomisili di Wilayah Kerja
Kantor Bank Indonesia
120
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
120
I. PENDAHULUAN
1. Dalam dokumen Amendment to the Capital Accord to Incorporate Market Risks 2005 yang merupakan penyempurnaan dari dokumen Amendment to the Capital Accord to Incorporate Market Risks 1996, Basel Committee on Banking Supervision (Committee) merekomendasikan 2 pendekatan untuk mengukur Risiko Pasar dalam perhitungan kecukupan modal yaitu Metode Standar dan Metode Internal.
2. Metode Standar menawarkan pendekatan pengukuran Risiko Pasar serta perhitungan kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh Bank. Disamping relatif sederhana, standardisasi tersebut dapat mengurangi beban pelaporan oleh Bank serta memberikan acuan bagi pengawas dalam melakukan verifikasi.
3. Bank Indonesia telah mewajibkan Bank yang memenuhi kriteria tertentu untuk melakukan perhitungan Risiko Pasar dengan menggunakan Metode Standar sejak tahun 2003. Namun berdasarkan perkembangan dan tuntutan yang ada termasuk sejalan dengan perkembangan instrumen keuangan dan semakin kompleksnya usaha Bank, maka perlu dilakukan penyempu rnaan kembali terhadap ketentuan pelaksanaan penggunaan Metode Standar dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan memperhitungkan Risiko Pasar.
II. PENGGUNAAN METODE STANDAR DALAM PERHITUNGAN KPMM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR
1. Umum
a. Bank yang secara individual dan/atau secara konsolidasi memenuhi kriteria tertentu untuk memperhitungkan Risiko Pasar dalam perhitungan KPMM wajib menggunakan Metode Standar. Dalam melakukan perhitungan Risiko Pasar dengan menggunakan Metode Standar, Bank wajib memenuhi standar minimum yang diatur dalam ketentuan ini.
b. Risiko Pasar dalam perhitungan KPMM mencakup Risiko Suku Bunga, Risiko Nilai Tukar, Risiko Ekuitas, dan/atau Risiko Komoditas.
c. Bank secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak wajib memperhitungkan Risiko Suku Bunga dan/atau Risiko Nilai Tukar.
d. Bank secara konsolidasi sebagaimana dimaksud pada huruf a selain memperhitungkan risiko sebagaimana dimaksud pada huruf c, juga wajib memperhitungkan:
1) Risiko Ekuitas, apabila Bank memiliki Perusahaan Anak yang terekspos Risiko Ekuitas; dan/atau
2) R i s i ko Komod i t as , apab i l a Bank memi l i k i Pe rusahaan Anak yang terekspos Risiko Komoditas.
121
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
121
2. Perhitungan Risiko Suku Bunga
a. Ketentuan Umum
1) Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap instrumen keuangan dalam Trading Book yang terekspos Risiko Suku Bunga, yang meliputi: a) Seluruh efek utang dengan suku bunga tetap atau
mengambang dan se luruh ins t rumen keuangan yang memiliki karakteristik yang sejenis, termasuk sertifikat deposito yang dapat diperdagangkan (Negotiable Certificates of Deposits) dan surat-surat berharga yang dijual oleh Bank dengan syarat dibeli kembali (Repo/Securities Lending);
b) Instrumen derivatif yang terkait dengan surat-surat berharga atau suku bunga antara lain Bond Forward, Bond Option, Interest Rate Swap, Cross Currency Swaps, Foreign Exchange Forward, Interest Rate Options, dan Forward Rate Agreements/FRAs.
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Suku Bunga meliputi:
a) Risiko Spesifik dari setiap efek atau instrumen keuangan, tanpa
memperhatikan posisi long atau posisi short. Dengan demikian proses
saling hapus (offset) tidak dimungkinkan kecuali posisi tersebut
bersifat identik;
b) Risiko Umum dari keseluruhan portofolio, dimana posisi long atau posisi short dalam efek atau instrumen keuangan yang berbeda dapat dilakukan saling hapus.
3) Nilai pasar surat berharga yang digunakan dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum adalah dirty price, yaitu nilai pasar surat berharga (clean price) ditambah dengan present value dari pendapatan bunga yang akan diterima (accrued interest). Present value atas accrued interest dapat tidak dilakukan apabila berdasarkan jangka waktu pembayaran kupon, nilai present value tidak menimbulkan perbedaan yang material dengan nilai accrued interest.
b. Perhitungan Risiko Spesifik
1) Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dirancang untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan harga dari setiap instrumen keuangan yang dimiliki akibat faktorfaktor yang berkaitan dengan penerbit instrumen keuangan (issuer).
2) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, Bank hanya dapat melakukan proses saling hapus antara posisi long dan posisi short apabila posisi tersebut identik. Yang dimaksud dengan posisi yang identik dalam transaksi surat berharga dan transaksi derivatif, yaitu apabila terdapat kesamaan penerbit (issuer), tingkat bunga kupon (coupon rate), jatuh tempo, jenis valuta, call features, dan lainnya.
122
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
122
3) Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik sehingga dilakukan proses saling hapus maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada Bank Indonesia, tetapi Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus.
4) Pembebanan Risiko Spesifik dibagi dalam kategori pembobotan seperti pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Kategori Pembobotan untuk Risiko Spesifik
Penerbit Bobot
1. Pemerintah Indonesia 0,00%
2. Pemerintah Negara Lain
a. peringkat AAA sampai dengan AA- 0,00%
b. peringkat A+ sampai dengan BBB- dengan:
i. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
kurang dari atau sama dengan 6 (enam) bulan
0,25%
ii. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 24 (dua
puluh empat) bulan
1,00%
iii. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo
lebih dari 24 (dua puluh empat) bulan
1,60%
c . peringkat BB+ sampai dengan B- 8,00%
d . peringkat kurang dari B- 12,00%
e. tanpa peringkat 8,00%
3. Kualifikasi (Qualifying)
a . sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kurang
dari atau sama dengan 6 (enam) bulan
0,25%
b . sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo lebih
dari 6 (enam) bulan sampai dengan 24 (dua puluh
empat) bulan
1,00%
c. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo lebih
dari 24 (dua puluh empat) bulan
1,60%
4. Lainnya
a. korporasi dengan:
i. peringkat jangka pendek A-1 1,60%
ii. peringkat jangka pendek A-2 4,00%
iii. peringkat jangka pendek A-3 8,00%
iv. peringkat jangka pendek kurang dari A-3 12,00%
v. peringkat AAA sampai dengan AA- 1,60%
vi. peringkat A+ sampai dengan A- 4,00%
123
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
123
Penerbit Bobot
vii. peringkat BBB+ sampai dengan BB- 8,00%
viii. peringkat kurang dari BB- 12,00%
ix. tanpa peringkat 12,00%
b. bank yang tergolong:
i. Tagihan Jangka Pendek
1) peringkat jangka pendek kurang dari A-3 12,00%
2) peringkat BB+ sampai dengan B- 4,00%
3) peringkat kurang dari B- 12,00%
4) tanpa peringkat 4,00%
ii. Tagihan Jangka Panjang
1) peringkat jangka pendek kurang dari A-3 12,00%
2) peringkat BB+ sampai dengan B- 8,00%
3) peringkat kurang dari B- 12,00%
4) tanpa peringkat 8,00%
c. entitas sektor publik dan bank pembangunan
multilateral dan lembaga internasional
i. peringkat BB+ sampai dengan B- 8,00%
ii. peringkat kurang dari B- 12,00%
iii. tanpa peringkat 8,00%
Penjelasan Tabel 1 mengenai Kategori Pembobotan untuk Risiko Spesifik adalah sebagai berikut:
a) Pemerintah Indonesia
Yang termasuk kategori Pemerintah Indonesia adalah seluruh instrumen yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh:
(1) Pemerintah Pusat Republik Indonesia;
(2) Bank Indonesia;
(3) Badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang seluruh pendanaan operasionalnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemerintah Republik Indonesia.
b) Pemerintah Negara Lain
Yang termasuk kategori Pemerintah Negara Lain adalah seluruh instrumen
yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat atau bank sentral negara lain.
c) Kualifikasi (1) Yang termasuk kategori Kualifikasi (Qualifying) adalah:
124
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
124
(a) surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh:
i. Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan mengenai pemerintahan daerah;
ii. bank; iii. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan mengenai BUMN, yang tidak tergolong sebagai Bank;
iv. bank pembangunan multilateral, yaitu World Bank Group yang terdiri dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan International Finance Corporation (IFC), Asian Development Bank (ADB), African Development Bank (AfDB), European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), Inter- American Development Bank (IADB), European Investment Bank (EIB), European Investment Fund (EIF), Nordic Investment Bank (NIB), Caribbean Development Bank (CDB), Islamic Development Bank (IDB), dan Council of Europe Development Bank (CEDB);
v. lembaga internasional yaitu Bank for International Settlements, International Monetary Fund (IMF), dan European Central Bank, yang memiliki peringkat investasi (investment grade) dari 1 (satu) lembaga pemeringkat sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia. Bank sebagaimana dimaksud pada angka ii mencakup bank yang beroperasi di Indonesia dan bank yang beroperasi di luar Indonesia, termasuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
(b) surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pihak selain sebagaimana dimaksud dalam Bab.II butir 2.b.4).c).(1).(a), yang memiliki peringkat investasi (investment grade) dari paling sedikit 2 (dua) lembaga pemeringkat sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia.
(2) Peringkat domestik digunakan untuk surat berharga dalam mata uang
Rupiah. Peringkat internasional digunakan untuk surat berharga dalam valuta asing.
d) Lainnya
Yang termasuk kategori Lainnya adalah seluruh surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh korporasi, bank, entitas sector publik, bank pembangunan multilateral dan lembaga internasional yang tidak termasuk dalam kategori Pemerintah Indonesia, Pemerintah Negara Lain, dan Kualifikasi. Yang dimaksud dengan korporasi, bank, entitas sector publik, bank pembangunan multilateral dan lembaga internasional adalah pihak-pihak yang termasuk dalam Tagihan Kepada Korporasi, Tagihan Kepada Bank, Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik, dan Tagihan Kepada Bank
125
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
125
Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman perhitungan asset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.
5) Pos Tagihan Derivatif yang timbul dari instrumen suku bunga (efek utang) dalam neraca Bank tetap terkena perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit sesuai ketentuan yang berlaku meskipun instrumen derivatif yang mendasari timbulnya pos tersebut telah diperhitungkan dalam Risiko Spesifik. Hal ini mengingat Risiko Spesifik memperhitungkan kredibilitas penerbit, sedangkan pos tagihan derivatif merupakan counterparty credit risk.
c. Perhitungan Risiko Umum
1) Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum dimaksudkan untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan dalam suku bunga pasar.
2) Risiko Umum dikenakan terhadap posisi surat berharga dan instru men derivatif yang terkait dengan surat berharga atau suku bunga dan tercatat pada Trading Book.
3) Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan Risiko Umum adalah dengan menggunakan Metode Jatuh Tempo (Maturity Method) atau Metode Jangka Waktu (Duration Method). Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 (dua) metode tersebut sepanjang dilakukan secara konsisten dan akurat. Bagi Bank yang menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method), manajemen Bank harus dapat memastikan bahwa Bank memiliki kapasitas untuk menerapkan metode tersebut dengan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
4) Bank harus memberitahukan secara tertulis kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait atau Kantor Bank Indonesia setempat apabila Bank akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method) dalam perhitungan Risiko Umum.
5) Bank yang akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method), dalam pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 4) harus dilengkapi dokumen dan informasi yang mencakup:
a) kebijakan dan prosedur pelaksanaan Metode Jangka Waktu (Duration Method);
b) instrumen yang dihitung dengan Metode Jangka Waktu (Duration Method);
c) sistem yang mendukung pelaksanaan prosedur perhitungan;
d) proses dan prosedur pengendalian terhadap metode perhitungan;
126
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
126
e) validasi internal oleh pihak independen terhadap metode perhitungan Risiko Pasar yang digunakan.
6) Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Metode Jangka Waktu (Duration Method) yang digunakan Bank untuk memastikan kebenaran dokumen dan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 5).
7) Perhitungan beban modal dalam Risiko Umum dilakukan dengan menjumlahkan 4 (empat) komponen sebagai berikut:
a) Suatu proporsi yang terkecil antara posisi long dan short yang matched pada setiap skala waktu (vertical disallowance);
b) Suatu proporsi yang terbesar antara posisi long dan short yang matched dari keseluruhan skala waktu (horizontal disallowance);
c) Posisi net short atau net long dari seluruh Trading Book yang telah dibobot;
d) Pembebanan atas matched option position (net).
8) Metode Jatuh Tempo (Maturity Method).
Posisi long dan short dari seluruh posisi surat-surat berharga dan instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang maturitas (maturity ladder) yang terdiri dari 13 atau 15 skala waktu (time band) sebagaimana tercantum pada Tabel 2 sesuai dengan suku bunga/ kupon instrumen keuangan. Yang dimaksud dengan jenjang maturitas adalah tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan sisa jatuh tempo atau jangka waktu sampai dengan penetapan suku bunga berikutnya dari suatu surat berharga atau instrument derivatif.
Tabel 2 Skala Waktu dan Bobot Risiko (Maturity Method)
Skala Waktu Bobot Risiko
(%)
0
Kupon > 3%
< 1 bulan
Kupon < 3%
< 1 bulan
> 1 – 3 bulan > 1 – 3 bulan 0.2 > 3 – 6 bulan > 3 – 6 bulan 0.4 > 6 – 12 bulan > 6 – 12 bulan 0.7
> 1 – 2 tahun > 1 – 1,9 tahun 1.25
> 2 – 3 tahun > 1,9– 2,8 tahun 1.75 > 3 – 4 tahun > 2,8– 3,6 tahun 2.25
> 4 – 5 tahun > 3,6– 4,3 tahun 2.75
> 5 – 7 tahun > 4,3– 5,7 tahun 3.25
127
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
127
> 7 – 10 tahun > 5,7– 7,3 tahun 3.75 > 10 – 15 tahun > 7,3– 9,3 tahun 4.50 > 15 – 20 tahun > 9,3–1 0,6tahun 5.25
> 20 tahun > 10,6–12 tahun 6.00 > 12 – 20 tahun 8.00 > 20 tahun 12.50
b) Instrumen bersuku bunga tetap (fixed) dialokasikan sesuai dengan sisa jatuh tempo, sedangkan instrumen bersuku bunga mengambang (variable) dialokasikan sesuai dengan jangka waktu sampai dengan saat penetapan suku bunga berikutnya (next repricing date).
c) Proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan sebagai berikut: (1) Vertical Disallowance, yaitu:
Perhitungan posisi matched dalam setiap skala waktu dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 10%. Perhitungan posisi matched tersebut dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi short dan posisi long dalam setiap skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched. Selisih dari matching tersebut merupakan posisi residu (unmatched position), bai k long maupun short.
(2) Horizontal Disallowance, yaitu:
(a) Dalam setiap zona (zona 1, zona 2, dan zona 3).
Perhitungan posisi matched dalam setiap zona dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 40% untuk zona 1, 30% untuk zona 2, dan 30% untuk zona 3 sesuai Tabel .3 Perhitungan posisi matched tersebut dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi res i d u (unmatched position) long dan short dari seluruh skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched dari zona tersebut. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu (unmatched position), baik long maupun short dari zona tersebut.
(b) Antar Zona (zona 1 dan 2; zona 2 dan 3; serta zona 1 dan 3)
Perhitungan posisi matched antar zona di kalikan dengan bobot beban modal, yaitu 40% untuk zona 1 dan 2 dan 40% untuk zona 2 dan 3, serta 100% untuk zona 1 dan 3 sesuai Tabel .3
Antar Zona 1 dan 2
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi residu (unmatched position) long dan short dari zon a 1 dan zona 2 tersebut diatas, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 1
128
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
128
dan 2. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dalam zona 1 dan zona 2, baik long maupun short.
Antar Zona 2 dan 3
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dari zon a 2 dengan posisi residu (unmatched position) dari zona 3, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 2 dan 3. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dalam zona 3, baik long maupun short. Antar Zona 1 dan 3 Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi residu yang ters isa (remaining unmatched position) long dan short dari zona 1 dan zona 3, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 1 dan 3. Selisih dari proses matching antara zona 1 dan 3 tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dari seluruh proses matching antar zona.
129
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
129
Tabel 3
Horizontal Disallowance
(3) Overall Net Open Position, yaitu:
Perhitungan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) baik long atau short dari se lu ru h proses matching antar zona sesuai uraian angka (2) dikalikan dengan bobot beban modal sebesar 100%.
Dengan demikian perhitungan kebutuhan modal minimum untuk Risiko Umum adalah penjumlahan dari :
1 . Vertical Disallowance
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam setiap skala waktu
X 10%
2 . Horizontal Disallowance
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 1
X 40%
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 2
X 30%
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 3
X 30%
130
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
130
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu zona 1 dan posisi long dan short dari posisi residu zona 2
X 40%
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 2 dan posisi long dan short dari posisi residu zona 3
X 40%
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 1 dan posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 3
X 100%
3. Overall Net Open Position
Jumlah netto dari bobot posisi long atau posisi short
X 100%
9) Metode Jangka Waktu (Duration Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat berharga dan instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang durasi (duration ladder) yang terdiri dari 15 skala waktu (time band) sebagaimana tercantum pada Tabel .4 Yang dimaksud dengan jenjang durasi adalah tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan durasi dari suatu surat berharga atau i nstru men derivatif.
b) Dalam melakukan proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan dengan memperhatikan modified duration dan estimasi pergerakan harga dari setiap posisi serta memetakannya pada zona maturitas (maturity zones) yang sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4
Skala Waktu dan Asumsi Perubahan Imbal Hasil
Skala Waktu
Zona 1 < 1 bulan
Asumsi Perubahan Imbal Hasil (%)
1.00
> 1 – 3 bulan 1.00 > 3 – 6 bulan 1.00
> 6 – 12 bulan 1.00 Zona 2
> 1– 1,9 tahun 0.90 > 1,9– 2,8 tahun 0.80 > 2,8– 3,6 tahun 0.75
Zona 3 > 3,6– 4,3 tahun 0.75 > 4,3– 5,7 tahun 0.70 > 5,7– 7,3 tahun 0.65 > 7,3– 9,3 tahun 0.60 > 9,3–10,6tahun 0.60
131
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
131
> 10,6–12 tahun 0.60 > 12 – 20 tahun 0.60
> 20 tahun 0.60
c) Proses perhitungan beban modal dengan Metode Jangka Waktu (Duration Method) pada prinsipnya sama dengan Metode Jatuh Tempo (Maturity Method), kecuali pengenaan bobot beban modal untuk Vertical Disallowance, yaitu 5% dari posisi matched dalam setiap skala waktu.
10) Instrumen derivatif baik dalam rangka trading maupun lindung nilai atas
instrumen surat berharga dalam Trading Book dilaporkan dengan pendekatan two legged approach.
Contoh:
a) Pembelian (long position) Forward Rate Agreement (FRA) yang dilakukan pada akhir bulan April dan jatuh tempo akhir bulan Juni dengan suku bunga SBI 3 bulan harus dilaporkan sebagai posisi long dengan jangka waktu 5 bulan dan posisi short dengan jangka waktu 2 bulan.
b) suatu transaksi interest-rate swap yang dilakukan Bank dengan menerima suku bunga mengambang (floating) dan membayar untuk suku bunga tetap (fixed) harus dilaporkan sebagai posisi long untuk instrumen suku bunga mengambang sesuai jangka waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya dan sebagai posisi short untuk instrumen suku bunga tetap sesuai sisa jatuh tempo transaksi swap tersebut.
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum:
1) Secara umum posisi long dan short dapat saling hapus sepanjang instrumen keuangan tersebut bersifat identik, yaitu terdapat kesamaan dalam hal penerbit, tingkat bunga kupon, jenis valuta, jatuh tempo, dan lain nya.
2) Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan namun Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus tersebut.
3) Transaksi forward dapat saling hapus dengan instrumen yang mendasarinya (underlying instrument). Namun posisi dengan sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kontrak forward tetap harus dilaporkan karena Bank masih memiliki eksposur suku bunga sampai pada saat surat berharga tersebut diserahkan kepada pihak pembeli.
Dalam hal kontrak forward menggunakan berbagai jenis surat berharga pada saat penyelesaian transaksi, maka saling hapus hanya dapat dilakukan apabila Bank memiliki posisi long atas surat berharga dan posisi short forward berdasarkan underlying surat berharga dimaksud.
132
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
132
4) Yang dimaksud dengan hal-hal lainnya sebagaimana dimaksud pada angka 1) yang digunakan dalam menentukan posisi yang identik dalam proses saling hapus yaitu:
a) Untuk transaksi swap dan forward rate agreement (FRA) adalah identik dalam hal referensi suku bunga (untuk posisi bersuku bunga mengambang, misalnya JIBOR dan LIBOR) dan perbedaan suku bunga/kupon setinggi-tingginya sebesar 0,15% (15 basis point);
b) Untuk transaksi swap, forward rate agreement (FRA) dan forward adalah identik dalam hal tanggal penetapan suku bunga berikutnya, atau bagi instrumen dengan suku bunga tetap atau transaksi forward adalah sisa jangka waktu jatuh tempo dengan memenuhi batasan sebagai berikut:
(1) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif sampai dengan 1 bulan, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut adalah sama;
(2) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 bulan sampai dengan 1 tahun, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo dari masing-masing posisi tersebut adalah tidak lebih dari 7 hari;
(3) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 tahun, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut tidak lebih dari 30 hari.
c) Untuk posisi option, proses saling hapus adalah sebagaimana diatur dalam Bab.II.6 (Pedoman Umum dan Perhitungan Risiko Pasar terhadap Transaksi Option).
e. Perlakuan Terhadap Transaksi Repo
1) Surat berharga yang diserahkan kepada counterparty sebagai collateral dalam transaksi Repo yang dicatat dalam Trading Book sesuai standar akuntansi yang berlaku, dicatat sebagai posisi long dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
2) Perhitungan Risiko Spesifik Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari surat berharga ditentukan dari : a) kategori penerbit; dan b) peringkat dan/ atau sisa jatuh tempo
3) Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk surat berharga berbunga tetap atau sisa jangka waktu sampai
133
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
133
penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga berbunga mengambang.
f. Perlakuan Terhadap Transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan perdagangan (trading)
Apabila surat berharga yang menjadi agunan transaksi reverse repo diperdagangkan maka Bank harus membukukan transaksi tersebut sebagai posisi short dalam Trading Book, sehingga terekspos Risiko Pasar.
1) Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik dari surat berharga ditentukan dari : a) kategori penerbit; dan b) peringkat dan/ atau sisa jatuh tempo.
2) Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk surat berharga dengan suku bunga tetap atau sisa jangka waktu sampai penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga dengan suku bunga mengambang.
g. Perlakuan terhadap Transaksi Reksa dana
1) Perhitungan Risiko Pasar terhadap Reksadana yang tercatat dalam
Trading Book yang meliputi Risiko Spesifik dan Risiko Umum, harus
mencerminkan bobot risiko dari seluruh asset yang terkandung
dalam unit reksa dana.
2) Perhitungan Risiko Spesifik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) Peringkat reksa dana
Dalam hal reksa dana tersebut memiliki peringkat sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, dikenakan bobot risiko 1,6%.
b) Kategori penerbit dan/atau peringkat dari setiap aset dalam reksa dana
Dalam menghitung Risiko Spesifik berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rincian aset-aset reksa dana tersebut berdasarkan penerbit dan/atau peringkat. Berdasarkan informasi tersebut, Bank dapat melaku kan langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah sebagai berikut: (1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang
terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (1) dikalikan dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (2) dicatat sesuai kategori penerbit surat berharga.
134
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
134
3) Dalam hal ke-2 pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka 2) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana akan digolongkan dalam kategori “Lainnya” dan dikenakan beban modal sebesar 8%.
4) Perhitungan Risiko Umum dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) Sisa jatuh tempo dari setiap aset reksa dana.
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rincian seluruh aset dari reksa dana tersebut berdasarkan sisa jatuh tempo. Proses perhitungan untuk mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (1) dikalikan dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud pada angka (2) dicatat sesuai skala waktu.
b) Rata-rata durasi (average duration) dari seluruh aset reksa dana
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata durasi dari reksa dana. Penetapan rata-rata durasi aset reksa dana dilakukan dengan menghitung durasi dari setiap aset reksa dana dan dikalikan dengan besarnya pangsa/komposisi setiap aset reksa dana terhadap total aset reksa dana.
5) Apabila Bank menggunakan Metode Jatuh Tempo untuk menghitung Risiko Umum, sementara untuk reksa dana Bank hanya memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata durasi dari aset reksa dana, maka Bank dapat menggunakan pendekatan rata-rata durasi tersebut untuk menghitung Risiko Umum reksa dana.
6) Dalam hal dua pendekatan sebagaimana dimaksud pada angka 5) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana tersebut dianggap memiliki sisa jatuh tempo 10 – 15 tahun dan dikenakan bobot risiko sebesar 4,5%.
7) Informasi mengenai Nilai Aktiva Bersih (liquidation value) reksa dana yang diperoleh dari Manajer Investasi harus merupakan Nilai Aktiva Bersih yang disesuaikan setiap hari.
8) Seluruh informasi mengenai reksa dana yang diperoleh dari Manajer Investasi, misalnya rincian aset reksa dana berdasarkan penerbit dan atau peringkat, sisa jatuh tempo dan rata-rata durasi dapat digunakan untuk periode 1 bulan.
Contoh:
Pada tanggal 15 Jan uari 200X, Manajer Investasi dapat menyediakan informasi mengenai sisa jatuh tempo atau rata-rata durasi dari
135
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
135
seluruh aset reksa dana. Informasi tersebut dapat digunakan oleh Bank untuk periode 1 bulan, khususnya untuk laporan perhitungan Risiko Pasar pada posisi 31 Januari 200X. Selanjutnya, laporan perhitungan Risiko Pasar posisi 28 Februari 200X harus menggunakan informasi yang tersedia maksimal satu bulan sebelumnya.
9) Seluruh informasi yang diperoleh dari Manajer Investasi wajib didokumentasikan oleh Bank untuk kepentingan jejak audit (audit trail).
h. Perlakuan terhadap Derivatif Kredit (Credit Derivative)
1) Derivatif Kredit adalah kontrak antara dua pihak yang menggunakan instrumen derivatif untuk melaku kan li ndung nilai dengan mengalihkan risiko dari pihak pembeli proteksi (protection buyer) kepada penjual proteksi (protection seller) atas aset keuangan referensi (underlying reference asset) dalam bentuk surat berharga, kredit yang diberikan, atau tagihan lainnya. Kontrak Derivatif Kredit mengatur bahwa pengalihan risiko didasarkan pada terjadinya credit event atas kewajiban referensi (reference obligation) yang dimiliki entitas referensi (reference entity).
2) Secara umum, Derivatif Kredit meliputi Credit Default Swap (CDS), Total Rate of Return Swap (TRS), dan Credit Linked Notes (CLN) atau instrumen serupa lainnya.
3) Transaksi Derivatif Kredit dapat diklasifikasikan sebagai Trading Book apabila:
a) dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedge) dari posisi aset keuangan atau sekumpulan aset keuangan dalam Trading Book; dan/atau
b) transaksi Derivatif Kredit (misalnya CLN) dilakukan oleh protection seller untuk tujuan diperdagangkan (trading).
4) Apabila Bank melakukan lindung nilai terhadap eksposur risiko kredit dalam Banking Book dengan menggunakan Derivatif Kredit dalam Trading Book melalui lindung nilai dari pihak internal, maka eksposur risiko kredit dalam Banking Book tersebut dianggap tidak di l indung nilai untuk tujuan perhitungan modal, kecuali jika Bank membeli Derivatif Kredit dari protection seller yang merupakan pihak eksternal. Jika proteksi kredit dari pihak eksternal tersebut dibeli dan diakui sebagai lindung nilai atas eksposur risiko kredit dalam Banking Book untuk tujuan perhitungan modal, maka Derivatif Kredit untuk lindung nilai baik dari pihak internal maupun pihak eksternal tidak dibukukan sebagai Trading Book.
5) Pelaporan Derivatif Kredit dilakukan dengan two legs approach, yaitu:
a) sebagai posisi long atau short kepada entitas referensi untuk Risiko Spesifik dan posisi long atau short atas kewajiban referensi untuk Risiko Umum; dan
b) sebagai posisi long atau short untuk Risiko Umum dengan skala waktu sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap atau sisa waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya
136
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
136
sesuai skala waktu dalam Tabel ,2 apabila kontrak Derivatif Kredit mempersyaratkan pembayaran premi atau bunga secara periodik.
6) Perhitungan beban modal untuk Risiko Pasar didasarkan pada jumlah notional dari kontrak Derivatif Kredit, kecuali CLN yang menggunakan nilai wajar dari surat berharga tersebut.
7) Perhitungan beban modal dilakukan sebagai berikut:
a) Metode perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum adalah serupa dengan metode perhitungan yang digunakan pada instrumen-instrumen keuangan lainnya.
b) Credit Default Swap
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum atas Credit Default Swap tanpa pembayaran premi atau bunga secara periodik sesuai kontrak swap, protection seller maupun protection buyer tidak perlu menghitung dan mengalokasikan beban modal Risiko Pasar.
Dalam hal Credit Default Swap mempersyaratkan pembayaran premi atau bunga secara periodik, protection seller melaporkan sebagai posisi long dan protection buyer melaporkan sebagai posisi short dengan skala waktu sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap atau sisa waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk suku bunga mengambang.
c) Total Rate of Return Swap
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum atas Total Rate of Return Swap tanpa pembayaran premi atau bunga secara periodik sesuai kontrak swap, protection seller maupun protection buyer tidak perlu menghitung dan mengalokasikan beban modal Risiko Pasar.
Dalam hal Total Rate of Return Swap mempersyaratkan pertukaran arus kas secara periodik (premi dan/atau bunga), protection buyer melaporkan sebagai posisi long dengan skala waktu sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap dan sisa waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk suku bunga mengambang dan posisi short atas aset keuangan referensi. Sementara itu, protection seller melaporkan sebagai posisi short dengan skala waktu sampai dengan jatuh tempo untuk suku bunga tetap dan sisa waktu sampai dengan penyesuaian
137
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
137
tingkat bunga berikutnya untuk suku bunga mengambang dan posisi long atas aset keuangan referensi.
d) Credit Linked Note (CLN)
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller melaporkan sebagai posisi long kepada entitas referensi. Disamping itu, protection seller juga melaporkan posisi long atas surat berharga yang diterbitkan protection buyer sebesar nilai wajar dari CLN.
(2) Dalam perhitungan Risiko Umum, protection seller melaporkan sebagai posisi long dan protection buyer melaporkan sebagai posisi short atas surat berharga tersebut sebesar nilai wajar dari CLN.
e) Derivatif Kredit dengan fitur first-to-default
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer melaporkan sebagai posisi short atas salah satu aset keuangan referensi dari sekumpu lan aset keuangan referensi (basket of underlying reference assets) yang menghasilkan perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dengan jumlah tertinggi.
(2) Selanjutnya, protection seller melaporkan sebagai posisi long atas setiap aset keuangan referensi dari sekumpulan aset keuangan referensi dengan jumlah maksimum beban modal untuk Risiko Spesifik sebesar nilai notional dari kontrak Derivatif Kredit. Untuk Derivatif Kredit dengan fitur first-to-default, beban modal dibentuk terhadap seluruh aset keuangan referensi yang terdapat dalam sekumpulan aset keuangan. Hal ini berarti bobot risiko dikenakan terhadap jumlah maksimum yang harus dibayarkan dalam kontrak untuk masing-masing aset keuangan referensi dimaksud.
Dalam hal jumlah perhitungan beban modal atas setiap aset keuangan referensi lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan beban modal atas nilai notional dari kontrak Derivatif Kredit, maka posisi yang dilaporkan adalah posisi setiap aset keuangan referensi atau posisi kontrak Derivatif Kredit yang menghasilkan perhitungan beban modal tertinggi.
Contoh:
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan 3 aset referensi keuangan dalam bentuk surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. CLN yang diterbitkan bank memenuhi kriteria kategori Kualif ikasi sehingga dapat dilkenakan bobot risiko 1
138
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
138
.6%. Perhitungan beban modal atas 3 aset keuangan referensi tersebut adalah sebesar Rp. 0, yaitu Rp. 10 milyar x (3 x 0%) dan perhitungan beban modal atas CLN adalah sebesar Rp. 0,1 6 milyar, yaitu Rp, 10 milyar x 1 .6%. Dengan demikian, perhitungan beban modal yang digunakan adalah sebesar Rp. 0,1 6 milyar.
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan 3 aset keuangan referensi dalam bentuk surat berharga tanpa peringkat yang diterbitkan oleh 3 perusahaan komersial. Perhitungan beban modal atas 3 aset keuangan referensi tersebut adalah sebesar Rp.2,4 milyar, yaitu [(Rp. 10 milyar x (3 x 100%)) x 8%].
� Bank menerbitkan CLN sebesar Rp. 10 milyar dengan 1 3 aset keuangan referensi dalam bentuk surat berharga tanpa peringkat yang diterbitkan oleh 13 perusahaan komersial. Perhitungan beban modal atas 13 aset keuangan referensi tersebut adalah maksimum sebesar beban modal atas nilai notional dari CLN yaitu Rp. 10 milyar dan bukan Rp. 10,4 milyar [(Rp. 10 milyar x (13 x 100%)) x 8%].
(3) Perhitungan Risiko Umum tidak berbeda dengan Derivatif Kredit lainnya.
f) Derivatif Kredit dengan beberapa aset keuangan referensi
(1) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, protection buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller melaporkan sebagai posisi long kepada seluruh entitas referensi secara proporsional.
(2) Dalam hal instrumen CLN memenuhi kategori Kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Tabel 1, protection buyer melaporkan sebagai posisi short dan protection seller melaporkan sebagai posisi long atas surat berharga (CLN) tersebut.
g) Protection buyer dapat menggunakan instrumen Derivatif Kredit untuk melakukan saling hapus dengan aset keuangan referensi dalam perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
(1) Dalam hal nilai aset keuangan referensi dan instrumen Derivatif Kredit selalu bergerak berlawanan arah dalam jumlah yang relatif sama besar yang dapat terjadi jika:
(a) aset keuangan referensi identik dengan kewajiban referensi; atau
(b) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai dengan oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau sebaliknya), dan terdapat kecocokan (match) antara aset keuangan referensi dan kewajiban referensi
139
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
139
(kecuali dalam hal jangka waktu dimana jatuh tempo kontrak Derivatif Kredit dapat lebih pendek dari aset keuangan referensi),
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara posisi aset keuangan referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit sehingga tidak perlu menghitung beban modal untuk Risiko Spesifik.
(2) Dalam hal nilai dari aset keuangan referensi dan instrumen Derivatif Kredit selalu bergerak berlawanan arah dalam jumlah yang relatif tidak sama besar dengan kondisi dimana:
(a) Posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau sebaliknya), dan terdapat kecocokan (match) antara aset keuangan referensi dan kewajiban referensi dalam hal syarat dan kondisi, jatuh tempo, serta jenis mata uang;
(b) Definisi credit event dan mekanisme penyelesaian transaksi, serta aspek-aspek penting lainnya dalam kontrak Derivatif Kredit tidak menyebabkan pergerakan harga instrumen Derivatif Kredit berbeda secara signifikan dari pergerakan harga aset keuangan referensi; dan
(c) Kontrak Derivatif Kredit dapat mengalihkan risiko secara efektif dimana tidak terdapat persyaratan dalam kontrak yang dapat membatasi realisasi pembayaran proteksi,
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara pos aset keuangan referensi dan pos instrumen Derivatif Kredit sebesar 80% dalam perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik. Saling hapus diterapkan dengan memperhitungkan beban modal untuk Risiko Spesifik hanya sebesar 20% untuk satu posisi, yaitu posisi aset keuangan referensi atau posisi instrumen Derivatif Kredit yang menghasilkan perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik terbesar, sementara beban modal untuk posisi lain nya tidak akan diperhitungkan.
(3) Dalam hal nilai dari aset keuangan referensi dan instrumen Derivatif Kredit umumnya bergerak berlawanan arah yang dapat terjadi jika:
(a) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau sebaliknya), dimana terdapat ketidaksesuaian (mismatch) antara aset keuangan referensi dan kewajiban referensi namun memenu hi persyaratan: i. kewajiban referensi bersifat sederajat (pari passu)
dengan atau bersifat yunior terhadap aset keuangan referensi; dan
140
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
140
ii. entitas referensi sama dengan obligor dari aset keuangan referensi dan terdapat klausula dalam kontrak Derivatif Kredit mengenai cross reference yaitu cross default atau cross acceleration sesuai ISDA Credit Derivatives Definitions yang berlaku.
(b) aset keuangan referensi identik dengan kewajiban referensi, atau posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau sebaliknya) namun terdapat ketidaksesu aian (mismatch) antara aset keuangan referensi dan proteksi kredit dalam instrumen Derivatif Kredit dalam hal jenis mata uang; atau
(c) posisi long dari aset keuangan referensi di lindung nilai oleh posisi short dari kontrak Derivatif Kredit (atau sebaliknya) dimana terdapat ketidaksesuaian (mismatch), yaitu aset keuangan referensi serupa tapi tidak identik dengan kewajiban referensi, namun aset keuangan referensi termasuk salah satu kewajiban referensi dalam kontrak Derivatif Kredit yang akan diserahkan kepada protection seller dalam hal penyelesaian dilakukan secara fisik (physical settlement),
maka Bank dapat melakukan saling hapus antara posisi aset keuangan referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit sebesar 50% dalam perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik. Saling hapus diterapkan dengan memperhitungkan beban modal untuk Risiko Spesifik hanya sebesar 50% untuk satu posisi, yaitu posisi aset keuangan referensi atau instrumen Derivatif Kredit yang menghasilkan perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik terbesar, sementara beban modal untuk posisi lainnya tidak akan diperhitungkan.
(4) Apabila kondisi sebagaimana pada angka (1), (2), dan (3) tidak terpenuhi, maka Bank wajib menghitung dan mengalokasikan beban modal untuk Risiko Spesifik atas posisi aset keuangan referensi dan posisi instrumen Derivatif Kredit.
h) Protection buyer dapat menggunakan instrumen Derivatif Kredit dengan fitur first-to-default untuk melakukan saling hapus dengan salah satu aset keuangan referensi dari sekumpulan aset keuangan referensi, yaitu dengan aset keuangan referensi yang menghasilkan perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik terendah.
i) Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus.
141
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
141
3. Perhitungan Risiko Nilai Tukar
a. Perhitungan Risiko Nilai Tukar dilakukan terhadap posisi valuta asing dalam Trading Book dan Banking Book yang terekspos Risiko Nilai Tukar termasuk emas dengan mengacu pada perhitungan Posisi Devisa Neto sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai posisi devisa neto. Posisi terhadap emas diperhitungkan sama dengan valuta asing dengan pertimbangan bahwa pergerakan harga emas hampir sama dengan pergerakan nilai tukar valuta asing dan Bank memperlakukan transaksi emas sama dengan transaksi valuta asing.
b. Posisi suatu instrumen yang memiliki denominasi dalam valuta asing selain terkena Risiko Nilai Tukar, juga memungkinkan Bank terkena Risiko Suku Bunga (misalnya untuk cross-currency swaps). Dalam kasus tersebut maka eksposur Risiko Suku Bunga juga harus diperhitungkan sebagaimana dijelaskan dalam Bab.II.2 (Perhitungan Risiko Suku Bunga).
c. Perhitungan beban modal untuk Risiko Nilai Tukar dari posisi valuta asing dibebankan sebesar 8% terhadap Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari.
d. Dalam perhitungan Risiko Nilai Tukar, Bank dapat mengecualikan Posisi Struktural dari perhitungan Posisi Devisa Neto sepanjang memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai posisi devisa neto.
1) Bila Bank memilih untuk mengecualikan Posisi Struktural tersebut maka pengecualian tersebut harus dilakukan secara konsisten dan memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
2) Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan status dari Posisi Struktural dan bukti pembukuan transaksi.
Contoh:
Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung antara lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti pembayaran dan dokumen pembukuan.
3) Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank untuk memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang akan dikecualikan dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
4. Perhitungan Risiko Ekuitas
a. Perhitungan Risiko Ekuitas bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan dalam Trading Book yang terekspos Risiko Ekuitas, yang meliputi:
1) Saham biasa (common stocks) dengan atau tanpa hak suara (voting rights), surat berharga yang dapat dikonversi menjadi saham (convertible securities), atau instrumen keuangan lainnya yang memiliki karakteristik seperti saham,
142
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
142
namun tidak termasuk penyertaan saham di Perusahaan Anak dan penyertaan saham sementara dalam rangka penyelamatan kredit yang diperlakukan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan modal Bank, serta saham preferen yang tidak dapat di konversi (non-convertible preference shares); dan
2) Kontrak derivatif berbasis ekuitas yang merupakan kontrak future, forward, swap, option, atau kontrak derivatif lainnya yang serupa dimana nilai kontrak tersebut dipengaruhi oleh saham atau indeks saham yang mendasari (underlying).
b. Dalam perhitungan Risiko Ekuitas, posisi kontrak derivatif berbasis ekuitas harus dikonversi ke dalam posisi nosional komoditas (notional equity positions) yang men dasari derivatif tersebut.
1) Kontrak futures dan forward yang terkait dengan saham individual dilaporkan berdasarkan nilai wajar dari saham tersebut;
2) Kontrak futures yang terkait dengan indeks saham dilaporkan berdasarkan nilai wajar dari portofolio saham yang mendasari kontrak futures tersebut;
3) Kontrak swap saham diperlakukan berdasarkan two leg approach, yaitu sebagai 2 posisi nosional. Misalnya, swap saham dilaporkan sebagai posisi long atas jumlah yang diterima Bank berdasarkan perubahan nilai dari suatu saham atau indeks tertentu dan posisi short atas jumlah yang dibayar Bank berdasarkan perubahan nilai dari saham atau indeks lain.
c. Dalam perhitungan Risiko Ekuitas, Bank dapat melakukan proses saling hapus antara posisi long dan short apabila posisi tersebut identik sehingga menghasilkan posisi ekuitas neto long atau short. Yang dimaksud dengan posisi yang identik yaitu apabila terdapat kesamaan emiten dan pasar keuangan.
Contoh:
Perusahaan Anak membeli saham PT. X di Bursa Efek Jakarta dan menjual kontrak berjangka (forward) saham PT. X di Bursa Efek Jakarta. Posisi yang timbul dari ke 2 transaksi tersebut dapat saling hapus karena memenuhi syarat identik.
Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik sehingga dilakukan proses saling hapus, maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada Bank Indonesia, tetapi Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus.
d. Perhitungan beban modal untuk Risiko Ekuitas dalam Trading Book meliputi:
1) Risiko Spesifik dari posisi ekuitas bruto yang merupakan penjumlahan nilai absolut dari posisi long dan short dari setiap instrumen keuangan yang terekspos Risiko Ekuitas yang diterbitkan oleh setiap emiten di setiap pasar keuangan (market by market basis). Dalam hal instrumen keuangan yang terekspos Risiko Ekuitas diperdagangkan di lebih dari satu pasar keuangan, maka instrumen keuangan tersebut diperlakukan sebagai posisi di pasar keuangan di mana instrumen keuangan dimaksud diperdagangkan secara utama (primary listing).
2) Risiko Umum dari posisi ekuitas neto secara keseluruhan yang merupakan nilai
143
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
143
absolut dari selisih antara jumlah posisi long dan jumlah posisi short dari setiap instrumen keuangan yang terekspos Risiko Ekuitas di setiap pasar keuangan.
e. Perhitungan Risiko Spesifik
1) Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dirancang untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan harga dari setiap instrumen keuangan yang yang terekspos Risiko Ekuitas akibat faktor-faktor yang berkaitan dengan emiten. Risiko yang terkait dengan pihak lawan dalam transaksi tersebut diperhitungkan tersendiri dalam perhitungan risiko pihak lawan (counterparty credit risk).
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik adalah sebesar 8% (delapan persen) dari posisi ekuitas bruto.
f. Perhitungan Risiko Umum
1) Perhitungan beban untuk Risiko Umum dimaksudkan untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan faktor pasar.
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum adalah sebesar 8% (delapan persen) dari posisi ekuitas neto secara keseluruhan.
Contoh:
Perusahaan Jumlah Saham
Posisi Harga pasar/ saham
Harga pasar
A 10.000 Long Rp. 100 Rp. 1.000.000 2.000 Short Rp. 100 Rp. 200.000
B 15.000 Short Rp. 200 Rp. 3.000.000
C 5.000 Short Rp. 400 Rp. 2.000.000
D 10.000 Short Rp. 100 Rp. 1.000.000
E 20.000 Long Rp. 200 Rp. 4.000.000
Saling hapus antara posisi long dan posisi short pada Perusahaan A, yaitu (1 0.000 x Rp.100) – (2.000 x Rp.100) = Rp. 800.000 (Long)
Jumlah posisi long = Rp. 800.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 4.800.000
Jumlah posisi short = Rp. 3.000.000 + Rp. 2.000.000 + Rp. 1.000.000 = Rp. 6.000.000
Risiko Spesifik = (Rp. 4.800.000 + Rp. 6.000.000) x 8% = Rp.
864.000 Risiko Umum = (Rp. 4.800.000 – Rp. 6.000.000) x 8% = Rp.
96.000 Risiko Ekuitas = Rp. 864.000 + Rp. 96.000 = Rp.960.000
Dari perhitungan tersebut, maka beban modal untuk Risiko Ekuitas adalah sebesar Rp960.000,00 (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).
g. Dalam hal kontrak forward, future, atau option tidak hanya berbasis saham, namun
juga suku bunga atau nilai tukar, maka Bank juga wajib menghitung beban
144
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
144
modal untuk Risiko Suku Bunga atau Risiko Nilai Tukar.
5. Perhitungan Risiko Komoditas
a. Perhitungan Risiko Komoditas bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan dalamTrading Book dan Banking Book yang terekspos Risiko Komoditas yang antara lain meliputi kontrak derivatif berbasis komoditas yang merupakan kontrak future, option, atau kontrak derivatif lainnya yang serupa dimana nilai kontrak tersebut dipengaruhi oleh komoditas atau indeks komoditas yang mendasari (underlying). Yang termasuk sebagai komoditas antara lain produk fisik yang dapat diperdagangkan seperti produk agrikultur, mineral (termasuk minyak), dan logam berharga (precious metal), namun tidak termasuk emas.
b. Risiko Komoditas yang harus diperhitungkan mencakup:
1) Directional risk, yaitu risiko yang timbul dari perubahan harga spot atas posisi komoditas terbuka neto (net open positions), khususnya untuk posisi komoditas dari transaksi perdagangan spot atau perdagangan fisik.
2) Basis risk, yaitu risiko yang timbul dari pergerakan harga yang tidak berkorelasi sempurna antara komoditas yang serupa namun tidak identik, yang antara lain dapat disebabkan oleh kualitas komoditas.
3) Forward gap risk dan interest rate risk, yaitu risiko yang timbul dari perubahan harga forward yang disebabkan oleh perbedaan j angka waktu (maturity mismatches);
c. Dalam perhitungan Risiko Komoditas, baik untuk posisi komoditas maupun kontrak derivatif berbasis komoditas, Bank wajib: 1) mengkonversi posisi bruto (yaitu penjumlahan posisi long dan short) untuk
setiap komoditas (yang diukur dalam barrel, kilogram, atau unit pengukuran lainnya yang digunakan untuk komoditas) ke dalam satuan mata uang berdasarkan harga pasar terkini dari setiap komoditas tersebut;
2) mengkonversi posisi kontrak derivatif berbasis komoditas ke dalam posisi nosional komoditas (notional comodity positions) yang mendasari derivatif tersebut berdasarkan harga pasar terkini dari setiap komoditas tersebut dan sesuai jatuh tempo kontrak derivatif, khususnya apabila Bank menggunakan Metode Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach).
a) Kontrak futures dan forward yang terkait dengan komoditas individual dilaporkan sebesar jumlah nosional dalam unit pengukuran (misalnya barrel atau kilogram) dikalikan dengan harga spot dari komoditas, dan berdasarkan jatuh tempo kontrak derivatif;
b) Kontrak swap komoditas diperlakukan berdasarkan two leg approach, yaitu sebagai 2 posisi nosional dimana satu leg merupakan harga tetap dan leg lainnya merupakan harga pasar terkini. Setiap posisi dilaporkan sebesar jumlah nosional dan dipetakan pada jenjang maturitas yang sesuai. Bank melaporkan posisi long jika melakukan pembayaran secara tetap dan menerima pembayaran secara tidak tetap (floating), dan posisi
145
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
145
short jika menerima pembayaran secara fixed dan melakukan pembayaran secara tidak tetap (floating).
d. Dalam perhitungan Risiko Komoditas, Bank dapat melakukan proses saling hapus
antara posisi long dan short apabila bersifat identik, yaitu :
1) Komoditas yang men dasari sama; atau
2) Komoditas yang mendasari berbeda namun masuk dalam kelompok yang sama
e. Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan Risiko Komoditas adalah dengan menggunakan Metode Sederhana (Simplified Approach) atau Metode Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach). Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 (dua) metode tersebut sepanjang dilakukan secara akurat dan konsisten.
f. Metode Sederhana (Simplified Approach)
Beban modal untuk Risiko Komoditas adalah sebesar penjumlahan dari perhitungan berikut:
1) 15% dari posisi neto, baik long atau short, dari setiap posisi komoditas untuk mengantisi pasi directional risk; dan
2) 3% dari posisi bruto (penjumlahan dari nilai absolut posisi long dan short) dari setiap posisi komoditas untuk mengantisipasi basis risk, forward gap risk dan interest rate risk.
g. Metode Jatuh Tempo (Maturity Ladder Approach)
1) Posisi dalam setiap jenis komoditas harus dilaporkan berdasarkan skala waktu dalam jenjang maturitas (maturity ladder) yang terpisah sesuai Tabel 5 berikut.
Tabel 5
Skala Waktu dan Spread Rate
Skala Waktu Spread Rate < 1 bulan 1,5%
> 1 – 3 bulan 1,5% > 3 – 6 bulan 1,5% > 6 – 12 bulan 1,5%
> 1 – 2 tahun 1,5% > 2 – 3 tahun 1,5%
> 3 tahun 1,5%
Posisi spot komoditas harus dipetakan dalam skala waktu < 1 < bulan. Posisi kontrak derivatif berbasis komoditas dipetakan berdasarkan jatuh tempo kontrak derivatif.
146
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
146
2) Beban modal untuk Risiko Komoditas adalah sebesar penjumlahan dari perhitungan berikut:
a) 1,5 % (spread rate) dari jumlah posisi long dan posisi short yang matched dalam setiap skala waktu;
b) 0,6% dari posisi residu (unmatched position) yang berasal dari setiap skala waktu yang dikalikan dengan jumlah skala antara skala waktu sebelumnya dengan skala waktu berikutnya; dan
c) 15% dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position).
Contoh:
Perusahaan Anak menyepakati kontrak futures beli dan jual komoditas gula dengan jatuh tempo dan harga sebagai berikut:
Kontrak futures Jatuh tempo Harga (dalam Rp. 000)
Beli 4 bulan 800 Jual 5 bulan 1.000 Beli 2,5 tahun 600 Jual 7 tahun 600
Skala waktu Posisi (Rp 000)
Perhitungan Beban Modal
< 1 bulan > 1 – 3 bulan > 3 – 6 bulan Long 800
Short 1.000 [800 (Long) + 800 (Short) (posisi matched)] x 1,5%
24
200 (Short) (posisi residu yang tersisa) yang diperhitungkan ke 3 skala waktu berikutnya yaitu skala waktu > 2- 3 tahun
3.6 200 X 3 x 0.6%
> 6 – 12 bulan > 1 – 2 tahun > 2 – 3 tahun Long 600 [200 (Long) + 200 (Short)
(posisi matched)] x 1,5% 6
400 (Long) (posisi residu yang tersisa) yang diperhitungkan ke 1 skala waktu berikutnya yaitu skala waktu > 3 tahun
2.4 400 X 1 x 0.6%
> 3 tahun Short 600 [400 (Long) + 400 (Short) (posisi matched) x 1,5%
12
200 (posisi residu yang tersisa) x
15% 30 Total Beban Modal 78
147
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
147
3) Dalam hal kontrak forward, future, atau option tidak hanya berbasis komoditas, namun juga suku bunga atau nilai tukar, maka Bank juga wajib menghitung beban modal untuk Risiko Suku Bunga atau Risiko Nilai Tukar.
6. Pedoman Umum dan Perhitungan Risiko Pasar terhadap Transaksi Option
a. Ketentuan Umum
1) Bank yang melakukan transaksi option dengan tujuan trading atau lindung nilai atas suatu instrumen tertentu yang berada dalam Trading Book (misalnya surat berharga yang masuk dalam Trading Book) wajib melaporkan posisi option beserta instrumen keuangan yang mendasari dan melakukan perhitungan beban modal untuk Risiko Pasar atas posisi option tersebut.
2) Perhitungan beban modal untuk Risiko Pasar terhadap transaksi option dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
a) Metode Sederhana (Simplified Approach); atau
b) Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach).
b. Metode Sederhana (Simplified Approach)
1) Metode Sederhana pada dasarnya digunakan hanya oleh Bank yang melakukan transaksi pembelian option.
2) Dalam Metode Sederhana, hasi l perhitungan beban modal untuk risiko option akan ditambahkan dengan perhitungan beban modal untuk kategori risiko yang sama dengan instrumen yang mendasari, misalnya Risiko Suku Bunga, Risiko Ekuitas, Risiko Nilai tukar, atau Risiko Komoditas.
3) Perhitungan beban modal berdasarkan Metode Sederhana adalah sebagai berikut:
148
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
148
4) Bobot beban modal untuk risiko option adalah sebagai berikut:
149
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
149
Contoh:
PT A (Perusahaan Anak dari Bank) memiliki 100 lembar saham PT X dalam rangka kegiatan trading. Nilai pasar dari 1 lembar saham tersebut adalah Rp. 1 .000.000,00. Selain itu, PT A juga memiliki opsi jual (put option) saham tersebut dengan strike price sebesar Rp. 1.100.000,00. Perhitungan beban modal untuk posisi tersebut adalah sebagai berikut:
Rp. 16.000.000,001) – Rp. 10.000.000,002) = Rp.6.000.000,00
1) Rp 1 6.000.000,00 merupakan perkalian antara Nilai saham (100 lembar saham x Rp. 1.000.000,00 = Rp.1 00.000.000,00) dengan bobot beban modal untuk Risiko Ekuitas (8% untuk Risiko Spesifik + 8% untuk Risiko Umum = 1 6%)
2) Rp. 10.000.000,00 merupakan selisih nilai option pada posisi in the money [(Rp. 1.100.000,00 – Rp. 1.000.000,00) x 100 lembar saham]
Metodologi perhitungan yang serupa juga berlaku untuk option dengan instrumen keuangan yang terekspos Risiko Nilai Tukar, Risiko Suku Bunga, atau Risiko Komoditas.
5) Untuk transaksi option valuta asing, instrumen yang mendasari adalah aset
yang akan diterima apabila option dieksekusi. Dalam hal nilai wajar dari suatu instrumen yang mendasari adalah nol (misalnya caps and floors, swaptions), maka Bank harus menggunakan nilai notional dalam perhitungan Risiko Pasar.
c. Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach)
1) Umum
a) Bank yang melakukan transaksi penjualan option wajib menerapkan Pendekatan Intermediate (Intermediate Approach) yang terdiri dari
150
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
150
Pendekatan Delta-Plus (Delta Plus Approach) dan Pendekatan Analisis Skenario (Scenario Analysis Approach).
b) Perhitungan beban modal untuk risiko option dengan Pendekatan Intermediate meliputi perhitungan beban modal untuk Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
c) Beban modal untuk Risiko Spesifik dihitung dengan mengalikan nilai delta ekuivalen dari setiap posisi option dengan bobot risiko yang ditetapkan sesuai dengan kategori risiko dari instrumen yang mendasari option. Perhitungan beban modal untuk Risiko Umum.
2) Pendekatan Delta-Plus (Delta-Plus Approach)
a) Bank yang melakukan transaksi penjualan option wajib paling kurang menggunakan Pendekatan Delta-Plus dalam menilai posisi option. Pendekatan ini menggunakan nilai delta ekuivalen dan parameter sensitivitas atau “Greek letters” yang terkait dengan option untuk mengukur Risiko Pasar. Nilai delta ekuivalen harus dilaporkan sebesar nilai wajar dari instrumen yang mendasari dikalikan dengan nilai delta.
b) Bila nilai delta tidak tersedia di pasar, Bank dapat memperhitungkan nilai delta dengan menggunakan option pricing model seperti standard Cox, Ross, Rubinstein atau a Black and Scholes type algorithm atau model lain yang dapat dibandingkan dan setara dengan algoritma.
c) Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai delta option adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi option yang diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank (Bank sebagai holder).
d) Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud pada huruf c) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
(1) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang sama;
(2) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank menerbitkan call option (Bank sebagai writer) maka posisi simetris adalah posisi :
(a) pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(b) penjualan put option (Bank sebagai writer). Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan call option USD 50.000 dengan strike price Rp. 8.800,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer). Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi penjualan put option USD 40.000 dengan strike price Rp. 8.750,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer) dan transaksi pembelian call option USD 20.000 dengan strike price Rp. 8.850,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai holder). Berdasarkan perhitungan nilai delta, diasumsikan bahwa ketiga transaksi option tersebut masing-masi ng memiliki nilai delta 0,5 , 0,6 dan 0,8. Dengan demikian, perhitungan risiko option adalah sebagai berikut :
151
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
151
0,5 x USD 50.000 = USD 25.000 (short) 0,6 x USD 40.000 = USD 24.000 (long) 0,8 x USD 20.000 = USD 16.000 (long) USD 15.000 (long)
e) Posisi long atau short yang timbul dari beberapa transaksi option (penjualan call dan put option maupun pembelian call dan put option) dapat saling hapus sepanjang bersifat identik, yaitu memiliki kesamaan dalam hal instrumen yang mendasari (underlying instrument), tanggal pelaksanaan (exercise date), harga yang disepakati (strike price), jenis option, serta jenis mata uang.
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan put option atas suku bunga JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X. Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi pembelian put option atas suku bunga JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X. Mengingat kedua transaksi yang menimbulkan posisi long dan short tersebut bersifat identik, maka dapat dipastikan memiliki nilai delta yang sama sehingga dapat dilakukan saling hapus.
f) Beban modal untuk Risiko Umum dihitung berdasarkan nilai delta ekuivalen dari setiap option. Namun, karena nilai delta tidak cukup untuk mencakup seluruh risiko yang terkait dengan posisi option, Bank juga wajib mengukur sensitivitas gamma (mengukur tingkat perubahan delta) dan vega (mengukur sensitivitas harga option terhadap perubahan volatilitas dari instrumen yang mendasari option).
g) Bank yang men ggunakan Pendekatan Delta-Plus diwajibkan menghitung risiko delta, risiko gamma, dan risiko vega untuk setiap posisi option (termasuk posisi lindung nilai). Pengukuran beban modal tersebut adalah sebagai berikut: (1) Perhitungan risiko delta
(a) Beban modal untuk risiko delta dihitung berdasarkan nilai delta ekuivalen dengan surat berharga atau suku bunga sebagai instrumen yang mendasari sesuai skala waktu suku bunga, yaitu menggunakan pendekatan two-legged dengan cara yang sama dengan pelaporan transaksi derivatif lainnya, yaitu posisi pada saat kontrak berlaku dan posisi pada saat instrumen yang mendasari jatuh tempo.
Contoh:
Pada bulan April, Bank membeli call option berjangka 2 bulan dengan underlying suku bunga 3 bulan. Pada akhir April, Bank melaporkan posisi long dan short masingmasing dengan jangka waktu 5 dan 2 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
Pada bulan April, Bank membeli call option atas surat berharga yang akan diserahkan dalam jangka waktu 5 bulan. Pada akhir April, Bank melaporkan posisi long dengan jangka
152
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
152
waktu sesuai surat berharga dan posisi short dengan jangka waktu 5 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
Pada bulan April, Bank menjual call option berjangka 2 bulan dengan underlying suku bunga 3 bulan. Pada akhir April bank melaporkan posisi long dan short masingmasing dengan jangka waktu 2 dan 5 bulan sesuai nilai delta ekuivalen.
(b) Beban modal untuk option atas posisi nilai tukar dan emas
dini lai berdasarkan ni lai de lta ekuivalen yang mengacu
pada perhitungan
Risiko Nilai Tukar.
(c) Beban modal untuk option saham dinilai berdasarkan nilai delta ekuivalen yang mengacu pada perhitungan Risiko Ekuitas. Untuk tujuan perhitungan tersebut, pasar keuangan di setiap negara akan diperlakukan sebagai underlying yang berbeda.
(d) Beban modal untuk option komoditas dinilai berdasarkan nilai delta ekuivalen yang mengacu pada perhitungan Risiko Komoditas.
(2) Perhitungan risiko gamma
(a) Perhitungan risiko gamma untuk setiap posisi option adalah sebagai berikut:
Gamma impact = 1/2 x Gamma x VU²
VU = perubahan/variasi dari instrumen yang mendasari option
(b) VU dihitung sebagai berikut:
i. Untuk option suku bunga, apabila instrument yang mendasari adalah
surat berharga, maka nilai wajar dari instrumen tersebut dikalikan
dengan bobot risiko sesuai Tabel .2
ii. Untuk option valuta asing, nilai wajar dari instrumen yang mendasari dikalikan 8%;
iii. Untuk option saham dan indeks saham, nilai wajar dari instrumen yang mendasari dikalikan 8%;
iv. Untuk option komoditas, nilai wajar dari instrumen yang mendasari dikalikan 15%.
(c) Untuk tujuan perhitungan tersebut, posisi-posisi berikut harus diperlakukan sebagai option yang memiliki underlying yang sama:
i. Untuk suku bunga: setiap skala waktu.
ii. Untuk valuta asing: setiap jenis valuta asing;
iii. Untuk saham dan indeks saham: setiap pasar keuangan;
iv. Untuk komoditas: setiap jenis komoditas
(d) Setiap option dengan underlying kategori risiko yang sama akan menghasilkan perhitungan risiko gamma yang bernilai positif atau negatif. Hasil perhitungan
153
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
153
risiko gamma dalam setiap kategori risiko tersebut dijumlahkan sehingga menghasilkan angka risiko gamma neto untuk setiap kategori risiko baik bernilai positif atau negatif. Selanjutnya, hanya angka risiko gamma neto yang bernilai negatif dari setiap kategori risiko yang dikenakan perhitungan beban modal.
(e) Total beban modal untuk risiko gamma merupakan penjumlahan atas nilai absolut dari angka risiko gamma neto yang bernilai negatif.
(3) Perhitungan risiko vega
(a) Risiko vega merupakan risiko pergeseran volatilitas dari underlying secara proporsional sebesar ± 25%. Dalam perhitungan risiko vega, Bank wajib menghitung beban modal dengan mengalikan jumlah vega dari seluruh option dengan underlying yang sama dengan pergeseran secara proporsional dari asumsi sebesar ± 25%. Setiap option dengan underlying yang sama akan menghasilkan perhitungan vega yang bernilai positif atau negatif. Angka vega tersebut dijumlahkan sehingga menghasilkan angka neto vega untuk setiap underlying baik bernilai positif atau negatif.
(b) Total beban modal untuk risiko vega merupakan penjumlahan atas nilai absolut dari angka neto vega yang diperoleh dari perhitungan untuk setiap option. Contoh:
Volatil i tas dari underlying sebesar 20% sedangkan hasil perhitungan vega sebesar 1,68. Dengan pergeseran proporsional sebesar 25%, maka perhitungan beban modal untuk risiko vega adalah sebagai berikut:
51) x 1,68 = 8,4 1) Terdapat peningkatan volatilitas sebesar 5% yaitu dari 20% ke 25%
3) Pendekatan Analisis Skenario (Scenario Analysis Approach)
a) Bank dengan aktivitas transaksi option eksotis yang tinggi, atau memiliki strategi perdagangan option yang kompleks atau Bank yang telah menggunakan Model Internal namun belum dapat menggunakan model tersebut untuk mengukur risiko option wajib menggunakan metode pengukuran dan pemantauan risiko option yang lebih komprehensif. Bank wajib mengukur beban modal untuk risiko option serta posisi lindung nilai yang terkait dengan menggunakan Pendekatan Analisis Skenario berdasarkan Matriks Skenario (Scenario Matrix Analysis). Dalam hal ini, Bank wajib menerapkan manajemen Risiko Pasar yang memadai dan skenario telah melalui proses validasi oleh pihak intern yang independen.
b) Pendekatan Analisis Skenario menggunakan teknik simulasi untuk mengukur perubahan nilai portofolio option karena perubahan tingkat dan volatilitas instrumen keuangan yang mendasari. Dengan pendekatan ini, beban modal untuk Risiko Umum ditetapkan berdasarkan skenario “grid” (yaitu kombinasi dari perubahan faktor risiko yang mendasari option dan volatilitas dari faktor risiko tersebut) yang mengakibatkan kerugian terbesar. Bank harus menginformasikan kepada Bank Indonesia mengenai
154
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
154
latar belakang penetapan metode pengukuran volatilitas.
c) Pengukuran volatilitas dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu berdasarkan:
(1) estimasi dari data historis sekurang-kurangnya 1 tahun (250 hari kerja). Estimasi dapat dilakukan menggunakan skim pembobotan (weighting scheme) seperti equal weight atau exponential weight.
(2) implied volatility dari model penetapan harga option (option pricing model).
d) Pendekatan Analisis Skenario dilakukan dengan menetapkan suatu kisaran tertentu dari perubahan faktor risiko dalam portofolio option dan menghitung perubahan nilai portofolio option pada setiap sel dalam matriks. Matriks yang berbeda akan ditetapkan untuk setiap faktor ri s i ko.
e) Dimensi pertama dari Matriks Skenario ditetapkan berdasarkan perubahan harga/suku bunga dari instrumen yang mendasari option, yang dapat mempengaruhi harga option dan/atau posisi lindung nilai yang terkait. Tingkat perubahan harga/suku bunga, harga ekuitas, nilai tukar, dan harga komoditas sekurang-kurangnya dibagi ke dalam 7 skenario (termasuk skenario tingkat suku bunga dan/atau harga saat ini) dengan interval yang sama. Option dan posisi l indung nilai yang terkait akan dievaluasi berdasarkan berbagai skenario perubanan suku bunga dan/atau harga tersebut, yaitu skenario perubahan dalam kisaran di atas maupun di bawah suku bunga dan/atau harga saat ini.
(1) Untuk option berbasis suku bunga, kisaran perubahan suku bunga adalah -1 % sampai +1 %;
(2) Untuk option berbasis ekuitas, kisaran perubahan harga saham adalah - 8% sampai + 8%;
(3) Untuk option berbasis nilai tukar, kisaran perubahan nilai tukar dan emas adalah - 8% sampai + 8%; dan
(4) Untuk option berbasis komoditas, kisaran perubahan harga komoditas adalah - 15% sampai + 1 5%.
f) Dimensi kedua dari matriks mencakup perubahan volatilitas dari suku bunga atau harga dari instrumen yang mendasari option yang dapat mempengaruhi harga option. Dalam hal ini, perubahan volatilitas dari suku bunga atau harga ditetapkan sebesar + 25% dan - 25%. Apabila dipandang perlu, Bank Indonesia dapat mempersyaratkan Bank untuk menggunakan perubahan volatilitas yang berbeda.
155
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
155
Matriks Skenario Faktor Risiko Suku Bunga
Matriks Skenario Faktor Risiko Ekuitas dan Nilai Tukar (termasuk emas)
Matriks Skenario Faktor Risiko Komoditas
156
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
156
g) Untuk tujuan menghitung beban modal, Bank harus menggabungkan transaksi option dengan underlying yang sama, serta melakukan penilaian kembali (revaluasi) posisi portofolio option terhadap perubahan faktor ris iko mendasari option dan volatilitas faktor risiko tersebut secara simultan dengan menggunakan matriks tersebut. Revaluasi berdasarkan berbagai skenario dalam matriks tersebut akan menghasilkan data keuntungan atau kerugian neto dalam setiap sel.
h) Beban modal untuk risiko option adalah sebesar jumlah kerugian terbesar yang dihasilkan oleh suatu skenario dalam matriks.
i) Selain terekspos risiko delta, gamma, dan vega, transaksi option juga terekspos pada risiko lainnya, yaitu risiko rho (tingkat perubahan harga option yang terkait dengan suku bunga) dan risiko theta (tingkat perubahan harga option yang terkait dengan waktu). Bank yang melakukan transaksi option dalam jumlah yang signifikan wajib melakukan pemantauan terhadap risiko rho dan theta tersebut.
III. PERHITUNGAN ASPEK RISIKO PASAR DENGAN METODE STANDAR
1. Umum
a. Bank wajib menggunakan Metode Standar dalam perhitungan aspek Risiko Pasar dan memenuhi standar minimum yang diatur dalam Pedoman ini secara konsisten. Bank dapat menggunakan Internal Model hanya dalam rangka keperluan internal khususnya penerapan manajemen risiko.
b. Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap posisi Bank yang diklasifikasikan sebagai Trading Book sedangkan perhitungan Risiko Nilai Tukar dilakukan terhadap posisi Bank yang diklasifikasikan sebagai Trading Book maupun Banking Book.
c. Pengelompokkan instrumen keuangan ke dalam Trading Book atau Banking Book harus dilakukan secara konsisten.
d. Dalam perhitungan Risiko Pasar seluruh posisi dalam Trading Book (termasuk lindung nilai atas Trading Book) wajib dilakukan proses mark to market setiap hari.
e. Proses mark to market sebagaimana dimaksud dalam huruf d dilakukan dengan menggunakan nilai pasar sebagai berikut:
1) nilai pasar (market value) instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar sekunder misalnya BES, NASDAQ, Dow Jones, Nikkei, Han Seng, Bloomberg dan Reuters;
2) apabila nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak
157
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
157
tersedia maka digunakan nilai pasar sekunder yaitu nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1) yang terbentuk dari transaksi yang terjadi paling lama dalam 10 (sepuluh) hari kerja terakhir;
3) apabila nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan 2) tidak tersedia maka digunakan rata-rata quotation dari minimal 2 (dua) market maker atau broker.
f. Dalam hal nilai pasar tidak tersedia untuk melakukan proses mark to market sebagaimana dimaksud dalam huruf e maka penilaian posisi Bank dilakukan dengan menggunakan:
1) metode present value dalam jangka waktu sampai dengan 30 (tiga puluh) hari;
2) metode present value dan faktor deflator dalam jangka waktu setelah 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun.
g. Dalam hal setelah jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam huruf f angka 2) nilai pasar tetap tidak tersedia maka Bank wajib memindahkan posisi Trading Book ke Banking Book.
h. Dalam hal tidak tersedia nilai pasar dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam huruf g namun Bank akan menggunakan instrumen keuangan surat berharga sebagai agunan dalam rangka memperoleh Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) maka instrumen keuangan tersebut tetap dibukukan dalam Trading Book dengan menggunakan metode sebagaimana dimaksud dalam huruf f angka 2).
i. Dalam penggunaan metode present value sebagaimana dimaksud dalam huruf f, Bank harus menentukan terlebih dahulu tingkat diskonto (discount rate) yang akan digunakan secara prudent berdasarkan observasi terhadap instrumen-instrumen yang tersedia di pasar yang dapat digunakan sebagai benchmark, misalnya SBI, Obligasi Rekap, serta Surat Utang Negara lainnya.
j. Posisi Trading Book adalah seluruh posisi perdagangan Bank (proprietary position) pada instrumen keuangan dalam neraca dan rekening administratif serta transaksi derivatif yang:
1) dimaksudkan untuk dimiliki dan dijual kembali dalam jangka pendek;
2) dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari perbedaan secara aktual dan atau potensial atas nilai jual dan nilai beli atau dari harga lain atau dari perbedaan suku bunga;
3) timbul dari kegiatan perantaraan (brokering) dan kegiatan pembentukan pasar (market making);atau
158
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
158
4) diambil untuk kegiatan lindung nilai (hedging) komponen Trading Book lain.
k. Instrumen di bawah ini yang dibukukan sebagai Trading Book atau bukan Trading Book (Banking Book), antara lain:
1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dimiliki Bank tidak diperhitungkan dalam Risiko Pasar walaupun berdasarkan tujuan kepemilikan (intention) SBI tersebut termasuk kategori Trading Book;
2) Obligasi Syariah tidak termasuk dalam Trading Book kecuali untuk tujuan kebutuhan likuiditas;
3) Efek utang yang memiliki opsi untuk menjadi efek ekuitas yang dimiliki Bank misalnya Convertible Bonds tidak diperhitungkan sebagai komponen eksposur Risiko Pasar, mengingat posisi ini termasuk dalam definisi penyertaan Bank;
4) Posisi dalam Trading Book yang digunakan untuk lindung nilai (hedging) posisi dalam Banking Book tidak termasuk dalam Trading Book, contohnya transaksi Swaps untuk lindung nilai posisi dalam Banking Book. Berkaitan dengan hal tersebut, posisi lindung nilai harus diidentifikasi dengan jelas pada saat transaksi;
5) Surat berharga yang mengandung instrumen derivatif yang melekat (Embedded Derivative) misalnya obligasi yang mengandung call/put option dan dimaksudkan untuk diperdagangkan (Trading Book) diperhitungkan dalam risiko pasar;
6) Surat-surat berharga yang dimiliki Bank dalam portofolio “Tersedia Untuk Dijual” (Available For Sale) termasuk dalam Trading Book;
7) Surat berharga yang dijual melalui proses Repurchase Agreements (Repos) termasuk dalam Trading Book mengingat surat berharga tersebut digunakan sebagai agunan;
8) Transaksi forward beli surat berharga secara outright yang merupakan kontrak berjangka pembelian dari transaksi penjualan surat berharga yang sama secara outright, termasuk dalam Trading Book.
2. Perhitungan Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
a. Ketentuan Umum
1) Perhitungan Risiko Suku Bunga dilakukan terhadap posisi efek utang (debt securities) dan instrumen lain yang terkait dengan suku bunga yang tercatat dalam Trading Book, yang meliputi:
159
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
159
a) Seluruh efek utang dengan suku bunga tetap atau mengambang dan seluruh instrumen yang memiliki karakteristik yang sejenis, termasuk sertifikat deposito yang dapat diperdagangkan (Negotiable Certificates of Deposits) dan surat-surat berharga yang dijual oleh Bank dengan syarat dibeli kembali (Repo/Securities Lending);
b) Instrumen derivatif yang terkait dengan surat-surat berharga atau suku bunga antara lain Bond Forward, Bond Option, Interest Rate Swap, Cross Currency Swaps, Foreign Exchange Forward, Interest Rate Options, dan Forward Rate Agreements/FRAs.
2) Perhitungan kebutuhan modal minimum dilakukan terhadap 2 (dua) faktor risiko yaitu:
a) Risiko Spesifik (Specific Risk) dari setiap efek atau instrumen, tanpa memperhatikan posisi long atau posisi short. Dengan demikian proses saling hapus (offset) tidak dimungkinkan kecuali posisi tersebut bersifat identik;
b) Risiko Umum (General Market Risk) dari keseluruhan portofolio, dimana posisi long atau posisi short dalam efek atau instrumen yang berbeda dapat dilakukan saling hapus.
3) Nilai pasar surat berharga yang digunakan dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum adalah dirty price, yaitu nilai pasar surat berharga (clean price) ditambah dengan present value dari pendapatan bunga yang akan diterima (accrued interest). Dalam perhitungan Risiko Spesifik, nilai pasar surat berharga (clean price) tersebut dikurangi pula dengan cadangan khusus Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) untuk Surat Berharga dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet. Present value atas accrued interest dapat tidak dilakukan apabila berdasarkan jangka waktu pembayaran kupon nilai present value tidak menimbulkan perbedaan yang material.
b. Perhitungan Risiko Spesifik (Specific Risk)
1) Perhitungan kebutuhan modal terhadap Risiko Spesifik dirancang untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan harga dari setiap instrumen yang dimiliki dengan memperhatikan faktor kredibilitas dari penerbit instrumen (issuer).
2) Dalam perhitungan Risiko Spesifik, Bank hanya dapat melakukan proses saling hapus terhadap posisi long atau posisi short apabila posisi tersebut identik. Yang dimaksud dengan posisi yang identik dalam transaksi surat berharga dan transaksi derivatif,
160
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
160
yaitu apabila terdapat kesamaan penerbit (issuer), coupon rate, jatuh tempo, jenis valuta, call features, dan hal lainnya.
3) Dalam hal terdapat posisi long dan short yang identik maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan kepada Bank Indonesia, tetapi Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus (off setting).
4) Pembebanan Risiko Spesifik dibagi dalam 6 (enam) kategori pembobotan seperti pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Penerbit Bobot
1. Pemerintah 0,00%
2. Kualifikasi (Qualifying)
a. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kurang dari atau sama dengan 6 bulan.
0,25%
b. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo antara 6 bulan sampai dengan 24 bulan.
1,00%
c. sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo lebih dari 24 bulan.
1,60%
d. diterbitkan oleh Bank dengan jangka waktu awal (original maturity) kurang dari 24 bulan dan tidak memiliki rating.
1,60%
3. Lainnya 8,00%
a) Yang termasuk kategori Pemerintah adalah seluruh instrumen yang dikeluarkan Pemerintah seperti Surat Utang Negara yang meliputi Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara. Instrumen tersebut akan memperoleh bobot 0% untuk Risiko Spesifik apabila:
(1) dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat Republik Indonesia atau Bank Indonesia;
(2) dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh Pemerintah atau Bank Sentral dari negara-negara lain dan diterbitkan dalam mata uang lokal negara penerbit, yang pendanaannya oleh Bank pelapor menggunakan mata uang yang sama.
b) Yang termasuk kategori Kualifikasi (Qualifying) adalah:
(1) Surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh
161
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
161
Pemerintah Daerah, lembaga non departemen dan BUMN;
(2) Surat-surat berharga yang dikeluarkan, dijamin, atau dijamin dengan efek yang dikeluarkan oleh Bank pembangunan multilateral, seperti International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), Inter-American Development Bank, Asian Development Bank (ADB), International Finance Corporation (IFC), European Investment Bank (EIB), Islamic Development Bank (IDB), Council of Europe Social Development Fund (Council of Europe Resettlement Fund), Nordic Investment Bank, Caribbean Development Bank, European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), European Investment Fund, Inter-American Investment Corporation dan African Development Bank (AfDB);
(3) Surat-surat berharga yang diterbitkan oleh Bank dengan jangka waktu awal (original maturity) kurang dari 2 (dua) tahun dan tidak memiliki peringkat, misalnya Negotiable Certificate Deposit (NCD);
(4) Surat-surat berharga yang diterbitkan pihak selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a) dan huruf b) angka (1),(2) dan (3) yang memenuhi kriteria:
(a) Memiliki peringkat investasi (investment grade) dari sekurang-kurangnya 2 (dua) lembaga pemeringkat sebagaimana terdapat dalam Lampiran 3; atau
(b) Memiliki peringkat investasi (investment grade) dari 1 (satu) lembaga pemeringkat sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 dan 1 (satu) lembaga pemeringkat yang setara berdasarkan persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.
(c) Peringkat yang bersifat local scale/ national scale dari lembaga pemeringkat sesuai Lampiran 3 hanya dapat digunakan untuk Surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan lokal dalam mata uang Rupiah.
Yang dimaksud peringkat yang bersifat local scale/ national scale adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat dengan membandingkan surat-surat berharga tersebut dengan surat-surat berharga sejenis di pasar lokal, tanpa memperhitungkan country
162
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
162
risk.
c) Lainnya
Surat-surat berharga yang tidak termasuk kategori Pemerintah dan Kualifikasi dicatat dalam kategori Lainnya.
5) Pos Tagihan Derivatif yang timbul dari instrumen suku bunga (efek utang) dalam neraca Bank tetap terkena perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit sesuai ketentuan yang berlaku meskipun instrumen derivatif yang mendasari timbulnya pos tersebut telah diperhitungkan dalam risiko spesifik. Hal ini mengingat risiko spesifik memperhitungkan kredibilitas penerbit, sedangkan pos tagihan derivatif merupakan counterparty credit risk.
c. Perhitungan Risiko Umum (General Market Risk)
1) Perhitungan kebutuhan modal untuk Risiko Umum dimaksudkan untuk melindungi Bank dari risiko kerugian akibat perubahan dalam suku bunga pasar.
2) Risiko Umum dikenakan terhadap posisi surat-surat berharga dan instrumen derivatif yang terkait dengan surat berharga atau suku bunga dan tercatat pada Trading Book.
3) Metode perhitungan yang dapat dilakukan untuk perhitungan Risiko Umum adalah dengan menggunakan Metode Jatuh Tempo (Maturity Method) atau Metode Jangka Waktu (Duration Method). Bank dapat menentukan pilihan terhadap 2 (dua) metode tersebut sepanjang dilakukan secara konsisten dan akurat. Bagi Bank yang menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method), manajemen Bank harus dapat memastikan bahwa organisasi Bank memiliki kapasitas untuk menerapkan metode tersebut dengan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
4) Bank harus memberitahukan secara tertulis kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait atau Kantor Bank Indonesia setempat apabila Bank akan menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method) dalam perhitungan Risiko Umum.
5) Bank yang menggunakan Metode Jangka Waktu (Duration Method), dalam pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka 4) harus dilengkapi dokumen dan informasi yang mencakup:
a) kebijakan dan prosedur pelaksanaan Metode Jangka Waktu (Duration Method);
b) instrumen yang dihitung dengan Metode Jangka Waktu (Duration Method);
163
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
163
c) sistem yang mendukung pelaksanaan prosedur perhitungan;
d) proses dan prosedur pengendalian terhadap metode perhitungan;
e) penilaian secara independen oleh satuan kerja lain terhadap metode perhitungan Risiko Pasar yang digunakan.
6) Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap Metode Jangka Waktu (Duration Method) yang digunakan Bank untuk memastikan kebenaran dokumen dan informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5).
7) Perhitungan beban modal dalam Risiko Umum dilakukan dengan menjumlahkan 4 (empat) komponen sebagai berikut:
a) Suatu proporsi yang terkecil antara posisi long dan short yang matched pada setiap skala waktu (vertical disallowance);
b) Suatu proporsi yang terbesar antara posisi long dan short yang matched dari keseluruhan skala waktu (horizontal disallowance);
c) Posisi net short atau net long dari seluruh Trading Book yang telah dibobot;
d) Pembebanan atas matched option position (net).
8) Metode Jatuh Tempo (Maturity Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat-surat berharga dan instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang maturitas (maturity ladder) yang terdiri dari 13 atau 15 skala waktu (time band) sebagaimana tercantum dalam Tabel 7 sesuai dengan suku bunga/ kupon instrumen. Yang dimaksud dengan jenjang maturitas adalah tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan sisa jatuh tempo atau jangka waktu sampai dengan penetapan suku bunga berikutnya dari suatu surat berharga atau instrumen derivatif.
Tabel 7
Skala Waktu dan Bobot Risiko (Maturity Method)
Skala Waktu Bobot Risiko (%)
Kupon > 3%
Kupon < 3%
< 1 bulan < 1 bulan 0
> 1 – 3 bulan > 1 – 3 bulan 0.2
164
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
164
> 3 – 6 bulan > 3 – 6 bulan 0.4
> 6 – 12 bulan > 6 – 12 bulan 0.7
> 1 – 2 tahun > 1 – 1,9 tahun 1.25
> 2 – 3 tahun > 1,9– 2,8 tahun 1.75
> 3 – 4 tahun > 2,8– 3,6 tahun 2.25
> 4 – 5 tahun > 3,6– 4,3 tahun 2.75
> 5 – 7 tahun > 4,3– 5,7 tahun 3.25
> 7 – 10 tahun > 5,7– 7,3 tahun 3.75
> 10 – 15 tahun > 7,3– 9,3 tahun 4.50
> 15 – 20 tahun > 9,3–10,6tahun 5.25
> 20 tahun > 10,6–12 tahun 6.00
> 12 – 20 tahun 8.00
> 20 tahun 12.50
b) Instrumen bersuku bunga tetap (fixed) dialokasikan sesuai dengan sisa jatuh tempo, sedangkan instrumen bersuku bunga mengambang (variable) dialokasikan sesuai dengan jangka waktu sampai dengan saat penetapan suku bunga berikutnya (next repricing date).
c) Proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan sebagai berikut:
(1) Vertical Disallowance, yaitu:
Perhitungan posisi matched dalam setiap skala waktu dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 10%. Perhitungan posisi matched tersebut dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi short dan posisi long dalam setiap skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched. Selisih dari matching tersebut merupakan posisi residu (unmatched position), baik long maupun short.
(2) Horizontal Disallowance, yaitu:
(a) Dalam setiap zona (zona 1, zona 2, dan zona 3).
Perhitungan posisi matched dalam setiap zona dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu sebesar 40% untuk zona 1, 30% untuk zona 2, dan 30% untuk zona 3 sesuai Tabel 8. Perhitungan posisi matched tersebut dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi residu (unmatched position) long dan short dari seluruh skala waktu, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched dari zona tersebut. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu
165
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
165
(unmatched position), baik long maupun short dari zona tersebut.
(b) Antar Zona (zona 1 dan 2; zona 2 dan 3; serta zona 1 dan 3)
Perhitungan posisi matched antar zona dikalikan dengan bobot beban modal, yaitu 40% untuk zona 1 dan 2 dan 40% untuk zona 2 dan 3, serta 100% untuk zona 1 dan 3 sesuai Tabel 8.
Antar Zona 1 dan 2
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi residu (unmatched position) long dan short dari zona 1 dan zona 2 tersebut diatas, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 1 dan 2. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dalam zona 1 dan zona 2, baik long maupun short.
Antar Zona 2 dan 3
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dari zona 2 dengan posisi residu (unmatched position) dari zona 3, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 2 dan 3. Selisih dari proses matching tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dalam zona 3, baik long maupun short.
Antar Zona 1 dan 3
Perhitungan posisi matched dilakukan dengan mempertemukan (matching) antara posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) long dan short dari zona 1 dan zona 3, dimana posisi terkecil merupakan posisi matched antara zona 1 dan 3. Selisih dari proses matching antara zona 1 dan 3 tersebut merupakan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) dari seluruh proses matching antar zona.
166
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
166
Tabel 8
Horizontal Disallowance
Zona
Skala Waktu
Dalam zona
Antar Zona
Berurutan
Antar Zona 1 dan Zona
3
Zona 1 < 1 bulan
> 1 – 3 bulan 40%
> 3 – 6 bulan
> 6 – 12 bulan 40%
Zona 2 > 1 – 2 tahun
> 2 – 3 tahun
30% 100%
> 3 – 4 tahun
Zona 3 > 4 – 5 tahun
40%
> 5 – 7 tahun
> 7 –10 tahun
> 10–15 tahun
30%
> 15–20 tahun
> 20 tahun
(3) Overall Net Open Position, yaitu:
Perhitungan posisi residu yang tersisa (remaining unmatched position) baik long atau short dari seluruh proses matching antar zona sesuai uraian angka (2) dikalikan dengan bobot beban modal sebesar 100%.
(4) Pembebanan atas matched option position (net) sebesar 30%. Matched option position (net) diperoleh dari proses perhitungan sebagai berikut:
(a) jumlah dari matched option position yang diperoleh
167
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
167
dari proses matching antara posisi setelah pembobotan dengan posisi option neto setelah pembobotan, dimana posisi terkecil antara long dan short merupakan posisi matched;
(b) posisi setelah pembobotan maupun posisi option neto setelah pembobotan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) adalah selisih antara nilai long dan short.
Dengan demikian perhitungan kebutuhan modal minimum untuk Risiko Umum adalah penjumlahan dari :
1. Vertical Disallowance
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam setiap skala waktu
X 10%
2. Horizontal Disallowance
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 1
X 40%
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 2
X 30%
Matched position antara posisi long dan posisi short dalam zona 3
X 30%
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu zona 1 dan posisi long dan short dari posisi residu zona 2
X 40%
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 2 dan posisi long dan short dari posisi residu zona 3
X 40%
Matched position antara posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 1 dan posisi long dan short dari posisi residu yang tersisa zona 3
X 100%
3. Overall Net Open Position
Jumlah netto dari bobot posisi long atau posisi short
X 100%
168
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
168
4. Matched option position (net)
Matched option position (net) antara posisi long dan short dari posisi setelah pembobotan dengan posisi long dan short dari posisi option neto
X 30%
9) Metode Jangka Waktu (Duration Method)
a) Posisi long dan short dari seluruh posisi surat berharga dan instrumen derivatif dipetakan ke dalam jenjang durasi (duration ladder) yang terdiri dari 15 skala waktu (time band) sebagaimana tercantum dalam Tabel 9. Yang dimaksud dengan jenjang durasi adalah tabel yang disusun berdasarkan pengelompokkan durasi dari suatu surat berharga atau instrumen derivatif.
b) Dalam melakukan proses perhitungan beban modal dengan metode ini dilakukan dengan memperhatikan modified duration dan estimasi pergerakan harga dari setiap posisi serta memetakannya pada zona maturitas (maturity zones) yang sesuai dengan Tabel 9.
Tabel 9
Skala Waktu dan Assumed Changes in Yield
Skala Waktu
Assumed Changes in Yield (%)
Zona 1
< 1 bulan 1.00
> 1 – 3 bulan 1.00
> 3 – 6 bulan 1.00
> 6 – 12 bulan 1.00
Zona 2
> 1 – 1,9 tahun 0.90
> 1,9– 2,8 tahun 0.80
> 2,8– 3,6 tahun 0.75
Zona 3
> 3,6– 4,3 tahun 0.75
> 4,3– 5,7 tahun 0.70
> 5,7– 7,3 tahun 0.65
> 7,3– 9,3 tahun 0.60
> 9,3–10,6tahun 0.60
> 10,6–12 tahun 0.60
> 12 – 20 tahun 0.60
> 20 tahun 0.60
169
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
169
c) Proses perhitungan beban modal dengan Metode Jangka Waktu (Duration Method) pada prinsipnya sama dengan Metode Jatuh Tempo (Maturity Method), kecuali pengenaan bobot beban modal untuk Vertical Disallowance, yaitu 5% dari posisi matched dalam setiap skala waktu.
10) Instrumen derivatif baik dalam rangka trading maupun lindung nilai atas instrumen surat berharga dalam Trading Book dilaporkan dengan pendekatan two legged approach.
Contoh:
a) Pembelian (long position) Forward Rate Agreement (FRA) yang dilakukan pada akhir bulan April dan jatuh tempo akhir bulan Juni dengan suku bunga SBI 3 bulan harus dilaporkan sebagai posisi long dengan jangka waktu 5 bulan dan posisi short dengan jangka waktu 2 bulan.
b) suatu transaksi interest-rate swap yang dilakukan Bank dengan menerima suku bunga mengambang (floating) dan membayar untuk suku bunga tetap (fixed) harus dilaporkan sebagai posisi long untuk instrumen suku bunga mengambang sesuai jangka waktu sampai dengan penyesuaian tingkat bunga berikutnya dan sebagai posisi short untuk instrumen suku bunga tetap sesuai sisa jatuh tempo transaksi swap tersebut.
d. Proses saling hapus untuk transaksi derivatif dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum:
1) Secara umum posisi long dan short dapat saling hapus sepanjang instrumen keuangan tersebut bersifat identik, yaitu terdapat kesamaan dalam hal penerbit (issuer), coupon rate, jenis valuta, jatuh tempo dan hal-hal lainnya.
2) Dalam hal Bank melakukan proses saling hapus, maka posisi tersebut tidak perlu dilaporkan namun Bank wajib melakukan dokumentasi yang memadai atas seluruh proses saling hapus tersebut.
3) Transaksi forward dapat saling hapus dengan instrumen yang mendasarinya (underlying instrument). Namun posisi dengan sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kontrak forward tetap harus dilaporkan karena Bank masih memiliki eksposur suku bunga sampai pada saat surat berharga tersebut diserahkan kepada pihak pembeli.
Dalam hal kontrak forward menggunakan berbagai jenis surat berharga pada saat penyelesaian transaksi, maka saling hapus hanya dapat dilakukan apabila Bank memiliki posisi long atas surat berharga dan posisi short forward berdasarkan underlying surat berharga dimaksud.
170
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
170
4) Yang dimaksud dengan hal-hal lainnya sebagaimana dimaksud dalam angka 1) yang digunakan dalam menentukan posisi yang identik dalam proses saling hapus yaitu:
a) Untuk transaksi swap dan forward rate agreement (FRA) adalah identik dalam hal referensi suku bunga (untuk posisi bersuku bunga mengambang, misalnya JIBOR dan LIBOR) dan perbedaan suku bunga/kupon setinggi-tingginya sebesar 0,15% (15 basis point);
b) Untuk transaksi swap, forward rate agreement (FRA) dan forward adalah identik dalam hal tanggal penetapan suku bunga berikutnya, atau bagi instrumen dengan suku bunga tetap atau transaksi forward adalah sisa jangka waktu jatuh tempo dengan memenuhi batasan sebagai berikut:
(1) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif sampai dengan 1 bulan, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut adalah sama;
(2) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 bulan sampai dengan 1 tahun, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo dari masing-masing posisi tersebut adalah tidak lebih dari 7 hari;
(3) jika sisa waktu sampai dengan jatuh tempo dari salah satu posisi transaksi derivatif lebih dari 1 tahun, maka proses saling hapus hanya dapat dilakukan apabila sisa waktu sampai dengan jatuh tempo kedua posisi tersebut tidak lebih dari 30 hari.
c) Untuk posisi option, proses saling hapus adalah sebagaimana diatur dalam angka 4 (Pedoman Umum dan Perhitungan Modal terhadap Transaksi Option).
e. Perlakuan Terhadap Transaksi Repo
1) Surat berharga yang diserahkan kepada counterparty sebagai collateral dalam transaksi Repo dicatat dalam Trading Book karena masih berada dalam penguasaan Bank dan dicatat sebagai posisi long dalam perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum.
2) Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari kategori penerbit surat berharga tersebut serta sisa jatuh tempo (khusus untuk kategori “qualifying”).
171
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
171
3) Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk surat berharga berbunga tetap atau sisa jangka waktu sampai penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga berbunga mengambang.
f. Perlakuan Terhadap Transaksi Reverse Repo dalam rangka kegiatan perdagangan (trading)
Apabila surat berharga yang menjadi agunan transaksi reverse repo diperdagangkan maka Bank harus membukukan transaksi tersebut sebagai posisi short dalam Trading Book, sehingga terekspos Risiko Pasar.
1) Perhitungan Risiko Spesifik
Perhitungan Risiko Spesifik ditentukan dari kategori penerbit surat berharga tersebut serta sisa jatuh tempo (khusus untuk kategori kualifikasi/”qualifying”).
2) Perhitungan Risiko Umum
Perhitungan Risiko Umum didasarkan pada sisa jatuh tempo untuk surat berharga dengan suku bunga tetap atau sisa jangka waktu sampai penyesuaian tingkat bunga berikutnya untuk surat berharga dengan suku bunga mengambang.
g. Perlakuan terhadap Transaksi Reksa dana
1) Reksa dana dapat dilaporkan dalam Banking Book atau Trading Book, tergantung dari tujuan (intention) kepemilikannya.
2) Perhitungan Risiko Spesifik dan Risiko Umum terhadap surat berharga reksa dana yang masuk dalam Trading Book harus mencerminkan bobot risiko dari seluruh aset yang terkandung dalam unit reksa dana.
3) Perhitungan Risiko Spesifik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) Peringkat reksa dana
Dalam hal reksa dana tersebut memiliki peringkat sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, dikenakan bobot risiko 1,6%.
b) Kategori penerbit dan/atau peringkat dari setiap aset dalam reksa dana
Dalam menghitung Risiko Spesifik berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rincian aset-aset reksa dana tersebut berdasarkan penerbit dan/atau peringkat. Berdasarkan informasi tersebut, Bank dapat melakukan langkah-langkah perhitungan untuk
172
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
172
mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dikalikan dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dicatat sesuai kategori penerbit surat berharga.
4) Dalam hal ke-2 pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana akan digolongkan dalam kategori “Lainnya” dan dikenakan beban modal sebesar 8%.
5) Perhitungan Risiko Umum dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu berdasarkan:
a) Sisa jatuh tempo dari setiap aset reksa dana.
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rincian seluruh aset dari reksa dana tersebut berdasarkan sisa jatuh tempo. Proses perhitungan untuk mendapatkan nilai yang akan dikenakan beban modal adalah sebagai berikut:
(1) menghitung persentasi komponen dari setiap aset yang terkandung dalam reksa dana.
(2) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dikalikan dengan nilai pasar unit reksa dana yang dimiliki Bank.
(3) nilai sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dicatat sesuai skala waktu.
b) Rata-rata durasi (average duration) dari seluruh aset reksa dana
Dalam menghitung Risiko Umum berdasarkan pendekatan ini, Bank harus memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata durasi dari reksa dana. Penetapan rata-rata durasi aset reksa dana dilakukan dengan menghitung durasi dari setiap aset reksa dana dan dikalikan dengan besarnya pangsa/komposisi setiap aset reksa dana terhadap total aset reksa dana.
6) Apabila Bank menggunakan Metode Jatuh Tempo untuk menghitung Risiko Umum, sementara untuk reksa dana Bank hanya memiliki informasi dari Manajer Investasi mengenai rata-rata durasi dari aset reksa dana, maka Bank dapat menggunakan pendekatan rata-rata durasi tersebut untuk menghitung Risiko Umum reksa dana.
173
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
173
7) Dalam hal dua pendekatan sebagaimana dimaksud dalam angka 5) tidak dapat dilakukan, maka surat berharga reksa dana tersebut dianggap memiliki sisa jatuh tempo 10 – 15 tahun dan dikenakan bobot risiko sebesar 4,5%.
8) Informasi mengenai Nilai Aktiva Bersih (liquidation value) reksa dana yang diperoleh dari Manajer Investasi harus merupakan Nilai Aktiva Bersih yang disesuaikan setiap hari.
9) Seluruh informasi mengenai reksa dana yang diperoleh dari Manajer Investasi, misalnya rincian aset reksa dana berdasarkan penerbit dan atau peringkat, sisa jatuh tempo dan rata-rata durasi dapat digunakan untuk periode 1 bulan.
Contoh:
Pada tanggal 15 Januari 200X, Manajer Investasi dapat menyediakan informasi mengenai sisa jatuh tempo atau rata-rata durasi dari seluruh aset reksa dana. Informasi tersebut dapat digunakan oleh Bank untuk periode 1 bulan, khususnya untuk laporan perhitungan Risiko Pasar pada posisi 31 Januari 200X. Selanjutnya, laporan perhitungan Risiko Pasar posisi 28 Februari 200X harus menggunakan informasi yang tersedia maksimal satu bulan sebelumnya.
10) Seluruh informasi yang diperoleh dari Manajer Investasi wajib didokumentasikan oleh Bank untuk kepentingan jejak audit (audit trail).
3. Perhitungan Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)
a. Perhitungan Risiko Nilai Tukar dilakukan terhadap semua posisi Bank baik Trading Book dan Banking Book dalam valuta asing termasuk emas. Posisi terhadap emas diperhitungkan sama dengan valuta asing dengan pertimbangan bahwa pergerakan harga emas hampir sama dengan pergerakan nilai tukar valuta asing dan Bank memperlakukan transaksi emas sama dengan transaksi valuta asing.
b. Posisi suatu instrumen yang memiliki denominasi dalam valuta asing selain terkena Risiko Nilai Tukar, juga memungkinkan Bank terkena Risiko Suku Bunga (misalnya untuk cross-currency swaps). Dalam kasus tersebut maka eksposur Risiko Suku Bunga juga harus diperhitungkan sebagaimana dijelaskan dalam angka 2 (Perhitungan Risiko Suku Bunga).
c. Perhitungan beban modal untuk Risiko Nilai Tukar dari posisi valuta asing dibebankan sebesar 8% terhadap Posisi Devisa Neto yang dimiliki Bank.
d. Posisi Devisa Neto adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari:
1) Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta
174
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
174
asing; ditambah dengan
2) Selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing;
yang semuanya dinyatakan dalam Rupiah.
e. Perlakuan terhadap Posisi Struktural
1) Bank dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk dapat mengecualikan Posisi Struktural dalam valuta asing dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
2) Posisi Struktural adalah posisi yang sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum.
3) Bila Bank memilih untuk mengecualikan Posisi Struktural tersebut maka pengecualian tersebut harus dilakukan secara konsisten dan memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
4) Dalam rangka memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib menyampaikan dokumen pendukung yang terkait dengan status dari Posisi Struktural dan bukti pembukuan transaksi.
Contoh:
Posisi Struktural berupa aktiva tetap di luar negeri perlu didukung antara lain dengan dokumen yang berupa bukti kepemilikan, bukti pembayaran dan dokumen pembukuan.
5) Bank Indonesia dapat meminta tambahan dokumen kepada Bank untuk memastikan kelayakan dari suatu Posisi Struktural yang akan dikecualikan dari perhitungan Posisi Devisa Neto.
4. Pedoman Umum dan Perhitungan Modal terhadap Transaksi Option
a. Ketentuan Umum
1) Bank yang melakukan transaksi option dengan tujuan trading atau lindung nilai atas suatu instrumen tertentu yang berada dalam Trading Book (misalnya surat berharga yang masuk dalam Trading Book) wajib melaporkan posisi option beserta underlying asset dan melakukan perhitungan kebutuhan modal atas posisi option tersebut.
2) Bank yang akan melakukan transaksi option harus memiliki staf pelaksana dan pendukung seperti trading, back-office, risk management termasuk sistem pemantauan risiko dan accounting
175
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
175
yang dapat menangani transaksi option tersebut.
3) Bank yang akan menerbitkan option harus mengukur setiap faktor risiko perubahan harga option yang tercermin pada parameter delta, gamma, vega, theta dan rho. Namun mengingat transaksi option yang dilakukan perbankan di Indonesia masih relatif sederhana (plain vanilla), maka faktor risiko yang dapat diperhitungkan oleh Bank adalah parameter delta.
4) Bank harus memiliki batasan (limit) terhadap parameter faktor risiko tersebut.
5) Uraian persyaratan pada angka 1) sampai dengan angka 4) di atas merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam Kebijakan dan Pedoman Trading Book.
6) Perhitungan risiko dari transaksi option selain plain vanilla options, yang diperdagangkan di Over The Counter (OTC) ataupun di bursa, wajib dilakukan dengan menggunakan pendekatan delta-plus yaitu yang tercermin pada parameter delta, gamma, vega, theta dan rho.
b. Metode Simple Delta
1) Bank wajib menggunakan Metode Simple Delta terhadap posisi option yang memiliki underlying asset berupa instrumen yang terkait dengan suku bunga (Trading Book) dan/ atau valuta asing (Banking Book dan Trading Book), sepanjang tidak dinyatakan lain oleh Bank Indonesia.
2) Dalam metode sebagaimana dimaksud dalam angka 1), option diperhitungkan dengan cara melakukan perkalian antara nilai underlying asset dengan nilai delta option.
3) Perolehan nilai delta option oleh Bank dilakukan sesuai dengan Romawi III.1.e.1) dan 2).
4) Bila nilai delta option sebagaimana dimaksud dalam angka 3) tersebut tidak tersedia, Bank dapat memperhitungkan nilai delta option dengan menggunakan option pricing model seperti standard Cox, Ross, Rubinstein atau a Black and Scholes type algorithm atau model lain yang dapat dibandingkan dan setara dengan algoritma.
5) Posisi option dapat saling hapus terhadap posisi yang bersifat identik dari suatu underlying asset sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam pedoman ini.
176
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
176
c. Option suku bunga
1) Perhitungan Risiko Spesifik
Bila underlying dari option adalah instrumen hutang/surat berharga, maka delta weighted position dari underlying tersebut harus dikalikan dengan bobot risiko sebagaimana dimaksud dalam Tabel 7.
2) Perhitungan Risiko Umum
a) Dalam perhitungan Risiko Umum, transaksi option yang tercatat pada Trading Book harus dilaporkan dengan pendekatan two legged approach, yaitu sebagai posisi long dan short dengan jangka waktu sampai saat penyerahan atau realisasi kontrak, ditambah dengan jangka waktu instrumen yang mendasari. Posisi option tersebut diperhitungkan berdasarkan skala waktu dalam jenjang maturitas.
b) Transaksi option tersebut harus dilaporkan dengan menggunakan nilai wajar dari underlying instrument, serta nilai delta weighted, yaitu nilai wajar dari underlying instrument dikalikan dengan besarnya delta dari setiap posisi option tersebut.
c) Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai delta option adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi option yang diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank (Bank sebagai holder).
d) Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud dalam huruf c) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
a) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang sama;
b) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank menerbitkan call option (Bank sebagai writer) maka posisi simetris adalah posisi :
(1) pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(2) penjualan put option (Bank sebagai writer).
e) Posisi long atau short yang timbul dari beberapa transaksi option (penjualan call dan put option maupun pembelian call dan put option) dapat saling hapus sepanjang bersifat identik, yaitu memiliki kesamaan dalam hal instrumen yang mendasari (underlying instrument), tanggal pelaksanaan (exercise date),
177
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
177
harga yang disepakati (strike price), jenis option, serta jenis mata uang.
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan put option atas interest rate JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 2003. Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi pembelian put option atas interest rate JIBOR 3 bulan yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 2003. Mengingat kedua transaksi yang menimbulkan posisi long dan short tersebut bersifat identik, maka dapat dipastikan memiliki nilai delta yang sama sehingga dapat dilakukan saling hapus.
f) Saling hapus dapat dilakukan antara posisi option dengan surat berharga dan derivatif lainnya, dimana posisi yang match pada saat saling hapus akan dikenakan beban modal, yaitu :
(1) sebesar 10% untuk posisi surat berharga dan derivatif (diluar option) yang mengacu kepada proses vertical disallowance;
(2) sebesar 20% untuk posisi option yang diperdagangkan di bursa; dan
(3) sebesar 30% untuk posisi option yang diperdagangkan secara Over the Counter (OTC).
g) Posisi match (matched position) didasarkan pada posisi terkecil antara surat berharga dan derivatif (di luar option) dengan posisi option.
d. Option valuta asing
1) Setiap posisi option long dan short yang dilaporkan wajib dikonversi dengan menggunakan nilai delta dan dilakukan saling hapus untuk memperoleh posisi option neto.
2) Posisi option yang diperhitungkan dengan menggunakan nilai delta option adalah seluruh posisi option Bank, yaitu posisi option yang diterbitkan Bank (Bank sebagai writer) dan posisi option yang dibeli Bank (Bank sebagai holder).
3) Seluruh atau sebagian posisi option sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dapat saling hapus dengan posisi option lainnya sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
a) memiliki underlying yang sama, yaitu mata uang yang sama;
b) bersifat simetris dengan posisi option yang akan dilindung nilai.
Contoh posisi yang bersifat simetris adalah apabila Bank menerbitkan call option (Bank sebagai writer) maka posisi simetris adalah posisi :
(1) pembelian call option (Bank sebagai holder); atau
(2) penjualan put option (Bank sebagai writer).
178
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
178
Contoh:
Bank melakukan transaksi penjualan call option USD 50.000 dengan strike price Rp. 8.800,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer). Sementara itu, Bank juga melakukan transaksi penjualan put option USD 40.000 dengan strike price Rp. 8.750,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai writer) dan transaksi pembelian call option USD 20.000 dengan strike price Rp. 8.850,- yang akan jatuh tempo pada 31 Juli 200X (Bank sebagai holder). Berdasarkan perhitungan nilai delta, diasumsikan bahwa ketiga transaksi option tersebut masing-masing memiliki nilai delta 0,5 , 0,6 dan 0,8. Dengan demikian, perhitungan risiko option adalah sebagai berikut :
0,5 x USD 50.000 = USD 25.000 (short)
0,6 x USD 40.000 = USD 24.000 (long) 0,8 x USD 20.000 = USD 16.000 (long)
USD 15.000 (long) Selanjutnya, risiko option sebesar USD 15.000 tersebut harus dikonversikan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs penutupan, yaitu kurs tengah sesuai dengan Reuters pukul 16.00 WIB.
4) Saling hapus dapat dilakukan antara posisi option dan posisi transaksi valuta asing (selain option), dimana posisi yang match pada saat saling hapus akan dikenakan beban modal yaitu:
a) sebesar 8% untuk posisi surat berharga dan derivatif (diluar option);
b) sebesar 20% untuk posisi option yang diperdagangkan di bursa; dan
c) sebesar 30% untuk posisi option yang diperdagangkan secara Over the Counter (OTC).
IIIA. PERALIHAN
1. Selama pelaporan Risiko Spesifik sebagaimana dimaksud dalam
Formulir I.a Lampiran 4 ketentuan ini belum dapat dilakukan secara
online melalui Laporan Berkala Bank Umum, laporan disampaikan
secara offline.
2. Laporan secara offline sebagaimana dimaksud pada angka 1
disampaikan secara bulanan untuk posisi setiap akhir bulan dan
disampaikan pada periode penyampaian I sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan
berkala bank umum.
179
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
179
3. Dalam hal tanggal penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 jatuh pada hari Sabtu, Minggu, dan/atau hari libur, maka
penyampaian laporan dilakukan pada hari kerja berikutnya.
4. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan pertama
kali untuk posisi akhir bulan Agustus 2012 yang disampaikan pada
periode penyampaian I di bulan September 2012.
5. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan kepada
Bank Indonesia dengan alamat:
a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jalan M.H. Thamrin No. 2,
Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor
pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia, dengan tembusan
kepada Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan, Jalan M.H.
Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
IIIB. PENGENAAN SANKSI
Dalam penyampaian secara offline sebagaimana dimaksud dalam Bab IIIA,
Bank yang tidak menyampaikan laporan atau menyampaikan laporan tidak
sesuai dengan ketentuan, dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24
September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum.
IV. PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM (KPMM)
1. Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Pasar dilakukan dengan formula sebagai berikut:
KPMM = (Tier 1+Tier 2+Tier 3)- Penyertaan = 8%
(minimum) ATMR (Risiko Kredit) + 12,5 x beban modal untuk Risiko Pasar
2. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk Risiko Pasar sebagaimana dimaksud dalam angka 1, Bank wajib memenuhi KPMM untuk Risiko Kredit yaitu minimal sebesar 8% sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:
KPMM = (Tier 1+Tier 2)- Penyertaan = 8% (minimum) ATMR (Risiko Kredit)
3. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1,
180
Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/23/DPNP 2003 9/33/DPNP 2007 dan 14/21/DPNP 2012
180
Bank harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis Risiko Pasar yang terdiri dari Risiko Suku Bunga, Risiko Nilai Tukar termasuk Risiko perubahan harga option.
c. Untuk menghindari duplikasi perhitungan Risiko terhadap surat berharga, eksposur yang termasuk dalam Trading Book yang telah diperhitungkan Risiko Spesifik untuk Risiko Suku Bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan dari perhitungan ATMR berdasarkan Risiko Kredit.
d. Menghitung eksposur tertimbang menurut Risiko Pasar (market risk-weighted exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis Risiko Pasar sebagaimana dimaksud dalam huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR (dikalikan dengan angka 12,5, yaitu 100/8).
e. Menjumlahkan ATMR untuk Risiko Kredit dengan eksposur tertimbang menurut Risiko Pasar.
f. Menghitung modal Bank yang terdiri atas Modal Inti (tier 1), Modal Pelengkap (tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup Risiko Pasar setelah dikurangi Penyertaan.
g. Membagi total modal sebagaimana dimaksud dalam huruf f dengan jumlah ATMR dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud dalam huruf e, yang hasilnya dinyatakan dalam persentase.
4. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM adalah sebesar yang dibutuhkan untuk menutup Risiko Pasar.
5. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud dalam angka 4, dihitung sebagai rasio kelebihan Modal Pelengkap Tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Rasio kelebihan Modal Pelengkap = kelebihan Modal Pelengkap Tambahan Tambahan ATMR (Risiko Kredit) + ATMR (Risiko Pasar)
6. Perhitungan KPMM dengan memperhitungkan Risiko Pasar berlaku efektif 18 bulan sejak Peraturan Bank Indonesia tentang KPMM Bank Umum dengan memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk) ditetapkan.
181
181
Lampiran Peraturan Bank Indonesia No.12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010
Lampiran 13
No. Ref.
*) Kepada Yth:
Direktorat Pengawasan Bank
Kantor Pusat Bank Indonesia Jl.
M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta
10350
**)Kepada Yth:
Pemimpin Bank Indonesia .................................
Jl. ..........................................
Nama Bank Tanggal
Laporan
No. Jam terjadinya pelanggaran
Besarnya PDN Setiap 30 (tiga puluh) menit (dalam % Modal)
1 . 2 .
Nama Bank Tanggal Laporan
No. Jam terjadinya pelanggaran
Besarnya PDN Keseluruhan (dalam % Modal)
1 . 2 .
............. (nama kota), ............. (tanggal)
(Nama Pejabat Eksekutif)
(Jabatan)
*) Alamat Kantor Bank Indonesia bagi Kantor Pusat Bank yang berada di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia
**) Alamat Kantor Bank Indonesia bagi Kantor Pusat Bank yang berada di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia
182